CSRINDONESIA – Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LP2M) Stikom Interstudi bekerjasama dengan LP2M STDI – Interstudi, mengadakan Seminar Nasional bertajuk “Re Orientasi Riset dan Inovasi Dalam Menghadapi Revolusi Industri 4.0 dan Kurikulum 4.0 di Perguruan Tinggi” pada Kamis, (13/9/18). di Auditorium STIKOM-Interstudi, Jakarta.
Dalam paparannya Prof Engkus Kuswarno ahli Komunikologi Universitas Padjadjaran (UNPAD) menagtakan Fase periode Revolusi Industri membutuhkan masa yang semakin singkat dari waktu ke waktu. “Saat ini berbagai macam kebutuhan manusia telah banyak menerapkan dukungan internet dan dunia digital sebagai wahana interaksi dan transaksi,” ujar Prof Engkus yang juga Anggota Majelis Program Doktor Ditjen Kelembagaan Dikti dalam Seminar Nasional Stikom Interstudi Jakarta, 13 September 2018.
Prof Engkus menambahkan, bahwa Era Baru Industrilisasi Secara global era digitalisasi akan menghilangkan sekitar 1 – 1,5 miliar pekerjaan sepanjang tahun 2015-2025 karena digantikannya posisi manusia dengan mesin otomatis (Gerd Leonhard, Futurist); – Diestimasi bahwa di masa yang akan datang, 65% murid sekolah dasar di dunia akan bekerja pada pekerjaan yang belum pernah ada di hari ini (U.S. Department of Labor report). Peluang: – Era digitalisasi berpotensi memberikan peningkatan net tenaga kerja hingga 2.1 juta pekerjaan baru pada tahun 2025 – Terdapat potensi pengurangan emisi karbon kira-kira 26 miliar metrik ton dari tiga industri: elektronik (15,8 miliar), logistik (9,9 miliar) dan otomotif (540 miliar) dari tahun 2015-2025 (World Economic Forum).
“Ini terlihat di beberapa jenis model bisnis dan pekerjaan di Indonesia sudah terkena dampak dari arus era digitalisasi. Toko konvensional yang ada sudah mulai tergantikan dengan model bisnis marketplace. Taksi atau Ojek Tradisional posisinya sudah mulai tergeserkan dengan moda-moda berbasis online,” ungkapnya.
Sementara itu Dr. M. Samsuri – Sekretaris LLDIKTI Wil III mengatakan Revolusi industri 4.0 menurut secara umum diketahui sebagai perubahan cara kerja yang menitikberatkan pada pengelolaan data, sistem kerja industri melalui kemajuan teknologi, komunikasi dan peningkatan efisiensi kerja yang berkaitan dengan interaksi manusia
“Dalam Paradigma baru kuantitas bukan lagi menjadi indikator utama bagi suatu perguruan tinggi dalam mencapai kesuksesan, melainkan kualitas lulusannya. Kesuksesan sebuah negara dalam menghadapi revolusi industri 4.0 erat kaitannya dengan inovasi yang diciptakan oleh sumber daya yang berkualitas,” ujarnya
Ide ini dibangun atas semangat dalam menghadapi perkembangan global sekarang ini yang sangat dipengaruhi sekali dengan perkembangan industri kearah masuknya revolusi industry four poin zero (4.0)
“Revolusi industri yang digagas oleh Jerman sekarang ini sudah masuk dalam revolusi industri 4.0, yang diperlukan semangat bahwa setiap orang tidak lagi bicara tentang pertanian, manufacturing atau pabrikasi dan tidak juga berbasis sekedar informasi dan komputer tetapi sudah membangunnya dalam sistem struktur yang nirkabel. Revolusi industri yang berbasis 4.0 ini tidak hanya semata miliknya orang tehnik, salah satu gagasan yang diinginkan presiden adalah dengan membuat perubahan (making industry 4.0 ) yakni perubahan dalam sistem pendidikan dengan kurikulum yang memasukkan unsur elemen revolusi 4.0.” Jelas Irwansyah (11/9)
Di tempat terpisah Dr. Poppy Ruliana, M.Si, Ketua LP2M STIKOM Interstudi mengatakan “Kurikulum merupakan perangkat pendidikan yang dinamis, oleh karena itu juga harus peka dan sekaligus mampu merespon beragam perubahan dan beragam tuntutan stakeholder yang menginginkan adanya peningkatan kualitas pendidikan. Di samping itu, dalam menghadapi era revolusi industri 4.0, perguruan tinggi segera merespon dengan mengubah kurikulum perkuliahan yang disepakati dalam Konferensi Forum Rektor Indonesia (FRI) yang berlangsung di Universitas Hasanuddin (Unhas), Makassar, Sulawesi Selatan.”
Poppy juga berharap, Hasil yang diharapkan dalam workshop ini adalah tersusunnya suatu penelitian berbasismodel penerapan kurikulum 4.0 pola baru berdasarkan interaksi pemikiran dan pengalaman terkait dengan pengembangan kurikulum berbasis kompetensi dan perkembangan IPTEKS berbasis media digital |ED/AME