CSRINDONESIA – Tak bisa dipungkiri, sebuah akhir pekan Panjang (long weekend) bisa mengubah segalanya. Bukan hanya tentang rehat sejenak dari pekerjaan atau sekadar unggahan Instagram dengan latar pantai eksotis. Di balik koper-koper yang dikemas terburu-buru dan tiket yang dipesan tengah malam, terbentang cerita lain tentang pola baru wisatawan Asia dan bagaimana industri perhotelan seharusnya membaca arah angin dengan cermat.
Laporan terbaru dari Agoda, platform perjalanan digital global, memotret denyut nadi wisata Asia Pasifik yang semakin bergantung pada libur nasional sebagai pemantik lonjakan perjalanan. Diumumkan pada 6 Juni 2025 dari kantor pusatnya di Singapura, laporan ini bukan hanya sekadar rekap data. Ia mengungkap peluang emas yang tak boleh dilewatkan para pelaku industri: libur panjang kini menjadi magnet kuat yang menggerakkan jutaan pelancong dalam satu ayunan.
Wisata Singkat, Dampak Panjang
Agoda mencatat lonjakan pencarian akomodasi hingga 80% secara bulanan menjelang akhir pekan Hari Raya di Malaysia, Indonesia, dan Singapura. Negara-negara yang menjadi tujuan favorit bukanlah yang jauh di belahan bumi sana, melainkan tetangga-tetangga regional seperti Jepang, Thailand, China, Korea Selatan, dan Taiwan.
Pola ini berulang di berbagai perayaan nasional lainnya. Saat Thailand merayakan Songkran, para wisatawan lokal justru memadati destinasi seperti Hong Kong, Osaka, Shanghai, dan Seoul. Begitu pula dengan Vietnam saat memperingati Hari Pembebasan dan Hari Buruh—Bangkok, Tokyo, Singapura, dan Seoul menjadi sasaran pencarian tertinggi.
Pola ini menunjukkan bahwa wisatawan Asia kini semakin cermat memanfaatkan setiap momen libur, bahkan hanya tiga hingga empat hari, untuk ‘melarikan diri’ secara strategis. Mereka tidak sekadar mencari relaksasi, tetapi pengalaman baru dalam kemasan waktu terbatas.
“Peluang bagi hotel dan maskapai untuk mengamankan pemesanan dan mendorong wisatawan memperpanjang masa tinggal belum pernah sebesar ini,” ujar Andrew Smith, Senior Vice President of Supply Agoda. Kata-katanya bukan sekadar promosi, tetapi peringatan strategis.
Smith menekankan pentingnya pemanfaatan data dan segmentasi yang tepat. Wisatawan keluarga, misalnya, menginginkan akomodasi dengan kamar yang saling terhubung. Pasangan muda cenderung mencari pengalaman lokal yang autentik dan Instagrammable. Pelancong solo? Mereka ingin efisiensi dan kenyamanan, bukan kemewahan.
Maka hotel-hotel di Asia perlu berhenti menjual kamar semata. Mereka perlu menjual narasi, pengalaman, dan solusi. Tawaran seperti check-out lebih lambat, sarapan gratis, tiket ke atraksi lokal, hingga paket spa dan kuliner lokal bisa jadi diferensiasi yang menentukan.















