Home Berita Sejumlah Perusahaan Sadar Data Aset Berharga, Namun Kewalahan Volume yang Dikelola

Sejumlah Perusahaan Sadar Data Aset Berharga, Namun Kewalahan Volume yang Dikelola

33
Studi Hitachi Vantara |IST
Studi Hitachi Vantara |IST

Studi Hitachi Vantara: Sejumlah Perusahaan Indonesia Anggap Data Adalah Aset Paling Berharga, Namun Kewalahan dengan Volume yang Harus Dikelola

Studi ini menunjukkan bahwa meskipun data adalah aset paling berharga bagi perusahaan di Indonesia, 76% pemimpin IT khawatir infrastruktur data mereka tidak cukup tangguh untuk memulihkan semua data setelah serangan ransomware. Lebih dari setengah (51%) bisnis yang disurvei mengaku bahwa mereka membutuhkan bantuan untuk meningkatkan keamanan siber.

CSRINDONESIA – Sebanyak 61% pemimpin departemen IT (information technology/ teknologi informasi) dari sejumlah perusahaan di Indonesia kewalahan dengan volume jumlah data yang mereka kelola dan simpan, menurut Laporan Data Management Infrastructure Dynamics, survei global terbaru oleh Hitachi Vantara, infrastruktur modern, manajemen data, dan solusi digital anak perusahaan Hitachi, Ltd. (TSE: 6501). Studi ini juga mengungkapkan bahwa 75% dari para pemimpin IT di Indonesia khawatir mengenai bagaimana infrastruktur yang sudah ada dapat ditingkatkan untuk memenuhi permintaan konsumen yang terus berkembang di kemudian hari.

Survei yang diambil dari 1.288 responden eksekutif C-level dan pembuat keputusan dari departemen IT di seluruh dunia, termasuk 88 eksekutif di Indonesia, bertujuan untuk mengukur sejauh mana usaha yang dilakukan organisasi untuk mengelola infrastruktur data mereka dengan cara yang aman dan berkelanjutan. Studi ini menggarisbawahi bahwa perusahaan-perusahaan di Indonesia setuju bahwa data adalah aset mereka yang paling berharga, 35% mengatakan mereka mengkhawatirkan ketahanan infrastruktur dan keberlangsungan data. Mayoritas bisnis di Indonesia (72%) juga mengungkapkan bahwa mereka khawatir tidak dapat mendeteksi data breach tepat waktu untuk melindungi data mereka.

“Banyak perusahaan di Indonesia yang masih menyimpan data mereka ke dalam sistem penyimpanan tanpa memiliki strategi data yang tepat. Dengan meningkatnya tekanan kewaspadaan dan kebutuhan akan solusi keamanan dan pemulihan mutakhir di seluruh platform data, tidak heran jika lebih dari setengah pemimpin IT di Indonesia mengungkapkan bahwa mereka membutuhkan bantuan dalam meningkatkan keamanan siber,” ujar Ming Sunadi, Country Manager, Indonesia, Hitachi Vantara. “Kami melihat adanya peningkatan permintaan untuk modernisasi infrastruktur data yang dapat memanfaatkan nilai data yang lebih besar, sekaligus mengurangi jejak karbon organisasi. Usaha perusahaan dalam memprioritaskan keamanan siber secara proaktif adalah kunci dalam perkembangan bisnis dan menangkap peluang pasar di tahun-tahun mendatang.”

Memprioritaskan Modernisasi Infrastruktur untuk Membuat Perbedaan

Survei tersebut juga memaparkan bahwa meskipun 78% pemimpin IT di Indonesia mengatakan infrastruktur merupakan aspek penting untuk strategi transformasi bisnis mereka, hanya 29% dari mereka yang yakin bahwa solusi mereka saat ini dapat beradaptasi untuk memenuhi kebutuhan data mereka. Sedangkan di antara para pemimpin ini, 76% khawatir infrastruktur mereka tidak cukup tangguh untuk memulihkan semua data dari serangan ransomware. Mayoritas dari mereka (89%) setuju bahwa organisasi mereka harus terlibat dalam transformasi digital untuk bertahan. Mengacu pada studi tersebut, Hitachi Vantara menyarankan untuk menempatkan strategi perlindungan data yang tepat untuk memastikan ketahanan dan pertumbuhan bisnis yang berkelanjutan.

Menyeimbangkan Keberlanjutan dan Performa

Menurut studi tersebut, sebanyak lebih dari tiga perempat (82%) pemimpin IT di Indonesia menganggap pusat data mereka ramah lingkungan. 74% dari mereka telah menetapkan tujuan untuk mengurangi konsumsi energi pusat data mereka dan 78% di antaranya saat ini mengukur konsumsi energi mereka untuk memenuhi tujuan tersebut. Sementara itu, 29% dari responden mengakui bahwa infrastruktur data mereka menggunakan terlalu banyak energi, dan lebih dari separuh (53%) mengakui bahwa kebijakan keberlanjutan perusahaan mereka tidak dapat mengatasi dampak pada penyimpanan data yang tidak terpakai.

“Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral mengungkapkan lonjakan konsumsi energi sebesar 31% menurut Handbook of Energy & Economic Statistics of Indonesia (HEESI) 2022, menjadi krusial bagi para pemimpin IT untuk mengambil langkah dalam memastikan komitmen yang lebih besar terkait target keberlanjutan. Di Hitachi Vantara, kami bertujuan untuk selalu membantu bisnis mencapai keseimbangan yang harmonis antara performa pusat data, skalabilitas, keberlanjutan, dan keamanan. Melalui modernisasi infrastruktur data, bisnis akan dapat mengoptimalkan kinerja, menyelesaikan tantangan keberlanjutan dan keamanan, sambil memastikan mereka mampu memenuhi permintaan data mereka untuk tahun-tahun mendatang,” kata Ming.

Metodologi

Studi penelitian manajemen data ini dilakukan oleh Reputation Leaders, sebuah penelitian independen dan konsultan thought leadership. Hasil dikumpulkan melalui survei online dengan pakar industri. Studi dengan 41 pertanyaan dilakukan di antara eksekutif C-suite dan pemimpin IT. Perusahaan direkrut dari semua industri besar di 12 pasar (AS, Brasil, Meksiko, Inggris, Jerman, Italia, India, Singapura, Indonesia, Cina, Australia, dan Selandia Baru). Data diberi bobot untuk memastikan pembagian 70:30 antara pemimpin IT dan eksekutif C-suite. Industri juga diberi bobot yang sama. Sampel survei hanya mencakup organisasi besar (omzet global tahunan lebih dari USD 500 juta [setara dengan lebih dari Rp 7,4 triliun]) dan mungkin tidak mewakili semua organisasi. |WAW-CSRI