Home Berita Tim Imunologi Unair Umumkan Terobosan Penting Pengobatan Infeksi yang Murah

Tim Imunologi Unair Umumkan Terobosan Penting Pengobatan Infeksi yang Murah

1423
Istimewa |Tim Imunologi Unair Umumkan Hasil Uji Zat Aktif Dalethyne pada Produk MedCare sebagai Terapi Utama untuk Menanggulangi Infeksi Nosokomial dan Manajemen Luka.

CSRINDONESIA – Dalethyne menjadi terobosan penting dalam ilmu kedokteran dan menurunkan biaya rawat pasien. Temuan Tim Imunologi Pasca Sarjana Universitas Airlangga menyatakan bahwa
zat aktif bernama dalethyne pada produk MedCare diyakini sebagai terapi utama untuk menanggulangi infeksi nosokomial dan manajemen luka.

Infeksi nosokomial umumnya disebabkan oleh beberapa micro organisme, di antaranya: MRSA (Methicillin Resisten Staphylococcus Aureus), ESBL (Extended Spectrum Beta Lactam), KPC (Klebseilla Pneumonia Carbapenemase), Pseudomonas aeruginosa.

Zat aktif dalethyne ditemukan oleh orang Indonesia bernama Kayapan Satya Dharshan dan telah diuji di berbagai negara di dunia.

Hingga hari ini, infeksi nosokomial merupakan musuh bersama di rumah sakit seluruh dunia. Sepsis Nosokomial merupakan masalah yang serius bagi pasien yang dirawat di Instalasi Gawat Darurat, yang dapat berujung pada peningkatan di angka kesakitan, lama perawatan bahkan berujung pada angka kematian di Rumah Sakit. Dengan demikian, biaya yang dikeluarkan untuk merawat pasien amatlah tinggi.

Berdasarkan data WHO tahun 2016, tercatat 7 kasus dari 100 penderita masuk rumah sakit (di negara berkembang) dan 10 kasus dari 100 orang (di negara sedang berkembang) yang terinfeksi MRSA yang terjadi di seluruh dunia. Sementara di negara-negara maju, seperti Eropa dan USA masing-masing sekitar 7.1% dan 4,5%.

Ketua penelitian sekaligus Koordinator Program Studi Imunologi, Sekolah Pasca Sarjana Universitas Airlangga, Dr. dr. Agung Dwi Wahyu Widodo, MSI menyatakan, “Kami menemukan bahwasanya zat aktif dalethyne dapat membunuh kuman-kuman tersebut dengan konsentrasi 50%, studi lebih lanjut didapatkan kemampuan membunuh kuman secara total, jadi boleh dikatakan zat aktif dalethyne ini Cidal. Dengan ini, apabila terjadi infeksi dengan kuman tersebut pada luka, maka dalethyne dapat menjadi terapi utama di Rumah Sakit dan layanan kesehatan lain.”

“Kami juga mengamati beberapa temuan penting yang berhubungan dengan mekanisme kerja zat aktif dalethyne dalam kapasitasnya pada proses penyembuhan luka; yang mana dipercayai temuan ini menjadi terobosan penting pada ilmu kedokteran abad ini dan akan merevolusi modalitas penanganan penyembuhan luka,” lanjut dr.Agung.

Ia menjabarkan bahwa dalam pengujian tersebut terdapat beberapa temuan penting yang memperjelas peran zat aktif dalethyne pada proses penyembuhan luka, antara lain: 1.Proses epitelialisasi, dibandingkan kontrol proses epitelisasi pada hewan coba yang diberikan MedCare hasilnya lebih bagus dan lebih cepat. 2.Proliferasi fibroblast dan penebalan kolagen, pada luka yang terinfeksi menunjukkan bahwa proses proliferasi dan penebalan kolagen menjadi lebih cepat terjadi dibandingkan kontrol. 3.Proses pembentukan neovaskularisasi, proses ini menjadi penting untuk mendukung proses epitelisasi dan proliferasi fibroblast, karena mensuplai nutrisi dan oksigen ke jaringan yang mengalami penyembuhan luka, dan 4.Membunuh mikroorganisme penyebab infeksi nosokomial.

Pada kesempatan yang sama, ahli bedah plastik yang merawat pasien dengan luka kaki diabetes, Dr. Donna Savitry, SpBP-RE mengemukakan, “Kunci untuk terjadinya penyembuhan luka atau wound healing yang cepat, yaitu luka harus dalam keadaan aseptik (bebas dari kuman, virus, jamur, bakteri dan mikroorganisme lainnya) dan luka harus dalam keadaan moist (lembab), tidak dalam keadaan basah ataupun kering.”

Ia menambahkan, “Dalam hal penyembuhan luka, yang saya amati salep yang mengandung dalethyne ini secara lokal sangat mengeliminasi bau dan nanah yang berarti membunuh kuman penyebabnya. Hal ini terbukti dengan tidak adanya tanda-tanda infeksi pada luka yang dirawat dengan salep yang mengandung zat aktif dalethyne, walaupun pasien tidak mengkonsumsi obat antibiotika. Kondisi aseptik ditambah dengan lingkungan luka yang moist karena pemakaian salep ini mempercepat penyembuhan luka dan menyelamatkan pasien saya dari ancaman amputasi kaki.” (WAW)