CSRINDONESIA – Pasir Panjang adalah desa wisata di Kepulauan Komodo Nusa Tenggara Timur. Desa yang daerahnya terletak di ujung timur Pulau Rinca tersebut memiliki kurang lebih 1800 penduduk dari 500 Kepala Keluarga. Penduduknya sebagian besar bermatapencaharian sebagai nelayan. Namun, sejak dijadikan desa wisata pada 2019, banyak anak muda yang memilih profesi sebagai pemandu wisata (naturalist guide). Selain di desanya, beberapa di antara mereka juga ada yang direkrut menjadi pemandu wisata di wilayah taman nasional Kepulauan Komodo.
Sebagai pemandu lokal yang rata-rata hanya berpendidikan sekolah menengah, bahkan ada yang hanya sekolah dasar, kemampuan berkomunikasi mereka belum memadai, terutama kemampuan bahasa asing (Inggris). Oleh sebab itu, sejumlah dosen Kelompok Keahlian Literasi Budaya Visual Institut Teknologi Bandung Institut Teknologi Bandung (KK LBV ITB) yang terdiri dari Dr. Dana Waskita, S.S., M.App.Ling., Dr. Acep Iwan Saidi., M. Hum., Untari Gunta Pertawi, M.Pd., dan Evi Azizah Febriyanti, M. Hum mengadakan kegiatan pelatihan kemampuan komunikasi bahasa Inggris di desa tersebut pada 24-25 Juli 2024. Tim ini sepenuhnya didanai oleh ITB melalui Program Pengabdian Kepada Masyarakat.
“Kami ingin berbagi pengalaman mengenai cara berkomunikasi, terutama dalam bahasa Inggris karena Pulau Komodo menjadi salah satu tujuan utama wisata turis asing,” demikian dikatakan Dana Waskita, Ketua Tim Dosen tersebut. Menariknya, dalam pelatihan ini salah seorang pemateri juga merupakan pemandu senior di desa Pasir Panjang, yakni Kuba Arsida. “Kami juga perlu berguru kepada masyarakat setempat, tentu banyak hal yang tidak kami ketahui tentang Masyarakat Pasir Panjang,” jelas Acep Iwan Saidi yang memoderatori Kuba dalam penyampaian materinya.
Kuba pun bercerita tentang pengalamannya. Menurutnya, di Pulau Rinca dan Kepulauan Komodo pada umumnya, pemandu tidak hanya dituntut untuk mampu berbahasa dengan baik, tapi juga mampu memahami bahasa tubuh, termasuk bahasa tubuh Komodo. “Komodo itu meskipun tampak jinak, ia bisa sesekali menyerang manusia, dan sudah banyak korban, “ jelas Kuba. Perlu diketahui, khusunya di Desa Pasir Panjang, Komodo masih merupakan liar dan hidup bebas di hutan di seputar desa. Menurut Kepala Desa, Nurdin, Komodo juga beberapa kali telah menyerang warganya.
Terkait dengan penjelasan Kuba, dalam konteks bahasa Inggris, tim dosen ITB pun tidak hanya mengajarkan kemampuan verbal, tetapi juga nonverbal. Materi yang disampaikan Untari Gunta Pertiwi menyangkut bahasa tubuh dan gesture. Pelatihan bahasa pun menjadi lebih dinamis karena para peserta juga dituntut untuk mempraktikkan kemampuan bahasa tubuhnya.
Di samping memberikan pelatihan bahasa, tim dosen ITB juga memberikan materi branding diri (personal branding) untuk para peserta melalui media digital (media sosial). Materi yang disampaikan Evi Azizah ini penting untuk mengenal diri pada publik yang lebih luas dan meningkatkan kepercayaan diri mereka. |WAW-CSRI