CSRINDONESIA, GARUT – Selaawi Kota Bambu menjadi slogan yang terusdigaungkan oleh Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Garut, JawaBarat, dalam beberapa tahun ini. Potensi alam yang melimpahdidukung sumber daya manusia (SDM) produktif sangatmemungkinkan untuk mewujudkan program wisata bambuterpadu berkelanjutan dalam skala nasional maupuninternasional.
Optimisme tersebut bukan isapan jempol belaka, terlihat dariantusias para perajin yang tersebar di tujuh desa saat mengikutipendampingan dari tim Pengabdian kepada Masyarakat(Abdimas) Telkom University (Tel-U) dalam Focus Group Discussion (FGD) Integrated Bamboo Sutainabilitiy Tourism, Selasa (22/3).
“Target kami dalam tiga tahun ke depan, program kawasanwisata bambu terpadu yang berkelanjutan di Selaawi dapatdiwujudkan. Kami mencoba merancang gerakan satu arahmengenai apa saja yang harus dilakukan menuju Selaawi Kota Bambu yang terintegrasi,” ungkap Ketua Tim Abdimas Telkom University, Choira Anggarini, di sela-sela FGD di Aula Kecamatan Selaawi.
Tahun pertama ini (2022), lanjut Choir, pihaknya akanmengolaborasikan berbagai stakeholder mulai dari company(perusahaan), media, community, akademisi, dan lainnya. Keterlibatan berbagai pihak ini untuk memetakan pembagiantugas sesuai bidangnya masing-masing. Di tahun kedua, mulaidikembangkan bisnis dan wisata paralel yang terhubung satusama lain. Tahun berikutnya menciptakan sebuah sistem yang kuat di Selaawi menuju Kota Bambu.
“Golnya di 2025, kami sangat berharap tercipta one stop tourismsebagai sebuah bisnis pariwisata bambu yang berkelanjutan di Selaawi,” tutur Choir.
Hadir pula sebagai pembicara dalam FGD tersebut Wakil DekanI Fakultas Komunikasi Bisnis (FKB) Telkom University Rah Utami Nugrahani, PhD, dan Camat Selaawi Ridwan Effendi.Menurut Rah Utami yang akrab dipanggil Hani, saat inipekerjaan rumah (PR) paling besar di Selaawi adalah kesadaranmasyarakat tentang pentingnya menciptakan bambu sebagaiwisata khas daerahnya.
“Memang tidak mudah menyelaraskan pemikiran sertakeinginan semua warga dalam membangun konsep wisata.Butuh sosialisasi berkelanjutan karena wisata bambu ini akanmemberikan manfaat besar bagi perekonomian warga Selaawi,” kata Hani.
Sementara itu, Camat Selaawi Ridwan Effendi mengapresiasikekonsistenan dan komitmen tim Abdimas Telkom University dalam mendampingi program Selaawi menuju Kota Bambu. Pihaknya mengaku terus mendorong para perajin bambu untukberinovasi, salah satunya dengan membangun Selaawi Bamboo Creative Center (SBCC) yang kini dinamakan Gedung DayeuhAwi.
“Habitat bambu di Selaawi sangat banyak. Kami kini tengahmengelompokkan rumpun bambu apa saja yang ada, juga perluadanya pengukuran seberapa luas total areal tanaman bambu,” tutur Ridwan.
Kecamatan Selaawi terdiri dari tujuh desa penghasil kerajinanberbahan baku bambu dengan area sangat luas, yakni DesaCigawir, Cirapuhan, Mekarsari, Pelitaasih, Putrajawa, Samida, dan Desa Selaawi. Selaawi pun menorehkan sejumlah prestasi di antaranya telah memecahkan empat rekor MURI secaraberturut-turut, yaitu kategori sangkar burung bambu terbesar di dunia dengan diameter 5,5 meter; rangkaian sangkar burungbambu terpanjang di dunia dengan panjang lebih dari 3 km; penanaman 100 bambu dengan jumlah 100 jenis bambu; danmembaca dongeng terlama sedunia.
“Ini sebagai triger untuk mewujudkan Selaawi sebagai kotabambu, dan kami sangat berharap Selaawi menjadi percontohandi tingkat nasional dan dunia sebagai salah satu destinasi wisatayang layak untuk dikunjungi,” ungkapnya.l get