Home Kilas Dunia Tiga Wakil Indonesia Ikuti Kongres Esperanto di Perancis

Tiga Wakil Indonesia Ikuti Kongres Esperanto di Perancis

3009
Foto : istimewa

Jakarta, CSR – Indonesia, Tiga wakil Indonesia akan mengikuti kongres tahunan Bahasa Esperanto dimana pada tahun ini memasuki pegelaran ke-100 dan diadakan di sebuah kota nan cantik Lile, Perancis.

Ilia Sumilfia Dewi dari Jakarta, Susilowati dari Cibitung-Bekasi, dan Syauqi Ahmad Zulfauzi Stya Lacksana dari Bandung akan mengikuti kegiatan kongres yang akan digelar selama seminggu dari 25 Juli hingga 1 Agustus 2015.

diperkirakan lebih dari 2.434 orang dari 82 negara akan hadir untuk menuangkan gagasan mereka di sana mengenai tema kongres: “Bahasa, Seni, dan Norma dalam Dialog Antarbudaya”. Yang unik, pada acara tersebut, tidak akan disediakan penerjemah, lantaran seluruh peserta wajib menggunakan dan berbicara Bahasa Esperanto.

Jadi keseluruhan kegiatan pertemuan, presentasi, debat, hingga pertunjukan seni dapat berjalan tanpa hambatan komunikasi, dan tidak ada yang dikucilkan karena masalah berbahasa atau karena tidak mengerti bahasa yang digunakan.

Kota tempat kongres ini berlangsung — yang setiap tahun digilir di negara bahkan benua yang berbeda — dekat dengan kota Boulogne-Sur-Mer, lokasi berlangsungnya kongres serupa untuk yang pertama kali antar penutur Esperanto di tahun 1905. Para peserta kongres dari Indonesia berencana akan mengunjungi tempat bersejarah gerakan Esperanto tersebut sebagai bagian dari
kegiatan wisata yang dirancang untuk peserta kongres.

Sebagai informasi, Bahasa Esperanto pertama kali dipublikasikan pada tahun 1887 oleh Ludwig Lazarus Zamenhof di kota Bialystok, kini di Polandia, dengan maksud untuk mempermudah komunikasi, memfasilitasi pengertian antara penutur bahasa yang berbeda, dengan dasar kesetaraan berbahasa.

Bahasa antaretnis ini saat ini digunakan dalam berbagai ranah budaya, ilmu pengetahuan, dan sosial, dalam komunikasi antarbangsa di seluruh dunia. Bahasa Esperanto merupakan satu-satunya bahasa yang merealisasikan komunikasi yang setara dengan azas saling menghormati sesama manusia, memberi kesempatan untuk komunikasi yang adil antara penggunanya, tidak pandang bulu terhadap bahasa ibu maupun etnis penggunanya. Dengan begitu, hak-hak berbahasa antara penggunanya dijunjung tinggi: kaum minoritas, suku pedalaman, dan etnis yang beragam tidak harus tunduk kepada bahasa ibu orang lain.

Penggunaan teknologi masa kini mempercepat penyebarluasan dan penggunaan bahasa Esperanto di seluruh dunia. Penggunaan internet dalam beragam gawai, komputer dan ponsel, serta kursus daring berkontribusi secara signifikan dalam pertumbuhan angka penutur bahasa Esperanto, kontak antarpenutur, dan pertemuan. Selain tempat kursus lokal, seperti di Museum Konferensi Asia Afrika, Bandung, Klub Esperanto Jakarta, ataupun Klub Esperanto Medan, laman web www.lernu.net juga berkontribusi dalam pembelajaran Esperanto (saat ini ada 17,403,809 orang yang belajar) dalam lebih dari 40 bahasa. Saat ini program radio berbahasa Esperanto pun disiarkan melalui http://www.muzaiko.info.

Selain itu, untuk para penggemar film pun dapat menikmati film – film dengan tema Esperanto di program televisi Esperanto daring di http://esperantotv.net/.

Saat ini, Google terjemahan pun sudah menyediakan layanan penerjamahan untuk bahasa Esperanto. Selain itu, Wikipedia, ensiklopedia daring, memiliki lebih dari 200.000 artikel dalam bahasa Esperanto, dengan begitu menjadikan Esperanto sebagai salah satu bahasa dari kelompok bahasa nomor dua, yakni setiap bahasa yang memiliki lebih dari 100.000 artikel Wikipedia.

Hal yang paling penting dari pertemuan utama ke-100 bagi para penutur bahasa Esperanto adalah persiapan seluruh dunia dalam penyampaian resolusi kongres. Pergerakan Esperanto membuat
para anggotanya aktif di seluruh benua, asosiasi Esperanto nasional dan kelompok lokal mempelajari tema kongres “Bahasa, Seni, dan Norma dalam Dialog antarbudaya” untuk menulis dan mengirimkan kontribusinya dalam draft resolusi. Teks tersebut akan disunting ulang di Lille sebagai bentuk akhir, dan di lokasi tersebut, ketiga orang Indonesia, Ilia, Susilowati, dan Syauqi akan berkontribusi.

Seluruh penutur Esperanto pengguna jaringan internet dapat berkontribusi dalam dialog anarbudaya tersebut, menyampaikan sudut pandangnya, keinginannya berkenaan dengan kualitas dan bentuk pertukaran budaya dan etnis, untuk pemahaman dua arah yang lebih baik, dan kehidupan bersama seluruh umat manusia yang harmonis dan berkelanjutan. (ACN)