Home CSR Ekonomi Membangun Pariwisata di Tanah Surga, Indonesia

Membangun Pariwisata di Tanah Surga, Indonesia

5403

Oleh: Maulana Ishak *

CSRINDONESIA – Pagi yang sangat indah untuk mengawali aktivitas menjelang perayaan hari Kemerdekaan Republik Indonesia yang ke 73 Tahun, Saya coba buka lembaran-lembaran berita, dan saya temukan Informasi penting mengenai 10 sektor bisnis yang memberikan sumbangan terbesar terhadap Devisa Negara berdasarkan data BPS dan Kementerian Perindustrian yang dikutip dari http://strategimanajemen.net pada 10 Oktober 2017, 10 sektor bisnis yang dimaksud adalah Devisa Hasil Ekspor Kelapa Sawit – Rp 239 triliun, Jasa Parisiwasata (Turis Asing) – Rp 190 triliun, Eskpor Tekstil – Rp 159 triliun, Ekspor Migas – Rp 170 triliun, Ekspor Batubara – Rp 150 triliun, Jasa TKI – Rp 140 triliun, Ekspor Elektronik – Rp Rp 80 triliun, Ekspor Hasil Kayu Hutan – Rp 70 triliun, Ekspor Karet – Rp 65 triliun, Ekspor Sepatu dan Sandal – Rp 60 triliun.

Dari 10 sektor bisnis yang disampaikan di atas, saya ingin coba membahas yang nomor 2, karena sangat menarik bagi saya, karena 2013 – 2017 Indonesia mengalami lompatan yang sangat besar di sektor pariwisata, bayangkan Peringkat Daya Saing Pariwisata Indonesia pada Tahun 2013 adalah Peringkat ke 70, sedangkan pada Tahun 2015 Indonesia meningkat luar biasa ke peringkat 50, terakhir di Tahun 2017 kita naik kembali 8 peringkat ke peringkat 42. Reputasi Pariwisata Indonesia dipotret oleh The Travel and Tourism Competitiveness Index (TTCI) 2017, dan dikeluarkan secara resmi oleh World Economic Forum (WEF), 6 April 2017.

Oleh karenanya, wajar saja jika Pemerintah Indonesia menjadikan pariwisata sebagai salah satu tumpuan untuk menciptakan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi yang lebih tersebar di seluruh negeri ini. Sebagaimana Rilis Resmi Kementerian Pariwisata Republik Indonesia pada laman https://www.liputan6.com pada 07 Januari 2018 mengenai Sektor Pariwisata Jadi Investasi Unggulan di 2018, dinyatakan Proyeksi sektor pariwisata Indonesia ke depan adalah Pariwisata Indonesia diharapkan mampu menyumbang produk domestik bruto 15% (280 T Devisa Negara), Pariwisata Indonesia mampu menarik wisatawan mancanegara sejumlah 20 juta Kunjungan, Jumlah Perjalanan Pariwisata di dalam negeri Mencapai 275 Juta Perjalaan, Pariwisata Indonesia mampu menyerap 13 Juta tenaga kerja pada 2019.

Upaya sungguh-sungguh Kementerian Pariwisata Indonesia ternyata mendapat apresiasi luar biasa. Bukan hanya dari dalam negeri, melainkan mancanegara pun memberikan apresiasi luar biasa. Apresiasi tersebut dijewantahkan melalui penghargaan yang diberikan oleh TripAdvisor untuk Indonesia yang diserahkan langsung kepada Menteri Pariwisata Arief Yahya dalam acara pembukaan PATA Travel Mart di ICE, Serpong, Rabu, 9 Agustus 2017. Penghargaan tersebut diberikan langsung oleh Martin Verdon-Roe, Vice President Global Display Sales TripAdvisor. Total Sembilan penghargaan yang diterima Indonesia, kesembilan penghargaan tersebut adalah:Ubud sebagai nomor 10 dari 25 destinasi di dunia dan nomor 3 dari 25 destinasi di Asia, Bali sebagai pulau terbaik ke-lima di dunia dan nomor satu terbaik di Asia, Lombok sebagai pulau terbaik ke-lima dari 10 pulau di Asia, Gili Trawangan sebagai pulau terbaik ke-enam di Asia, Tanah Lot sebagai ikon kota terbaik ke-18 di Asia, Borobudur sebagai ikon kota terbaik nomor 21 di Asia, Pantai Gili meno sebagai pantai terbaik ke-11 di Asia, Pantai Balangan sebagai pantai terbaik ke-17 di Asia, Pantai Nusa Dua sebagai pantai terbaik ke-24 di Asia.

Bacaan saya teruskan, sehingga saya mendapatkan HOT ISSUE mengenai Pariwisata Indonesia mulai dari tingkat dunia hingga ke dalam negeri, coba kita buka Issue tersebut satu persatu.

ISSUE DUNIA : TTG Travel Awards tahun 2017, Indonesia dinobatkan sebagai Destination of the Year, mengalahkan Thailand yang menjadi juara tahun 2016. Selain itu, dalam daftar peringkat pariwisata dunia yang dipublikasikan oleh UNWTO (United Nations World Tourism Organization), Indonesia mendapat peringkat 10 dalam kategori destinasi wisata Asia – Pasifik.

ISSUE ASEAN : Pariwisata Indonesia mendapat pesaing baru selain Thailand, yaitu : Vietnam.Sedangkan untuk Wisata Halal Indonesia punya pesaing, yaitu : Malaysia.
ISSUE DALAM NEGERI : Telah diterbitkannya PERATURAN MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PARIWISATA TAHUN 2015-2019. PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL (KSPN).

ISSUE DALAM NEGERI : Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) benar-benar menaruh perhatian besar terhadap industri pariwisata Tanah Air. Terbaru, kementerian di bawah kendali Rini Soemarno itu berencana membentuk holding BUMN pariwisata pada semester kedua 2018. PT Pengembangan Pariwisata Indonesia (Persero), sebagaimana diungkapkan pada www.liputan6.com 26 September 2017 yang berjudul Kementerian BUMN Siapkan Holding Pariwisata.

Kita coba lihat lokasi-lokasi yang dimaksud di dalam PERATURAN MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PARIWISATA TAHUN 2015-2019. Kesepuluh Destinasi tersebut adalah Danau Toba, Kepulauan Seribu, Tanjung Lesung, Tanjung Kelayang, Borobudur, Mandalika, Bromo Tengger, Wakatobi, Pulau Komodo, dan Pulau Morotai. Maka yang perlu menjadi catatan bagi kita semua, bahwa pengembangan pariwisata Indonesia saat ini memiliki tantangan yang harus diselesaikan, dan tantangan tersebut adalah Pariwisata Indonesia Belum Ramah Digital (Digital Tourism), Indonesia dianggap tidak peduli dengan kelestarian alam (Environmental Sustainability), Regulasi Pemerintah “Menteri Pariwisata menyebut ada 42.000 regulasi yang menyulitkan pengembangan pariwisata”. Ketiga tantangan ini diungkapkan langsung oleh Menteri Pariwisata saat mengawali sambutannya sebagai keynote speaker di Indonesia Tourism Outlook 2018. Hotel DoubleTree by Hilton, Jakarta, Rabu 11 Januari 2017.

Oleh karenanya, jika kita ingin besar dalam hal periwisata dan ingin sungguh-sungguh membangun tanah syurga Indonesia, maka mulai sekarang kita harus berpikir untuk menyelesaikan ketiga tantangan ini. Mari kita coba bahas tantangan yang terakhir dulu dimana tantangan yang terakhir ini di luar kendali kita sebagai masyarakat, bukan pemangku kebijakan. Bagaimana kita bisa berkontribusi dalam bagian ini? Maka jangan arahkan kepada kebijakannya melainkan arahakan kepada pembentukan sumberdaya manusia melalui pendampingan yang intens agar dapat menggunakan standar global dan mengacu pada standar regional yang disebut ASEAN MRA (Mutual Recognition Arrangement) atau kompetensi selevel ASEAN, ini dulu yang perlu disiapkan.

Adapun SDM yang diimaksud, yaitu : Penyedia Peristirahatan (Hotel, Restauran dan Spa), Pedagang Makanan dan Minuman, Jasa Perjalanan Wisata (Termasuk Di Dalamnya Rental Kendaraan), Penjual Oleh-oleh, Merchandise dan Kerajinan Tangan, Penerjemah dan Tour Guide, Jasa Fotografi, Event Organizer, Kios dan counter.

Selanjutnya coba kita masuk kepada Wisata Ramah Digital di Indonesia, kiranya apa saja yang harus disiapkan? Menurut saya, ada 6 yang harus disiapkan untuk menjadikan suatu destnasi wisata dikatakan RAMAH DIGITAL

Pertama Digital Friendly : Destinasi pariwisata setidaknya harus terpublikasi melalui Web, Aplikasi Mobile yang memuat, Look, Book, Buy, Act. Sistem transaksi harus sudah bisa online. Harus memiliki Platform Exchange System, jika belum punya maka bisa bergabung dengan Indonesia Travel Exchange yang sudah dikembangkan oleh Kemenpar

Kedua SALABLE : Destinasi pariwisata harus menyediakan spot-spot foto yang memukau dan kekinian (instagramable), selanjutnya menyediakan juga spot yang bisa dijadikan sebaai landmark.

Ketiga Memfasilitasi Digital Lifestyle : Destinasi wisata harus menyediakan tempat charging baterei, steker listrik (bahasa simple colokan), Wifi.

Keempat Menampilkan Augmented product yang baru dan unik, mungkin bisa commercial value atau creativity value

Kelima Memiliki Faktor Pengungkit Destinasi wisata akan semakin dikenal apabila memiliki komunitas travel blogger, komunitas travel Vloger, para selebgram, media buzz, word of mouth, peer recomedation (Reviewer atau Komentar)

Keenam Memiliki Digital Relationship Marketing : Destinasi wisata paling tidak memiliki akun sosmed para pengunjung.

Tidak kalah penting bagi kita sebagai Negara yang menjadikan destinasi alam (sebagian orang menyatakan alam syurga), maka keberlangsungan lingkungan harus menjadi perhatian yang sangat-sangat penting bagi kita. Kementerian Pariwisata Indonesia pada kepemimpinan Ibu Mari Elka Pangestu telah merilis “STRATEGIC PLAN SUSTAINABLE TOURISM AND GREEN JOBS FOR INDONESIA, pada 10 September 2012. Sehingga apabila ini diterapkan sudah mencukupi untuk menjaga keberlangsungan lingkungan hidup bagi kegiatan pariwisata. Secara umum dan menyeluruh ruang lingkup dari Environmental Management adalah Earth science, atmospheric science, water science, climate change, society and culture, environmental law, environmental assessment, mitigation and monitoring, management practice, waste management, sustainability, ecology.

Adapun beberapa upaya yang sangat harus dilakukan untuk mencapai destinasi wisata yang ramah lingkungan adalah dengan adanya Green Planning and Desaign (Perencanaan Program Hijau), Green Waste (Penerapan Prinsip 3R), Green Open Space (Pengalokasian Ruang Terbuka Hijau), Green Community (terbentuknya komunitas peduli lingkungan), Green Transportation (penerapan transportasi ramah lingkungan), Green Water (Peningkatan efisiensi pemanfaatan dan pengelolaan Sumber Daya Air), Green Energy (Pemanfaatan sumber energy yang efisien), Green Building (Penerapan rumah-rumah ramah lingkunganDengan upaya yang sudah dipaparkan diatas, harapannya kita dapat berkontribusi dalam upaya mempertahankan gelar juara Destination of the Year dari UNWTO di tahun 2017 agar Gelar tersebut masih dipegang oleh Indonesia tercinta, berkontribusi dalam upaya meningkatkan daya saing Pariwisata Indonesia yang mendapat persaingan dari Thailand, Vietnam, dan Malaysia (dalam kategori wisata halal), memberikan dukungan pada RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PARIWISATA TAHUN 2015-2019 yang tertuang dalam PERATURAN MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2015, mendukung penguatan holding BUMN pariwisata (pada semester kedua 2018), PT Pengembangan Pariwisata Indonesia (Persero) sebagai perusahaan yang baru saja terbentuk, sehingga sangat membutuhkan dukungan dari perusahaan BUMN lainnya yang telah menunjukan eksistensinya di tanah air.

Terakhir saya sampaikan dengan versi saya “Dalam rangka MEMBANGUN PARIWISATA DI TANAH SURGA, INDONESIA harus ada upaya terintegrasi dan sinergis antara masyarakat, perusahaan, akademisi dan semua stakeholder lintas bidang, maka mari kita berkolaborasi dan bermitra. (*)

*) Penulis adalah aktivis Generasi Muda Cendekia (GMC)