Home Berita Schneider Electric Menuju Pabrik yang Bernapas, Bicara, dan Menyembuhkan Bumi

Schneider Electric Menuju Pabrik yang Bernapas, Bicara, dan Menyembuhkan Bumi

6
Tonny Hendro Kusumo, Business Vice President Industry & Process Automation, Schneider Electric Indonesia, Lingeswaran Nathan, Country Director Indonesia Monitor ERP, Daniel Suryananta, Executive Vice President PT. Akebono Brake Astra Indonesia, Ronggolawe Sahuri, Director of Electronic and Telematics Industry, dan Made Dana Tangkas, Chairman of Indonesia Automotive Institute (IOI), dalam panel diskusi bertema Smart Manufacturing: Transforming Indonesia's Industrial Future.
Tonny Hendro Kusumo, Business Vice President Industry & Process Automation, Schneider Electric Indonesia, Lingeswaran Nathan, Country Director Indonesia Monitor ERP, Daniel Suryananta, Executive Vice President PT. Akebono Brake Astra Indonesia, Ronggolawe Sahuri, Director of Electronic and Telematics Industry, dan Made Dana Tangkas, Chairman of Indonesia Automotive Institute (IOI), dalam panel diskusi bertema Smart Manufacturing: Transforming Indonesia's Industrial Future.
CSRINDONESIA – Tonny Hendro Kusumo berdiri di hadapan para pelaku industri di Jakarta International Convention Center, pertengahan September 2025. Suasana ruang konferensi masih terasa meski acara puncak telah lewat. Dalam keynote speech-nya, ia tidak sekadar menyajikan data, tetapi lebih seperti membacakan diagnosa atas kondisi industri Indonesia yang sedang demam.
“Operasional yang terfragmentasi, lonjakan permintaan energi yang memicu emisi, dan tekanan dari investor serta konsumen untuk berpraktik lebih hijau,” ujarnya, menyebutkan gejala-gejala yang akrab didengar namun seringkali diabaikan.
Baginya, demam ini bukanlah akhir. Justru sebuah pintu menuju kesembuhan. Tantangannya nyata, peluangnya bahkan lebih besar.
Data Sustainability Survey 2024 yang diungkapkannya memperkuat kegelisahan itu. Lebih dari separuh perusahaan di Indonesia, tepatnya 52%, mengakui perubahan iklim sebagai risiko signifikan. Hampir setengahnya, 47%, mengalami gangguan rantai pasok terkait iklim dalam setahun terakhir. Di sisi lain, nafsu dunia akan digitalisasi dan kecerdasan buatan memproyeksikan konsumsi energi melonjak 4.2 kali lipat antara 2023 dan 2028. Sebuah fakta mencengangkan, satu permintaan ke ChatGPT saja menghabiskan energi sepuluh kali lipat dari satu pencarian di Google.
“Tapi, data yang sama memberitahu kita bahwa hingga 70% emisi CO2 bisa dihilangkan dengan teknologi yang sudah ada hari ini,” tegas Tonny, mengutip kajian Schneider Electric Sustainability Research Institute. “Soalnya terletak pada integrasi yang tepat.”
Jawaban atas “soal” itulah yang coba ditunjukkan Schneider Electric, sang pemimpin transformasi digital dalam pengelolaan energi dan otomasi, sepanjang partisipasinya di Indonesia 4.0 Conference & Expo 2025. Jawaban itu bukan lagi wacana, melainkan kenyataan yang sudah berdenyut di dua pabrik cerdasnya di Cikarang dan Batam.
Tonny Hendro Kusumo, Business Vice President Industry & Process Automation, Schneider Electric Indonesia, pada sesi Keynote Speech bertajuk Driving Sustainability Thru Digitization & Automation.
Tonny Hendro Kusumo, Business Vice President Industry & Process Automation, Schneider Electric Indonesia, pada sesi Keynote Speech bertajuk Driving Sustainability Thru Digitization & Automation.
Kisah Dua Pabrik yang Hidup
Pabrik di Batam adalah cerita sukses yang telah diakui dunia. Ditahbiskan World Economic Forum sebagai Global Lighthouse, pabrik ini adalah bukti nyata bahwa efisiensi dan keberlanjutan bisa berjalan beriringan. Melalui penerapan platform EcoStruxure, sebuah sistem saraf digital berbasis IoT yang menghubungkan lantai produksi hingga awan, pabrik itu mengalami transformasi luar biasa.
Produktivitasnya melesat 35%. Konsumsi energinya menyusut 37%. Yang lebih penting, emisi karbon berhasil ditekan hingga 1.002 ton. Limbah material dipangkas lebih dari separuhnya, 54%, dan emisi CO2 di rantai pasok utamanya berkurang 42%.
Sementara di Cikarang, ceritanya diperkaya dengan elektrifikasi. EcoStruxure dipadukan dengan instalasi panel surya yang mampu menghasilkan 200 kWp energi terbarukan setiap tahun. Hasilnya, pengurangan emisi karbon 181 ton per tahun dan penghematan energi mencapai 6.935 kWh.
Kedua pabrik ini bukan lagi sekadar bangunan beton dan mesin. Mereka adalah entitas yang bernapas dengan data, berbicara melalui algoritma, dan aktif menyembuhkan bumi dengan setiap kilowatt-hour yang dihemat.
Lexium Cobot, robot kolaboratif terbaru dari Schneider Electric yang aman, cerdas, dan presisi yang dirancang untuk dapat bekerja secara berdampingan dengan manusia
Lexium Cobot, robot kolaboratif terbaru dari Schneider Electric yang aman, cerdas, dan presisi yang dirancang untuk dapat bekerja secara berdampingan dengan manusia
Masa Depan yang Terbuka dan Tidak Terkunci
Dalam sebuah panel diskusi bertema Smart Manufacturing, Tonny kembali menegaskan visi yang lebih jauh. Masa depan manufaktur, katanya, akan bergerak menuju paradigma otomasi berbasis software-defined. Sebuah pendekatan yang mendobrak batasan vendor melalui Universal Automation yang mengacu pada standar IEC 61499.
“Ini mendorong integrasi yang lebih terbuka dan fleksibel. Industri tidak lagi terikat pada sistem yang terkunci pada satu pemasok,” jelasnya.
Melalui EcoStruxure Automation Expert, Schneider Electric membayangkan sebuah ekosistem industri di mana integrasi menjadi sederhana, skalabilitas dipercepat, dan inovasi generasi berikutnya bisa tumbuh lebih adaptif. Seperti menyediakan bahasa pemrograman universal bagi semua mesin, sehingga mereka dapat berkolaborasi tanpa hambatan teknis.
Reputasi global Schneider Electric sebagai pemimpin keberlanjutan menjadi pondasi yang kuat. Gelar sebagai Perusahaan Paling Berkelanjutan di Dunia dari TIME Magazine dan Statista pada 2024 dan 2025, serta pengakuan serupa dari Corporate Knights pada 2021 dan 2025, bukan sekadar piala. Itu adalah bukti konsistensi dari perusahaan yang telah 14 tahun berturut-turut masuk dalam daftar Global 100 Most Sustainable Corporations. Semua mengerucut pada komitmen ambisius net-zero operation pada 2030 dan net-zero di seluruh rantai nilai pada 2050.
Di booth pameran, komitmen itu diwujudkan dalam bentuk yang lebih tangible. Lexium Cobot, robot kolaboratif terbaru yang cerdas dan presisi, menunjukkan kemampuannya bekerja berdampingan dengan manusia. Ia hadir bukan untuk menggantikan, melainkan mempercepat produktivitas, meningkatkan efisiensi, dan meminimalkan risiko downtime.
Perjalanan menuju industri hijau dan cerdas di Indonesia ibarat merakit puzzle raksasa. Tantangan iklim, desakan digitalisasi, dan transisi energi adalah kepingan-kepingan yang seringkali tampak membingungkan. Tetapi seperti yang ditunjukkan Schneider Electric, setiap kepingan sudah ada. Teknologinya tersedia. Tinggal bagaimana kita, kata Tonny, memiliki keberanian untuk menjembatani kesenjangan menuju operasional yang lebih efisien, tangguh, dan berkelanjutan.
Di luar jendela konvensi, langit Jakarta mungkin masih sama. Namun di dalam ruangan, ada sebuah keyakinan yang mulai tumbuh, bahwa pabrik-pabrik di negeri ini tidak harus menjadi sumber polusi, melainkan bisa menjadi bagian dari solusi untuk menyembuhkan bumi. |WAW-CSRI