Home UMKM Prospek Pengobatan Komplementer, _Cuan_ bagi Perawat Indonesia

Prospek Pengobatan Komplementer, _Cuan_ bagi Perawat Indonesia

213

Prospek Pengobatan Komplementer, _Cuan_ bagi Perawat Indonesia

CSRINDONESIA.COM – Sekjen Perkumpulan Perawat Pembaharuan Indonesia (PPPI) meyakini berbagai bagian tanaman potensial digunakan sebagai obat herbal, mulai dari daun, akar, hingga bunganya, dan membantu mengatasi berbagai keluhan kesehatan. Tanaman herbal sebagai bagian dari perawatan atau penanganan keluhan kesehatan bisa komplementer dengan pengobatan konvensional yang selama ini sudah sangat umum di dunia barat. “Karena dunia pengobatan sudah mulai beralih pada herbal. Ke depannya, PPPI akan meningkatkan program pelatihan layanan kesehatan komplementer sampai tingkat provinsi, kabupaten,” Sekjen PPPI Sukendar mengatakan kepada Redaksi.

PPPI gelar acara ngobrol santai dengan tema membangun kewirausahaan tenaga keperawatan, menjadi _entrepreneur_ terapi keperawatan dalam kewirausahaan layanan kesehatan komplementer. Sebagian besar peserta berprofesi sebagai tenaga kesehatan (nakes) keperawatan. Tetapi tren pengobatan komplementer juga membuka peluang untuk para nakes untuk _cuan_ . Ada beberapa yang sukses, seperti Ado Sadroi, ternyata _cuan_ dengan mendirikan praktek penyehat tradisional dan klinik Darussyifa dengan pelayanan terapi seperti bekam, akupresur, herbal. Bahkan ia juga mendirikan perkumpulan penyehat tradisional Indonesia (PPTI) serta himpunan perawat komplementer Indonesia (HIPKI). “PPPI ingin menciptakan perawat yang sejahtera dan _cuan,_ caranya dengan pekerjaan sebagai perawat komplementer. Kami bisa semakin mengarah para profesionalisme dan kesejahteraan perawat. Kami sudah bikin akta di notaris, bahwa profesi _homecare_ di bawah PPPI. Kegiatan pendidikan dan latihan akan terus ditingkatkan, bahkan berijazah dari Kemendikbud (Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Ristek),” kata Sukendar.
Sementara itu, Ado Sadroi dari Perhimpunan Penyehat Tradisional Indonesia (PPTI) melihat prospek profesi perawat atau nakes pada pengobatan komplementer, dan penciptaan lapangan pekerjaan baru. Setiap tahunnya, ada sekitar 10.000 lulusan dari sekolah tinggi ilmu keperawatan (Stikes). Tapi jumlah tersebut tidak parallel dengan jumlah rumah sakit yang ada atau yang akan dibangun di berbagai kota besar di Indonesia. “Terutama lulusan program D3 Stikes, beberapa sering bingung untuk cari lowongan pekerjaan. Sehingga saya berani deklarasi PPTI, HIPKI untuk mensejahterakan perawat, bersinergi dengan kebijakan pemerintah. Saya juga aktif pada PPPI,” kata Ado.

Ia juga kelola rumah sunat Assyifa di Bogor, dekat kampus IPB. Selain, ada usaha pengobatan komplementer terutama bekam, akupuntur, herbal sejak tahun 2008. Izin praktik sebagai pengobat tradisional juga sudah dikantongi. Ia membuka kesempatan kepada nakes atau perawat untuk meningkatkan keahlian serta keterampilan pengobatan komplementer. “Kami bantu, tapi harus jadi anggota PPPI. Perkuliahan untuk pengobatan komplementer selama 6 – 12 bulan. Waktunya relative singkat, dan biaya murah,” kata lulusan Dharma Usada STAB Nalanda perkuliahan perpaduan akupresur, akupuntur, jamu/herbal.**