Home Berita Mendorong Penempatkan Kesetaraan, Masyarakat, dan Ketahanan di Garis Depan Isu Kesehatan

Mendorong Penempatkan Kesetaraan, Masyarakat, dan Ketahanan di Garis Depan Isu Kesehatan

26
World Health Summit Regional Meeting mendorong dialog mendalam tentang upaya menempatkan kesetaraan, masyarakat, dan ketahanan di garis depan isu kesehatan.
World Health Summit Regional Meeting mendorong dialog mendalam tentang upaya menempatkan kesetaraan, masyarakat, dan ketahanan di garis depan isu kesehatan
CSRINDONESIA – Melbourne, 22 Mei 2024, Monash University sukses menggelar World Health Summit Regional Meeting 2024 di Melbourne, Australia, pada 22-24 April lalu dengan mengusung tema ‘Shape the future of health across Asia and the Pacific’ atau ‘Membentuk masa depan kesehatan di Asia Pasifik’.
Dihadiri lebih dari 1.250 delegasi dari 40+ negara, agenda ini mencetak rekor baru berupa kehadiran lebih dari 200 pembicara yang mengisi sekitar 40-an sesi acara, yang fokus merumuskan berbagai strategi untuk meningkatkan taraf kesehatan global sekaligus memperkecil jurang kesenjangan kesehatan di Asia Pasifik.
Menjadi penyelenggara agenda berkelas dunia ini merupakan sebuah kehormatan tersendiri bagi Monash University. Adapun acara ini mengangkat tema-tema utama yang fundamental bagi strategi Impact 2030, yang merupakan rencana strategis Universitas dalam sepuluh tahun ke depan untuk mengatasi tantangan dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat lokal melalui penelitian dan kolaborasi lintas sektor. Tema-tema utama tersebut meliputi:
  • Masyarakat berkembang dan Kesehatan: Prioritas untuk kesejahteraan hidup dan kesejahteraan hidup bersama.
  • Perubahan iklim dan Kesehatan: Prioritas untuk merespons krisis iklim.
  • Geopolitik dan Kesehatan: Prioritas untuk keselamatan, kesetaraan dan keadilan lintas batas.
Asisten Profesor Kesehatan Masyarakat, Monash University, Indonesia, Claudia Stoicescu, (kanan) menjadi salah satu narasumber sesi “Rethinking drug policy: minimizing harm and unintended consequences session, menyoroti rehabilitasi penyalahguna narkoba berkasus hukum (compulsory drug treatment) yang kerap dikaitkan dengan pelanggaran hak asasi manusia.
Asisten Profesor Kesehatan Masyarakat, Monash University, Indonesia, Claudia Stoicescu, (kanan) menjadi salah satu narasumber sesi “Rethinking drug policy: minimizing harm and unintended consequences session, menyoroti rehabilitasi penyalahguna narkoba berkasus hukum (compulsory drug treatment) yang kerap dikaitkan dengan pelanggaran hak asasi manusia.
Rumusan tema utama tersebut telah lebih dulu disinggung oleh Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Dr Tedros Adhanom Ghebreyesus, dan Menteri Luar Negeri Australia, Penny Wong, dalam pidato mereka yang mengakui pentingnya Pertemuan Regional dalam mendukung dialog berkelanjutan tentang kesehatan di kawasan Asia Pasifik.
Pembahasan yang dimaksud mencakup kesehatan masyarakat adat (baca: Aborigin), mengatasi kesenjangan kesehatan yang masih kerap terjadi di tingkat nasional maupun antar negara, serta memperkuat kapasitas regional untuk mengatasi ancaman kesehatan publik seperti dampak perubahan iklim.
Para pemimpin terkemuka lainnya yang turut berpartisipasi dalam agenda terkait meliputi Dr Saia Ma’u Piukala, Direktur Regional WHO untuk Kantor Pasifik Barat yang baru menjabat 100 hari pertamanya; Dr Helen Clark, Mantan Perdana Menteri Selandia Baru sekaligus Ketua Komisi Global untuk Kebijakan Narkoba; Sir Michael Marmot, Direktur Institut Pemerataan Kesehatan di University College London (UCL); dan Profesor Marcia Langton, Associate Provost di University of Melbourne.
(kiri-kanan) Wakil Rektor & Professor Monash University, Jill Hennessy; Asisten Menteri Kesehatan dan Perawatan Lansia Australia, Ged Kearney; Menteri Kesehatan Victoria, Mary-Anne Thomas; dan Wakil Rektor & Presiden Monash University, Prof. Sharon Pickering dalam acara World Health Summit Regional Meeting 2024 di Melbourne.
(kiri-kanan) Wakil Rektor & Professor Monash University, Jill Hennessy; Asisten Menteri Kesehatan dan Perawatan Lansia Australia, Ged Kearney; Menteri Kesehatan Victoria, Mary-Anne Thomas; dan Wakil Rektor & Presiden Monash University, Prof. Sharon Pickering dalam acara World Health Summit Regional Meeting 2024 di Melbourne.
Sejumlah peneliti dan akademisi dari Indonesia juga tampak hadir menjadi narasumber dalam pertemuan ini. Beberapa diantaranya adalah Shita Dewi, Peneliti Senior Center for Health Policy and Management, dan Citra Indriani, Direktur Centre for Tropical Medicine, dari Universitas Gadjah Mada; Agustin Kusumayati, Profesor Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia, serta Henry Surendra dan Claudia Stoicescu, keduanya Asisten Profesor Kesehatan Masyarakat dari Monash University, Indonesia.
Pertemuan regional ini dilatarbelakangi oleh meningkatnya kekhawatiran akan kemampuan negara-negara anggota WHO dalam mencapai konsensus untuk memperbaiki model tata kelola dan kerja sama kesehatan global, mengingat hasil negosiasi kesepakatan saat pandemi tercapai setelah 11 jam ketidakpastian. Namun, dalam forum yang berlangsung tiga hari di Kota Melbourne ini, sinergi sesama kolega, rasa hormat, kesamaan visi, dan komitmen berada pada tingkatan yang luar biasa untuk mendengarkan dan belajar bersama dengan lebih baik, guna meningkatkan kualitas kesehatan di seluruh kawasan.
Wakil Presiden World Health Summit Regional Meeting 2024, Profesor Sophia Zoungas, yang juga merupakan Kepala Departemen Kesehatan Masyarakat dan Obat Pencegahan di Monash University, menyebut pertemuan tersebut berhasil dalam beberapa hal.
“Kami menghadirkan beberapa tokoh penting dalam bidang kesehatan global di Melbourne selama tiga hari, yang sepenuhnya menargetkan langkah-langkah dalam mengatasi kesenjangan kesehatan, baik di kawasan Asia Pasifik maupun global,” ujarnya.
“Saya pikir kita telah mengangkat diskusi kesehatan global dan Bumi sebagai isu utama bagi semua orang yang bekerja di sektor pelayanan kesehatan – baik itu mereka yang bekerja di bidang pembinaan masyarakat, perawatan akut, kebijakan kesehatan, atau diplomasi dan pembangunan internasional – semua pekerjaan ini secara intrinsik saling terkait, dan perlu saling belajar dari satu sama lain. Benar-benar terasa partisipan yang hadir dalam konferensi bertekad mengambil peran lebih besar dalam mendobrak silo ini.”
Ramsay Hospital Research Foundation mengungkap, “Ketika banyak negara mengalami penurunan tingkat kepercayaan terhadap Pemerintah dan Lembaga-Lembaga yang melayani sektor kesehatan, muncul kebutuhan mendesak untuk membangun masyarakat yang tangguh dalam membangun kepercayaan:
  • Melibatkan masyarakat secara langsung dalam implementasi kebijakan, serta memastikan suara dan kebutuhan mereka didengar, merupakan langkah penting dalam menghadapi faktor-faktor penentu kualitas kesehatan yang lebih luas.
  • Spesifik di Australia, ada kepentingan yang harus diutamakan dalam memajukan hak-hak masyarakat Aborigin, seraya memfasilitasi akses mereka terhadap uji klinis dan peluang kolaborasi (co-design).
  • Masukan dari mereka yang memiliki pengalaman dan berada dalam kondisi terkait merupakan bagian penting untuk merancang ulang perawatan yang efektif.”
Lana Formoso, Walikota Greater Dandenong, salah satu kota penyangga di wilayah metropolitan Melbourne, mengatakan,“Budaya, perilaku manusia, tata kelola, politik, hukum, peraturan, dan kerangka kelembagaan merupakan aspek yang tidak terpisahkan dalam kesehatan global, di mana kita harus mulai mengambil pendekatan global-lokal. Kita semua mempunyai peran penting dalam kesehatan global.”
Caterina Giorgi, Pemimpin Yayasan Penelitian dan Edukasi tentang Alkohol Australia (FARE), berujar, “Kebijakan kesehatan paling banyak dipengaruhi oleh kekuasaan, politik, dan kepemimpinan. Namun diskusi mengenai kesehatan, khususnya di tingkat domestik, sebagian besar masih terfokus pada penyediaan layanan kesehatan. Kini, kami sepakat bahwa struktur, sistem, dan cara kerja yang kami miliki tidak berdampak pada target masyarakat terkait di kala kami menghadapi lapisan kompleksitas baru ini.”
“Untuk langkah selanjutnya, koneksi yang kita buat sangatlah penting. Memberikan ruang untuk berkumpul adalah hal yang penting. Banyaknya interaksi insidental di mana kita dapat terhubung dan membangun kepercayaan (yang mengarah pada) peluang untuk berkolaborasi dan membuat perbedaan.”
“Peristiwa ini (World Health Summit Regional Meeting Melbourne 2024) tidak memberikan kita semua jawaban, tapi setidaknya memungkinkan kita untuk belajar satu sama lain dan berbagi.” |WAW-CSRI