Home Berita Selamat Jalan Sang Mahaguru, Indra Abidin

Selamat Jalan Sang Mahaguru, Indra Abidin

4584
Indra Abidin/ist

OLEH AENDRA MEDITA*)

Sahabat Hermawan (Iwan) pada 3 Oktober 2018 mengabarkan bahwa guru kita Bapak Indra Abidin telah pergi dipanggil Sang Maha Pemiliknya. Pak Indra Abidin telah pergi. Saya dan Iwan memanggilnya Pak IA. Pak IA adalah pemimpin kami saat kami berkerja di Fortune Indonesia Tbk. (Perusahaan Advertising atau perusahaan pengembangan komunikasi yang didirikan pada 5 Mei 1970 dengan nama PT Fortune Indonesia Advertising Company awal lahirnya didirikan oleh Mochtar Lubis. Fortune juga perusahaan iklan yang pertama masuk listing di Bursa sebagai perusahaan terbuka, pada saat itu Fortune Indonesia berafiliasi dengan Fortune International Australia). Sejak tahun 1973 Fortune kepemilikan dan kendalinya dibawah tangan Indra Abidin.

Saat saya diberi kabar bahwa Pak IA pergi saya sedang berada diluar kota.

Bukan hanya Iwan yang berikan kabar bahwa Pak IA telah berpulang, sejumlah kawan saya yang pernah gabung di Fortune Indonesia dan sejumlah teman di Advertising Agency di Jakarta pun memberikan kabar kepergian sang maha guru itu pada saya ini. Lalu saya hanya bisa berdoa bahwa guruku ini semoga mendapatkan tempat di sisiNYA dan keluarga yang ditinggalkannya diberikan ketabahan.

Bagi saya IA adalah tokoh penuh semangat yang luar biasa, ia sebagai pemimpin di perusahaan besar yang sangat paham akan anak buahnya, yang menyebut tim di Fortune itu sebagai warganya.

Saya dan IA

Baiklah bagaimana saya dekat dengan Pak IA? Mungkin ini satu tulisan yang saya persembahkan pada Sang Maha Guru. Saya masuk dalam dunia komunikasi periklanan adalah dunia yang bukan baru, karena sejak tahun 1994, saya sudah berada dalam dunia media. Tahun 1996 saya sebagai jurnalis di Majalah D&R, tahun 1999 Majalah D&R tutup. Lalu saya bekerja di media Online, lalu ke Majalah Cakram (sebuah media periklanan dan komunikasi Bisnis), majalah ini dibawah payung Matari Advertising, sebagai Editor disana saya paham betul dunia iklan, marketing komunikasi dan kehumasan.

Di sinilah saya tahu banyak dunia iklan humas dan marketing komunikasi. Tak lama di Majalah Cakram saya hijrah ke perusahaan iklan AIM Advertising, saya masih dalam dunia menulis (alias posisi kreatif –CopyWriter– iklan). Di AIM Advertising saya handle beberapa iklan, Hyundai, Indosat, dll.  Saya tak lama di sana karena dipanggil oleh Pak IA untuk bergabung di Fortune DDB Advertising. Saat itu Fortune masih berafiliasi dengan DDB Worldwide Communications Group Inc., DDB (Doyle Dane Bernbaach) adalah international advertising  yang berbasis di ‎New York City, AS. Makanya saat itu SK saya diangkat adalah sebagai karyawan Fortune DDB. Di Fortune posisi saya strategis memegang sejumlah klien yang kuat, mulai dari Djarum, Bakrie, Secure Parking, Ice Campina, sejumlah korporasi yang akan listing di Bursa Efek dan sejumlah Departemen serta event besar 100 Tahun Bung Hatta), dll.

Saya posisi lumayan penting di Fortune saat itu. Saya punya atasan Managing Director (MD) yang dipimpin Pak Alfonso dan Pak IA adalah President Director (Presdir) terkadang untuk sejumlah project komunikasi saya bisa dibawah langsung Pak IA, meski saat itu posisi saya hanya Account Director yang sebenarnya masih layer 3 atau 4 layer ke Presdir.

Inilah yang menjadi saya punya kuat hubungan dalam kerja dengan Sang Maha Guru. Ada tim kreatif yang kadang menyebutnya saya sebagai YMT (yang membawa tas) Pak Indra, sebagai assisten) pak IA karena jika saya meeting sama beliau dalam sejumlah project komunikasi tak lepas dari beliau (Pak IA). Termasuk dengan calon-calon klien yang kami bantu dalam strategi komunikasi oleh Fortune dimana Pak Indra selalu turun gunung melakukan presentasinya yang sangat piawai.

Kehebatan Pak IA itu dari  klien yang tadinya ogah-ogahan melakukan kampanye komunikasi, namun jika Pak IA turun dan presentasi klien itu akan menjadi tersihir dan bersedia berkampanye komunikasi dan sukses jika ditangani Fortune. Sebenarnya saya adalah anak bawang makanya YMT, namun saya telah banyak belajar dengan beliau Sang Maha Guru komunikasi Indonesia. Sejumlah kampanye yang sukses adalah telah dilakukan oelh Pak IA, Aku Cinta Indonesia bersama Deperindag (saat itu masuk satu perdaganan da perindustrian), Kampanya Bersih Transparan dan Prosfessional (BTP), 100 tahun Bung Hata bersama Adi Sasono (Pak AS) dan keluarga besar Proklamator Bung Hatta adalah yang saya bersentuhan dengan Pak IA.

Ini saya sampaikan kisahnya, bahwa saya ingat betul tahun 2000 itu oleh Pak IA saya dikenalkan kepada Pak AS. Saya kenal sosok Adi Sasono  jauh sebelumnya, karena ia tokoh, saat saya berkenalan langsung dengan Pak AS makin luar biasa tokoh ini. Bahwa event 100 tahun Bung Hatta adalah gagasan Adi Sasono atas Permintaan Keluarga Bung Hatta, Meutia Hatta, Halida dan Gemala dan dengan ketiga putri proklamator itu akhirnya juga saya kenal lebih jauh Hatta dan dengan keluargnya saya menjadikan hubungan silaturahmi sampai kini.

Dan Fortune Indonesia adalah pelaksana konsep kampanye komunikasi. Intensitas pertemuan saya dan Pak Adi Sasono sangat kuat saat itu, saat itu saya sering hadir dan diskusi di kantornya Jalan Agus Salim Menteng Jakarta dan pun demikian Adi Sasono sering meeting menyaksikan progres kerja di kantor kami di Fortune. Saat itu jika saja Pak IA tak bisa saya yang mewakili, baik keliling Indonesia bertemu para tokoh Koperasi bersama Pak AS.

Saya juga sempat mengunjungi sejumlah wilayah di Indonesia dengan mengikuti jejak Bung Hatta dari mulai sejumlah koperasi dan masuk lewat Dekopin, Kampus Universitas Bung Hatta di Padang dan Rumah Bung Hatta di Bukit Tinggi, serta sejumlah kota untuk sosialisasi 100 tahun Bung Hatta. Kami di tim kerja juga terbantu dengan sejumlah dokumen penting dari Om Des atau kita kenal sebagai tokoh dokumentar sejarah Des Alwy. Saya ingat Om Des terlibat banyak dalam 100 Tahun Bung Hatta. Ia memiliki dokumentasi foto dan film Hatta yang luar biasa.

Sosialisasi dan presentasi 100 tahun Bung Hatta selalu dilakukan bersama Pak AS dan pak IA ke sejumlah menteri, dan lainnya. Bahkan ke sejumlah tokoh penting yang peduli. Jaya Suprana adalah salah satu yang ikut berkontribusi membuat karya Indonesia Pusaka. Dengan sejumlah tokoh menyanyi “Indonesia Pusaka” karya Ismail Marzuki untuk dedikasinya kepada Bung Hatta Karya ini selalu di update sampai kini, karena yang nyanyi adalah semua kalangan dari mulai presiden sampai tukang becak.

Terakhir saya lihat Jokowi sudah masuk menyanyi Indonesia Pusaka ini. Saya ingat betul Jaya Surana waktu itu bertemu dengan saya di Semarang kantornya yang saat itu juga masih menjadi markas MURI. Karya ini lahir luar biasa dari 100 Tahun Bung Hatta.

Ada yang menarik saat saya dalam event besar 100 tahun Bung Hatta dimana sering bertemu juga dengan Irman Gusman tokoh yang belakangan sangat penting, ia pengusaha dan berlajar banyak sama AS dalam politik. Irman adalah tokoh Sumbar, yang juga ikut dengan 100 Tahun Bung Hatta saat itu ada juga tokoh minang pemimpin Gebu Minang Fasli Djalal.

Konsep kerja setahun dalam 100 Tahun Bung Hatta melakukan rangkaian diskusi Hatta terus bergulir LP3ES menerbitkan buku Hatta, Gramedia pun ikut terlibat. Konsep ekonomi kerakyatan yang diusung juga membuat sejumlah media berpartner Republika saat itu Erick Tohir adalah yang pertama mendukung, perkenalan dengan Erick Tohir dengan saya pun dijumpai lewat Pak AS, sebelum nama Erick yang kesohor seperti sekarang ini. Ada juga dari MetroTV, Kompas, Pikiran Rakyat dan sejumlah media lain yang mendukung 100 Tahun Bung Hatta. Kisah unik Sepatu Bally dari cerita keluarga Hatta pernah diungkap oleh Kompas dan ini bagian dari kerja Fortune 100 Tahun Bung Hatta yang saat itu konsepnya adalah Cara baik Bung Hatta Santun, Jujur, Hemat.

Kembali ke Sang Maha Guruku yang telah menctat banyak kisah. Perjalanan Pak IA dimana pada 14 November 2009 beliau mendapat gelar Honoris Causa bidang Sastra dari The University of Newcastle Australia. Acara berlangsung dengan megah di Chinese Orchestra Concert Hall, Singapore. Pak Ia dianugerahi gelar ini atas komitmen dan kontribusinya dalam pendidikan, dan atas kreativitas, daya, tenaga serta efektivitasnya dalam mendorong kegiatan iklan yang bertanggung jawab. Dalam sambutannya Pak Indra Abidin menyampaikan keyakinannya bahwa bidang Sastra dan Kreatif dapat mempersatukan dunia.

“Indra Abidin juga mempersembahkan gelarnya untuk istrinya, Miranti, yang telah mendampingi hidupnya selama ini. Usaha periklanan dipercaya turut melaksanakan pembangunan ekonomi sosial budaya dan politik secara efektif dan efisien hingga mengantarkan kualitas manusia yang tinggi sejak era pemasaran modern,”jelasnya seperti saya kutip dilaman dedipanigoro.blogspot.com.

Periklanan-komunikasi pemasaran bukan saja berfungsi komersial, periklanan sosial membuktikan keluarga berencana berhasil dengan mengikutsertakan periklanan dengan “KB Lingkaran Biru”. Disaat krisis 1998, periklanan turut berperan serta menjaga anak-anak agar terus sekolah dengan kampanye ”Aku Anak Sekolah” dan program pengentasan kemiskinan lainnya. Dan semua itu dirintiskembangkan oleh SDM Indonesia.

Indonesia dengan 17.600 pulau, merupakan tantangan besar bagi pemerataan distribusi barang dan jasa. Sekaligus pembangunan media massanya. Periklanan telah turut serta mengatasi hambatan geografis serta Kebhinekaan adat istiadat dengan rancangkembangan komunikasi dan pemasaran yang efektif dan efisien, membawa masyarakat ke tingkat yang relatif lebih tinggi, lanjut IA.

Kini sosoknya yang sederhana yang punya visinya terbentang luas dalam pengalaman di dunia periklanan serta intuisi bisnisnya sehingga nama Fortune Indonesia adalah sejarah perusahaan periklanan nasional yang mampu bertahan di tengah persaingan global. Sang maha Guru Indra Abidin telah pergi.  Selamat jalan Sang Maha Guru Karyamu abadi untuk Periklanan Indonesia di masa depan dan akan diteruskan oleh murid-muridmu. Tabik!!!

*) Seorang yang pernah menjadi murid, saat ini belajar menjadi konsultan Komunikasi di MEPRINDO COMMUNICATIONS