CSRINDONESIA – Ngobrol santai dengan Calon Rektor Unpad Prof.Dr. Atip Latipulhayat tentang budaya Sunda asik juga. Tidak disangka pengetahuan budaya Sundanya sangat dalam dan luas.
Beliau Sunda pituin alias USA (Urang Sunda Asli) terah Tasikmalaya. Adalah Atip juga dikenal sebagai ustad yang rajin memberi ceramah agama Islam sampai ke Australia dan Malaysia. Atip dalam visinya memang dengan tegas akan menjadikan Unpad Universitas Unggul, kelas jagad (world class university), yang bebasis nilai-nilai lokal, kesundaan.
Hal itu menjadi suatu keawajiban bagi Atip, sebab secara historik Unpad lahir atas apirasi para inohong dan masarakat Sunda yang ingin punya universitas “anu nyunda”. Aspirasi disini kata Atip bukan emosional tapi aspirasi rasional futuristik untuk pembangunan Indonesia, “Pendeknya Unpad berdiri dari aspirasi kontribusi masarakat sunda untuk Indonesia,” begutu tegas Apip dalam perbincangan dengan Redaksi, Jumat, (26/10/18)
Unpad beruntung punya Jurusan Bahasa dan Sastra Sunda di Fakultas Ilmu Budaya (FIB). Sebagaimana jurusan Sastra Jawa yang telah mengangkat UGM menjadi universitras kelas dunia, Atip pun sudah punya rencana matang menggali dan mengembangkan Sastra dan budaya Sunda untuk dijadikan ikon yang memberi supali-suplai nilai untuk kemudian disebar ke dunia lewat tulisan-tulisan jurnal Ilmuwan-ilmuwan Sunda Unpad setingkat doktor.
Falsafah-Falsafah dan ungkapan Sunda saja sangat sarat makna, universal dan masih relevan diterapkan pada jaman sekarang serta banyak diteliti oleh ilmuwan-ilmuwan asing. Contohnya “Talungtik”( menyeledik/meneliti hingga ketemu) menandakan budaya riset.Begitu juga paheuyeuk-heuyeuk leungeun paantay-antay tangan (bekerjasama), sabobot sapihanean sabata sarimbagan merupakan nilai-nilai hidup ”rukun, toleran” yang universal, “Dan coba perhatikan dalam percaturan dunia perpolitikan, orang Sunda selalu dikedepankan untuk jadi diplomat ulung seperti Pa Mochtar Kusuma Atmadja, karena mereka memegang falsafah..leuleus jeujeur liat tali (bijaksana dalam melaksanakan pemerintahan/adil), someah hade ka semah (ramah kepada orang lain/tetamu), malapah gedang (bicara tidak langsung ke masalah sehingga tidak menyinggung perasaan orang lain), herang caina beunang laukna ( mendapat hasil bukan karena paksaan/dipaksa),” papar Atip.
Selain itu naskah-naskah Sunda Kuna yang sudah diterjemahkan dan diteliti isinya seperti
“Sanghyang Siksa Karesian”, “Sewaka Darma”,” Amanat Galungung”, “Carita Parahyangan”, “Fragmen Carita Parahyangan”, “Carita Ratu Pakuan, “Bujangga Manik”, “Kawih Paningkes” dan naskah-naskah yang masih tersebar di masyarakat, di dalamnya terkandung berbagai ilmu pengetahuan yang tak luntur dimakan waktu tak lekang dimakan jaman, relevan hingga sekarang, mulai dari ilmu sastra,seni, filsafat, politik, ketatanegaraan, militer, ekonomi, sosial, dsb. Semua itu menjadi lahan subur untuk bahan penelitian mahasiswa di semua fakultas (untuk skripsi, tesis, disertasi) serta doktor dan guru besar Unpad untuk ditulis menjadi karya ilmiah di jurnal internasional serta diterapkan di kehidupan jaman sekarang.
Atip juga mendapat “pencerahan” ihwal unggulnya sistem pertanian tradisonal ketika berkunjung ke Bangkok, seorang doktor pertanian disana menerangkan kenapa padi Thailand enak dan pulen setelah dimasak jadi nasi, karena mereka menggabungkan teknologi dengan keraifan-keraifan lokal, mereka lebih memilih bajak singkal yang ditarik kerbau daripada memakai traktor untuk mengolah sawah, karena sudah terbukti kualitas bajak singkal lebih baik dari traktor. Begitu pun di Indonesia, nanti doktor-doktor dari Fakultas Pertanian Unpad akan dikeprak untuk meneliti dan menulis jurnal internasional bagaimana canggihnya sistem pertanian masyarakat Kanekes (Baduy) yang alami /anti kimia dan tidak memakai mesin, contohnya untuk merangsang pertumbuhan padi saja mereka hanya menggunakan Musik Angklung, begitupun untuk mengusir hama dengan suara yang keluar dari calintuh (semacam hatong), atau kolecer, karinding di masyarakat sunda lainnya.
Masyarakat Kasepuhan Sirnaresmi (Kasepuhan Banten Kidul) pun tak kalah hebat, mereka sudah terbiasa bercocok tanam di lahan perbukitan yang curam yang mustahil dilakukan dengan sistem pertanian modern. Pupuknya juga memakai pupuk kandang atau kompos bukan pupuk kimia yang dampaknya malah merusak kesuburan tanah dan unsur hara lainnya Begitu juga dalam tatacara beternak (peternakan) seperti memelihara ikan, orang Kasepuhan sudah biasa memelihara ikan di sawah, sebab terbukti kotoran ikan itu bisa menyuburkan sawah.
Begitu juga dalam hal mengolah sawah, utamanya dalam membajak sawah, orang Kasepuhan hingga sekarang tetap konsisten menggunakan “Lanyam(wuluku kayu)” yang memang cocok digunakan di lahan basah / sawah, jadi tidak memakai “bajak singkal” bawaan penjajah Belanda yang hanya cocok digunakan di “lahan darat.
Masyarakat Sirnaresmi juga dalam hal memilih benih padi tidak sembarangan, tidak pernah menanam bibit unggul yang biasa dipanen 3 kali dalam setahun, dari dulu kala selalu menanam bibit padi yang ujungnya “berbulu” yang dipanen setahun sekali. Ternyata bulu padi tersebut sangat ditakuti oleh hama burung pipit. Dalam hal menimpan padi hasil panen, selain punya “leuit desa”(lumbung desa) yang dalam musim paceklik bisa dipinjam oleh masyarakat di sana, masyarakat Kasepuhan juga memiliki lumbung canggih, anti tikus dan anti kutu, dan luar biasanya padi yang disimpan di lumbung tersebut bisa tahan 25 tahun tanpa bau apek dan enak dimakan seperti padi yang baru habis dipanen.
Dalam hal Ekonomi karuhun Sunda pun kata Apip sebenarnya sudah mewariskan kearifan-kearifan lokal seperti sistem ekonomi yang ada hampir di semua kampung adat Sunda dengan sistem “leuit (lumbung padi) desa” dan “leuit pribadinya” hingga mereka tetap survive walau Negara lagi krisis ekonomi dan kekurangan pangan malah bisa menyumbang ke daerah lainnya. Belum sistem “Gintingan” yang ada di masyarakat Subang, yang terbukti jadi contoh sistem gotong royong perekonomian masyarakat Sunda yang mumpuni.
Begitu pula dalam hal politik, walau jarang disebut-sebut dalam kejayaan nusantara ,Pajajaran dan Galuh sebagai kerjaan Sunda sudah terkenal jadi kerajaan yang tangguh dan berdaulat hingga terkenal ke mancanegara. Hal ini banyak saksi yang menguatkan dari berita-berita petualang dan pedagang Portugis, Spanyol, China.Maksudnya tatanan ketatanegaraan dan sistem politinya memang hebat, hal ini bisa dilihat di naskah Amanat Galungung (naskah ditulis dalam akasara dan bahasa Sunda Kuna berisi sejarah tentang kepemimpinan dari leluhur yang perlu dipegang teguh sebagai pedoman para elit politik dalam menjalankan roda pemerintahan dan menjalani kehidupan agar Negara tetap jaya),
Atau bisa disaksikan langsung hingga sekarang pada sistem pemerintahan masarakat kanekes (Baduy) dengan sistem TRI TANGTU atau TELU TANGTU (Raja-Rama-Resi) yang merupakan gambaran dari Trias Politika.
Aset Unpad adalah Jawa Barat
Kenapa aset Unpad Jawa Barat, karena menurut Apip secara sosio kultural Unpad adalah anak kandung yang lahir dari Rahim masyarakat Sunda dan secara sosiopolitik anak kandung Jawa Barat, “ Jadi dulu yang menjadi Ketua Panitia pendirian Unpad adalah Gubernur Jawa Barat Rd.Ipik Gandamanah, “Jadi Jabar itu punya Unpad dan Unpad adalah Jabar. Jadi kalau ditanya apa aset (substansial) Unpad , ya Jawa Barat”, kata Apip pasti, “Jadi kalau Unpad sampai hareeng (sakit panas) dan harengheng (ribut) yang malu ya masarakat Jabar juga,” imbuhnya.
Sebagai contoh sekarang Unpad sudah mengembangan kampusnya di Pangandaran, kedepannya ada beberapa kemungkinan, bisa jadi mandiri milik Pangandaran (kelakar Apip Unpad namanya pun jadi Universitas Pangandaran, bukan Univeritas Padjadajaran lagi) atau bisa jadi milik Unpad. Begitu pula kalau ada daerah setingkat kabupaten/kota di Jawa Barat yang kurang berkembang Unpad harus hadir disitu, itulah yang dimaksud aset Unpad adalah Jawa Barat, “Sebagai kecintaan dan sumbangsih Unpad kepada masarakat Jabar/Sunda yang telah melahirkannya,” beber Atip.
Sebaliknya Jawa Barat adalah Unpad, artinya pemerintah Jabar pun harus ikut andil mendukung Unpad yang sudah 5 tahun berturut-turut menjadi perguruan tinggi yang paling banyak peminatnya di Indonesia. Banyaknya minat mahasiswa yang ingin kuliah di Unpad tentu saja karena kualitas Unpad disamping itu Kota Bandung yang historik, elit hingga terkenal ke mancanegara serta alamnya yang sejuk segar endah asri serta penduduknya yang ramah, someah hade ka semah menjadi pamelet (pemikat) orang luar untuk menuntut ilmu, bahkan bekerja dan bermukim di Kota Kembang. Hal ini jelas harus terus dikapitalisasi, ujar Atip.
Dan kebetulan sekarang Unpad statusnya sudah jadi Perguruan Tinggi Negeri Berbadan Hukum (PTNBH), jadi punya ruang kebebasan untuk mengelola dirinya sendiri, untuk dikomersilkan. Tentu dalam hal ini Apip beserta jajarannya kalau terpilih jadi rektor sudah mempersiapkan segala sesuatunya dengan matang. Dengan catatan sekomersil-komersilnya Unpad tapi akan membuka pintu lebar-lebar kepada putra-putri urang lembur di daerah yang unggul punya prestasi untuk kuliah di Unpad, tentu tidak harus bayar alias diberi bea siswa, begitu janjinya.
Sedangkan rencana Apip untuk mengelola aset-aset fisik Unpad yang berupa gedung yang tersebar hampir di sudut-sudut kota Bandung hingga Jatinangor dan Ajasari Kabupaten Bandung, akan menyerahkan pengelolaan aset-aset formal Unpad kepada para alumni bukan orang luar, Alasan Apip Unpad adalah Universitas yang unggul maka tentu saja akan melahirkan para sarjana/alumni yang unggul pula di bidangnya masing-masing, disamping itu kalau para alumni yang mengelola, “Seburuk-buruknya alumni pasti kalau dapat keuntungan akan memberi lebih sedangkan kalau rugi tidak akan menendang”, Insyaalloh para alumni Unpad rasa cintanya terhadap almamater masih kental,” pungkas Apip yakin.
Tentang Atip Latipulhayat
A. Identitas Diri
Nama Lengkap (dengan gelar): Prof. Atip Latipulhayat,S.H.,LL.M.,Ph.D
Jenis kelamin: Laki-laki
Pekerjaan: Dosen Fakultas Hukum Unpad
Jabatan Fungsional: Guru Besar
Tempat dan tanggal lahir: Tasikmalaya, 28 Juli 1964
Agama : Islam
Alamat: Jl.Riung Purna IV No.7, Riung Bandung
Email: atiphayat@gmail.com
B. Riwayat Pendidikan
Sarjana Hukum: Fakultas Hukum Unpad, lulus tahun 1990
Master of Laws (LLM): Monash University-Australia, lulus tahun 2000
Doktor: Monash University-Australia, lulus tahun 2007
C. Riwayat Pekerjaan
Ketua Departemen Hukum Internasional FH Unpad, 2014-2015
Ketua Departemen Hukum Internasional FH Unpad, 2018 – sekarang
Ketua Tim Internasionalisasi Unpad, 2009-2010
Pimpinan Redaksi Pajajaran Jurnal Ilmu Hukum, 2014- sekarang
Ketua Pusat Studi Hukum Udara dan Ruang Angkasa, 2010 – sekarang
President International Law Association, Branch Indonesia, 2016 – sekarang.
|CSRI/AGP/Editor AHM