Home CSR Budaya Ubah Wajah Bandung Menjadi Kota Sinema di Peringatan Hari Film Nasional

Ubah Wajah Bandung Menjadi Kota Sinema di Peringatan Hari Film Nasional

1733
foto Istimewa

Jakarta, CSR Indonesia– Hari film nasional yang jatuh setiap tanggal 29 Maret juga diperingati oleh segenap warga Bandung. Peringatan tersebut dilakukan melalui debut program ‘1000 Wajah Bandung’. Melalui program tersebut, masyarakat Kota Kembang tersebut diajak bersama-sama menonton film di salah satu taman kota di daerah Bandung yang terkenal yakni Taman Film. Tak hanya sekadar menonton film bersama, dalam kegiatan tersebut juga diadakan diskusi film dan brain stroming mengenai perkembangan film nasional.

“Ajang 1.000 Wajah Bandung untuk mempertemukan potensi dari beragam elemen ke dalam satu wadah yang tujuannya untuk mendorong Bandung sebagai Kota Sinema,” kata Pimpinan Bandung Film Council Sofyana Ali Bindiar di Bandung, Kamis (26/3).

Ia menyebutkan, melalui semangat itu diharapkan menjadi kota yang produktif menghadirkan film-film berkualitas dan berkontribusi dalam tumbuh kembangnya industri perfilman.
Dalam rangkaian program kegiatan hari itu, juga diselenggarakan pameran poster film dari masa ke masa, soutrack Hidupmu, film Indoneia pada masanya, pemutaran film-film Bandung, kabaret film, simulasi syuting, bincang film, support film Bandung, bioskop harewos dan puncaknya 1.000 wajah Bandung yang merupakan film selfie warga Bandung.

“Khusus Harewos Film, akan mengundang 50 tuna netra untuk menonton film di Taman Film yang didampingi oleh pendamping yang akan menyampaikan jalanya cerita film yang tengah diputar,” kata Sofyana.

Sejarah mencatat Bandung memiliki kontribusi terhadap perkembangan Film Nasional antara lain film panjang pertama yang diproduksi di Indonesia adalah Loetoeng Kasaroeng (1926). Film ini diproduksi oleh pengusaha Belanda yang berdomisili di Bandung.
Gedung Majestic yang dulu merupakan bioskop terkemuka di Tanah Air yang dibangun sejak masa kolonial Belanda, adalah saksi bisu penayangan film tersebut. Gedung inipun masih dapat ditemui di Jalan Braga Bandung hingga saat ini.

Sementara itu Chief Operational Officer dari Sembilan Matahari Sony Budi Sasono menyebutkan kegiatan ini merupakan agenda untuk menghidupkan gairah produksi perfilman di tanah air.

“Kegiatan ini diharapkan memberikan gairah untuk perfilman, mendalami dan juga mengenal potensi film di daerah, terutama di Kota Bandung,” kata Soni Harapan menjadi Kota Film sesungguhnya dapat diwujudkan dengan adanya partisipasi aktif oleh masyarakat. Adapun, ruang kreatifitas bagi masyarakat, khususnya anak muda peminat sinema juga harus didorong oleh kesiapan pemerintah dalam sarana, prasarana, dan regulasinya. (SEA)