CSRINDONESIA – Di tengah pusaran transisi energi Eropa, ada sebuah perusahaan yang memilih jalan tengah. Bukan jalan yang glamor, tetapi jalan yang pragmatis. Mereka tidak serta-merta meninggalkan masa lalu yang berbahan bakar fosil, namun juga tak mau ketinggalan dalam perlombaan energi terbarukan. Mereka adalah MET Group, perusahaan energi asal Swiss yang karyawannya memiliki 90 persen saham.
Pada Oktober 2025, MET Group melaporkan kemajuan signifikannya. Laporan Dampak Iklim 2024 mereka bukan sekadar dokumen formalitas, melainkan catatan prestasi yang terukur. Di satu sisi, mereka masih menjadi penjual gas alam yang tangguh, dengan volume perdagangan mencapai 140 miliar meter kubik. Di sisi lain, mereka dengan gesit membangun masa depan hijau.
“Kami mengurangi intensitas karbon produksi listrik sebesar 12 persen,” tulis laporan itu, sebuah angka yang tak lahir dari ruang hampa. Pengurangan itu beriringan dengan penurunan 23 persen emisi gas rumah kaca langsung dan tidak langsung (Scope 1 dan 2) dari operasional mereka. Ini adalah buah dari strategi yang mereka sebut “menyeimbangkan trilema energi” dekarbonisasi, keamanan energi, dan keterjangkauan harga.

Benjamin Lakatos, Chairman dan CEO MET Group, menyebut pendekatan mereka pragmatis. Mereka masih memandang gas alam sebagai “bahan bakar transisi” yang krusial, sambil secara agresif memperluas portofolio energi terbarukan. Tahun 2024, mereka menambah 73 MWp kapasitas tenaga surya di Hungaria dan Spanyol. Total aset terbarukan mereka kini mencapai 414 MWp, menghasilkan 617 GWh listrik hijau, naik 16 persen dari tahun sebelumnya.
“Tiga puluh empat persen dari total belanja modal (CAPEX) kami diinvestasikan dalam inisiatif transisi hijau,” ujar Noubi Ben Hamida, Holding CFO MET Group. Ini bukan angka kecil bagi perusahaan dengan pendapatan konsolidasi 17,9 miliar euro. Dana itu dialirkan ke proyek-proyek energi terbarukan dan sistem penyimpanan baterai (BESS), yang menjadi pilar utama strategi pertumbuhan mereka.
MET Group bukanlah pemain baru. Jejak mereka membentang di 21 negara, dengan kehadiran di 33 pasar gas nasional dan 44 hub perdagangan internasional. Mereka ibarat nahkoda kapal besar yang perlahan membelokkan arah. Divisi Aset Fleksibilitas mereka masih mengoperasikan pembangkit listrik gas, penyimpanan gas, dan kapal LNG untuk menjaga stabilitas sistem. Sementara Divisi Aset Hijau mereka fokus membangun dan mengoperasikan pembangkit surya dan angin di seluruh Eropa.
Mereka juga sedang membangun masa depan yang lebih ambisius. Saat ini, pipa proyek mereka mencakup lebih dari 1.000 MWp proyek energi terbarukan, ditambah 130 MWp sistem penyimpanan baterai yang sedang beroperasi atau dalam konstruksi. Mereka tak hanya berdagang energi hari ini, tetapi juga membangun infrastruktur untuk energi esok hari.














