Mengembalikan Mejayaan Kopi Cianjur
Dalam sejarah, kopi pertama kali ditemukan di Kaffa, Ethiopia. Dan bersebar sampai semenajung Arab pada abad ke-15. Melalui pedagang Arab kopi perlahan sampai dikenal hingga Eropa, India dan Asia Tenggara, termasuk Indonesia.
Pada saat itu Indonesia belum dapat menanam tanaman kopi sendiri. Karena kopi pada saat itu masih merupakan barang langka dan harganya sangat tinggi hanya kalangan bangsawan dan Belanda yang dapat menikmati kopi.
Pada saat itu muncul ide yang memiliki peluang tinggi. Dan akhirnya orang Belanda mulai menanam kopi di daerah jajahannya. Melihat faktor cuaca dan tingkat kesuburan tanah di Indonesia, sangat cocok untuk menanam kopi.
Mulai saat itu Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC) menanam kopi di belahan Indonesia. Salah satunya daerah Cianjur, Jawa Barat.
Pada tahun 1711 pengiriman pertama kopi Jawa ke Belanda 405 kilogram. Dari Cianjur sendiri menyetor sebanyak 45 kilogram yang dibeli oleh Belanda seharga 50 gulden per pikul. Kopi dari seluruh Pulau jawa di jual sangat tinggi dikarenakan kualitas kopi yang sangat baik. Dengan melihat keuntungan sangat baik VOC membuka banyak perkebunan kopi di Cianjur barat. Pada sekitar tahun 1720-an, VOC menjadi penyalur kopi ¾ dunia dari jumlah tersebut sebagian besar dari Kabupaten Cianjur.
Dewasa kini, penanaman kopi di Cianjur tumbuh pesat. Hingga dapat di klaim sebagai kopi dengan varietas baru di Indonesia. Kopi Cianjur dengan khasnya beraroma jeruk yang membuat rasa kopi dipadukan dengan rasa buah yang sangat menyegarkan hati untuk para peminumnya. Saat ini juga ada varitas yg cukup baik dari Desa Sarongge Cianjur.
Kabupaten Cianjur bertekad kopi khas yang beraroma jeruk ini dapat menjadi kopi nasional yang mendunia. Dengan tekad ini kopi Cianjur akan Berjaya kembali seperti pada masa jaman kolonial Belanda.
Di daratan tinggi Cianjur dengan ketinggian diatas 1000 mpdl sangat baik untuk memproduksi kopi mulai dari penanaman kopi hingga proses kopi. Proses kopi Cianjur memiliki 3 tipe proses yaitu natural proses, honey proses, semi dan full wash.
Para petani di Cianjur melakukan proses penanaman dengan pohon pelindung jeruk dari dalam tanah membuat rasa dan aroma kopi seperti jeruk, proses itu dilakukan dengan cara alami tanpa pencampuran secara sengaja. Para petani menjual kopi yang sudah di proses menjadi greenbean(biji kopi yang siap di sangria) dan adapula yang menjual langsung dari hasil panen yang masih berbentuk buah ceri.
Di pasar kopi, kopi yang sudah menjadi greenbean dijual dengan harga yang lebih mahal dibandingkan masih dalam bentuk ceri.
Dengan potensi kopi yang ada di Cianjur dan mulai banyak petani yang menjadikan kopi sebagai penghasilan utama.
Tapi masyarakat merasa terbebani adanya tengkulak, dianjurkan masyarakat Cianjur mulai membuat kelompok koperasi dalam meringankan para petani dalam melakukan simpan pinjam untuk modal untuk pembelian bibit dan perawatan kopi.
Untuk membangun kejayaan kembali kopi Cianjur, mengingat saat ini kopi tengah menjadi tren yang digandrungi terutama oleh kalangan muda.
Untuk meningkatan tren kopi daerah Cianjur maka perlu dimulai dari kalangan atas (pemerintahan maupun legislatif), agar mereka lebih mengenal, mulai menikmat dan terbiasa mengonsumsi kopi daerah sendiri. Bahkan masukan para ahli, medis; sangat menganjurkan untuk menghindari minum kopi pabrikan, untuk itulah potensi kopi Cianjur sangat perlu dikembangkan lagi sehingga mampu bersaing dengan kopi pabrik yang banyak memiliki kandungan non kopi.
Selain untuk mengulang sejarah perkopian, para petani kopi akan terangkat mendapatkan dampak yang lebih besar sehingga produksi kopi ke depannya lebih stabil. Karena banyak petani dapat dengan mudah menjual biji kopi mereka yang masih muda ke tengkulak karena terdesak kebutuhan.
Dalam pengembangan potensi Kopi Cianjur, dibutuhkan peran Pemerintah daerah untuk membantu para petani bebas dari para tengkulak atau teknis pengembangan bercocok tanam kopi yang lebih baik lagi, sehingga dapat meningkatkan harga yang yang bagus dan wajar, baik di pasar lokal dan internaional. Sehingga pendapatan petani menjadi baik pula. Karena menurut para pelaku perdagangan kopi berani menyimpulkan; “tidak ada kata harga kopi turun”.
-Setya Dharma Pelawi. PETANI “Kopi Jonggol Organik”