Home Inovasi SGC Terapkan Strategi Proaktif Hadapi Perang Dagang dan Ketidakpastian Ekonomi Dunia

SGC Terapkan Strategi Proaktif Hadapi Perang Dagang dan Ketidakpastian Ekonomi Dunia

1875
SCG Executives dan Gita Wirjawa, Founder Ancora Foundation bersama 10 penerima beasiswa Sharing the Dream di tingkat Pendidikan tinggi pada acara Sharing the Dream Scholarship Hand-over Ceremony.

CSRINDONESIA- JAKARTA,  Hasil kinerja SCG untuk Q3/2018 dan 9 bulan pertama tahun 2018 menunjukkan peningkatan pada seluruh pendapatan, sementara laba turun karena meningkatnya harga bahan baku dan biaya energi, perlambatan perdagangan global dan penurunan nilai aset. SCG sangat menyadari dampak dari perang dagang dan ketidakpastian ekonomi global. Hal ini mendorong SCG untuk meluncurkan 6 arahan dari strategi proaktif termasuk memperluas peluang ekspor sejalan dengan arus pasar global, mengelola biaya energi, memanfaatkan teknologi digital untuk meningkatkan efisiensi manufaktur dan pengurangan biaya, mengembangkan inovasi dan Produk & Layanan Bernilai Tambah Tinggi (HVA), meningkatkan efisiensi modal kerja, dan meninjau portofolio investasi serta biaya investasinya, dengan tujuan mempertahankan daya saing bisnis.

 

Roongrote Rangsiyopash, President and CEO of SCG, mengumumkan hasil kinerja perusahaan yang belum diaudit untuk Q3/2018, dengan pendapatan yang terdaftar dari penjualan sebesar Rp 54.016 miliar (US$ 3.716 juta), meningkat sebesar 9% y-o-y dan 2% q-o-q, karena pertumbuhan di semua unit bisnis. Sementara itu, laba mencapai Rp 4.176 miliar (US$ 287 juta), menurun 20% y-o-y dan 24% q-o-q terutama dari biaya penurunan nilai aset sebesar Rp 736 miliar (US$ 51 juta) sesuai dengan standar akuntansi dan biaya nafta yang lebih tinggi yang melonjak seiring dengan tingginya harga minyak global. Tanpa penurunan nilai ini, SCG akan mencatat laba sebesar Rp 4.913 miliar (US$ 338 juta).

 

Adapun hasil kinerja untuk 9 bulan pertama di 2018, pendapatan SCG yang terdaftar dari penjualan sebesar Rp 156.886 miliar (US$ 11.238 juta), meningkat 7% y-o-y, disebabkan oleh pendapatan yang lebih tinggi dari semua unit bisnis. Laba mencapai Rp 14.889 miliar (US$ 1.067 juta), mengalami penurunan sebesar 19% y-o-y, terutama dari kinerja yang menurun dalam bisnis bahan kimia dan penurunan nilai aset di Q3. Selain itu, pendapatan ekspor mencapai Rp 42.531 miliar (US$ 3.047 juta), meningkat 7% y-o-y dan menyumbang 27% dari pendapatan SCG yang terkonsolidasi dari penjualan.

SCG di ASEAN (kecuali Thailand)

Untuk operasi SCG di ASEAN (kecuali Thailand), pendapatan dari penjualan pada Q3/2018 mencatat pertumbuhan 15% y-o-y, sebesar Rp 13.623 miliar (US$ 937 juta), yang merupakan 25% dari total pendapatan SCG dari penjualan. Ini termasuk penjualan dari kedua kegiatan operasional lokal di setiap pasar ASEAN dan impor dari Thailand.

Per 30 September 2018, total aset SCG sebesar Rp 271.208 miliar (US$ 18.294 juta), sedangkan total aset SCG di ASEAN (kecuali di Thailand) adalah sebesar Rp 71.839 miliar (US$ 4.846 juta), yang merupakan 26 % dari total konsolidasi aset SCG.

Tivania Wulandari, penerima beasiswa Sharing the Dream di tingkat SMA, Patham Sirikul, President Director of SCG Indonesia, dan Akbar Ghifari, penerima beasiswa Sharing the Dream di tingkat Perguruan Tinggi.

SCG di Indonesia

Di Indonesia, pendapatan SCG pada Q3/2018 dari penjualan sebesar Rp 3.786 miliar (US$ 260 juta), yang meningkat sebesar 27% y-o-y terutama dari impor dari Thailand. Selama 9 bulan pertama 2018, SCG mencatat pendapatan dari penjualan di Indonesia sebesar Rp 10.033 miliar (US$ 719 juta).

Untuk kegiatan terbaru di Indonesia, SCG baru-baru ini mengadakan Investment Forum 2018 dengan fokus pada transformasi digital bertemakan “#DigitalPassion: Transformations that Change You”. Melalui acara ini, SCG memperkenalkan Digital Transformation Office yang terdiri dari AddVentures by SCG, anak perusahaan milik SCG yang berinvestasi secara global di perusahaan startup, dan Zero to One Studio, entitas yang membantu pengusaha tahap awal mengubah ide mereka menjadi bisnis baru SCG. Forum ini memungkinkan semua pemangku kepentingan SCG untuk membangun jaringan yang kuat di antara para inovator, investor, dan pembuat kebijakan di Indonesia sambil membantu perkembangan industri 4.0 untuk sektor manufaktur Indonesia.

Kejadian gempa bumi dan tsunami pada September lalu yang melanda Sulawesi Tengah, SCG telah memberikan sumbangan sebesar lebih dari Rp 900 juta melalui Palang Merah Indonesia. Ini menunjukkan komitmen SCG sebagai perusahaan yang selalu berkontribusi pada masyarakat Indonesia.

 

SCG Executives dan Gita Wirjawa, Founder Ancora Foundation bersama 10 penerima beasiswa Sharing the Dream di tingkat Pendidikan Tinggi dan Sekolah Menengah Atas pada acara Sharing the Dream Scholarship Hand-over Ceremony di Balai Kartini, Jakarta.

SCG juga melanjutkan program beasiswa Sharing The Dream yang memberikan lebih dari 400 beasiswa per tahun kepada pelajar Sekolah Menengah Atas di Indonesia. Tahun ini, SCG telah memperluas programnya untuk mendukung 10 mahasiswa yang menerima beasiswa untuk melanjutkan pendidikan tinggi hingga lulus dan dapat mewujudkan cita-cita mereka untuk menjadi lebih baik. SCG Sharing the Dream telah dilaksanakan di Indonesia selama 7 tahun berturut-turut dan telah memberikan lebih dari 2.300 beasiswa kepada pelajar Indonesia.

Roongrote mengatakan, “Hasil kinerja SCG untuk Q3/2018 dan 9 bulan pertama tahun 2018 menunjukkan peningkatan pendapatan di semua unit bisnis karena peningkatan kondisi pasar secara keseluruhan, permintaan yang lebih tinggi dari semen dan bahan bangunan dari Thailand dan proyek investasi asing oleh publik dan sektor swasta, permintaan pasar yang konsisten dalam bisnis bahan kimia dan kemasan, meskipun laba menurun karena bahan baku yang lebih tinggi dan biaya energi, serta perlambatan perdagangan global dan penurunan nilai aset.”

SCG sangat menyadari dampak perang dagang terhadap bisnis secara keseluruhan dan ketidakpastian dari ekonomi global, sementara pada saat yang sama menyadari adanya potensi peluang baru. Oleh karena itu, SCG telah merumuskan 6 arahan dari strategi proaktif untuk tantangan ini yang akan dilaksanakan di semua tingkatan untuk mempertahankan dan lebih meningkatkan kekuatan bisnisnya. Petunjuk ini adalah sebagai berikut:

1.) Memperluas peluang ekspor sejalan dengan arus pasar global yang telah berubah mengikuti perang dagang, misalnya, ekspor ke Cina dan AS sementara perang dagang sedang berlangsung. Terlepas dari rencana jangka panjang yang bertujuan untuk memperkuat basis pasar Thailand, SCG juga berfokus pada perluasan basis pasarnya secara terus-menerus ke wilayah lain. Proyek Kompleks Petrokimia di Vietnam (LSP) merupakan proyek kunci terbaru sedang berjalan seperti yang direncanakan, dengan desain teknik, mesin dan pengadaan peralatan dan persiapan lokasi untuk pekerjaan konstruksi dimulai, setelah penandatanganan perjanjian pinjaman pada 6 Agustus dengan 6 lembaga keuangan terkemuka, baik dari Thailand maupun asing. Diharapkan operasi komersial akan dimulai tepat waktu pada paruh pertama tahun 2023.

SCG mencari pasar baru dengan potensi dan pertumbuhan yang cepat dalam nilai pasar, misalnya, perluasan bisnis logistik di Cina bekerja sama dengan Jusda Supply Chain Management International (JUSDA), anak perusahaan Foxconn, untuk menyediakan layanan pengiriman untuk barang elektronik di Cina, termasuk meningkatkan solusi rantai pasokan, logistik lintas batas antara Cina dan ASEAN, dengan teknologi canggih untuk melacak dan mengendalikan sistem transportasi. Tahap pertama akan fokus pada layanan di Cina selatan, meningkatkan kekuatan SCG, serta mempersiapkan ekspansi sourcing business dan e-commerce untuk mengekspor produk Thailand ke Cina. Selain itu, bisnis SCG Logistics, solusi End-to-End inovatif yang menawarkan layanan penyimpanan gudang, pengemasan, dan pengiriman barang berskala besar dan kecil, menyediakan koneksi dan impor serta layanan ekspor produk Thailand ke Cina dan pasar lainnya seperti India.

 

2.) Pengelolaan biaya energi seperti contoh usaha memastikan pasokan batu bara yang lebih tinggi dengan biaya yang lebih kompetitif, telah membantu SCG menghemat biaya energi sebesar Rp 174 miliar (US$12 juta) selama 9 bulan terakhir, jika dibandingkan dengan rencana awal perusahaan. Selain itu, perusahaan juga mendorong pemanfaatan energi terbarukan di berbagai pabrik milik perusahaan untuk mengurangi penggunaan energi. Upaya yang dilakukan untuk ini adalah dengan memasang panel surya yang mampu menghasilkan listrik sebesar 38 megawatt atau mampu menghemat biaya listrik sebesar Rp 74 miliar setiap tahunnya (US$ 5 juta per tahun). Sebagai tambahan, lebih dari 100 proyek energi untuk peningkatan kemampuan peralatan, penerapan platform Internet of Things (IoT) untuk meningkatkan efisiensi energi, serta beragam proyek energi terbarukan masuk dalam rencana perusahaan. Jika proyek-proyek energi terbarukan tersebut akan membuat perusahaan mampu menghemat biaya energi dengan total lebih dari Rp 267 miliar setiap tahunnya (US$ 19 juta per tahun).

 

3.) Pemanfaatan teknologi digital untuk mendorong efisiensi guna meningkatkan nilai kompetitif seraya memastikan pertumbuhan perusahaan. Hal ini dimaksudkan agar perusahaan dapat beradaptasi dengan cepatnya arus perubahan di era masa kini. Kerja sama antara SCG dan Digital Ventures baru-baru ini untuk menerapkan blockchain di dalam sebuah platform procurement yang komprehensif dan berhubungan dengan mitra-mitra dagang perusahaan, dan juga inovasi teknologi yang dikembangkan oleh karyawan SCG contohnya sistem Robotic Process Automation yang dapat mempersingkat waktu serta memastikan tingkat efisiensi yang tinggi dalam suatu proses pekerjaan yang dilakukan oleh karyawan. Selain itu, AddVentures, Corporate Venture Capital (CVC) yang merupakan anak perusahaan SCG telah menginvestasikan lebih dari Rp 180 miliar (US$ 13 juta) ke berbagai perusahaan startup.

 

4.) Fokus pada pengembangan inovasi dan juga Produk & Layanan Bernilai Tambah Tinggi (HVA) guna meningkatkan kualitas hidup konsumen dan pelanggan, serta memastikan keberlanjutan pertumbuhan bisnis di masa mendatang. Hal ini dilakukan untuk mengakomodasi 6 tren di masa depan seperti Smart Building, Energi Tebarukan, AI dan Big Data, melalui kerja sama dengan CAS Innovation Cooperation Center (Bangkok) (CAS ICCB), yang terafiliasi dengan lebih dari 100 institusi penelitian di China. Lebih lanjut lagi, di 9 bulan awal di tahun 2018, pendapatan yang dibubukan SCG dari pejualan HVA mencapai Rp 60.537 miliar (US$ 4.336 juta), menunjukkan peningkatan sebesar 7% y-o-y dan menyumbang 39% dari total Pendapatan dari Penjualan. Pengeluaran yang dihabiskan untuk Innovation Research & Development mencapai Rp 1.535 miliar (US$ 110 juta) atau 1% dari total Pendapatan dari Penjualan, dan perusahaan memiliki rencana untuk meningkatkan porsinya menjadi 1,5%-2% dari total Pendapatan dari Penjualan di masa depan.

 

5.) Meningkatkan efisiensi modal kerja dengan cara menjaga kesesuaian level dari modal kerja itu sendiri. Pada akhir Q3/2018, modal kerja SCG mencapai Rp 34.797 miliar (US$ 2.347 juta) dan cash & cash under management yang mencapai Rp 24.087 miliar (US$ 1.625 juta), yang masih terhitung relevan untuk rencana bisnis investasi dan penyesuaian terhadap berbagai ketidakpastian iklim bisnis saat ini dan di masa depan.

 

6.) Mengevaluasi portofolio investasi serta biaya yang terkait untuk lebih fokus ke proyek-proyek yang mendorong terciptanya pengehematan energi, seperti proyek pengembangan ladang panel surya terapung untuk menghasilkan listrik, dengan tujuan menjadi perusahaan penyedia solusi hulu-hilir pertama di Thailand di tahun 2019, yang menawarkan layanan dari perencanaan desain, instalasi hingga layanan purna jual kepada calon pelanggan dari instansi publik hingga swasta.

 

“SCG yakin dapat memperkuat bisnis kami di Thailand dan regional, berkat strategi jangka pendek kami, 6 arahan dari strategi proaktif, dan strategi jangka panjang yang selama ini telah membantu mendorong pertumbuhan bisnis yang berkelanjutan bagi perusahaan.” pungkas Roongrote.