Home Artificial intelligence (AI) Prioritas CEO Terhadap Keberlanjutan Telah Merosot Tajam karena AI

Prioritas CEO Terhadap Keberlanjutan Telah Merosot Tajam karena AI

29
The Visionary CEO’s Guide to Sustainability 2024 | Bain & Company
The Visionary CEO’s Guide to Sustainability 2024 | Bain & Company

Bain & Company memperkirakan kenaikan suhu sebesar 2 derajat Celsius dapat memangkas nilai indeks S&P 500 sebesar $6 triliun, selain juga akan menimbulkan dampak buruk terhadap lingkungan dan sosial. Sebuah survei terhadap 19.000 konsumen menunjukkan sekitar 60% dari mereka lebih khawatir tentang perubahan iklim dibandingkan dua tahun lalu, seringkali karena pengalaman pribadi mereka terhadap cuaca ekstrem. Di antara para pembeli B2B, 36% di antaranya mengatakan mereka akan meninggalkan pemasok yang tidak memenuhi harapan mereka akan keberlanjutan

CSRINDONESIA – New York, Riset baru dari Bain & Company menunjukkan adanya kemerosotan tajam dalam prioritas relatif CEO terhadap isu keberlanjutan, seiring dengan meningkatnya prioritas AI, pertumbuhan, inflasi, dan ketidakpastian geopolitik.
Perlambatan momentum keberlanjutan dapat menimbulkan biaya yang nyata. Bain memperkirakan peningkatan suhu sebesar 2 derajat Celsius dapat memangkas $6 triliun dari nilai S&P 5001 selain konsekuensi berupa kerusakan lingkungan dan sosial.
Namun, penelitian Bain menunjukkan perusahaan-perusahaan mengalami kesulitan memenuhi komitmen yang ada. Dari perusahaan-perusahaan yang mengungkapkan kemajuan mereka melalui CDP, 30% di antaranya masih jauh tertinggal dari target pengurangan emisi Scope 1 dan 2, dan hampir setengahnya tertinggal dari Scope 3.
Banyak perusahaan yang menilai ulang, menyesuaikan, serta, dalam beberapa kasus, menarik kembali komitmen mereka terhadap iklim. Hal ini termasuk dalam temuan “Panduan CEO Visioner untuk Keberlanjutan 2024” dari Bain & Company, yang dirilis hari ini.
“Transisi menuju dunia yang keberlanjutan mengikuti siklus yang sudah tidak asing lagi,” tutur Jean-Charles van den Branden, pemimpin praktik Keberlanjutan global Bain. “Apa yang dimulai beberapa tahun lalu sebagai kegembiraan yang tak terbatas telah berubah menjadi realisme pragmatis. Seiring dengan tantangan untuk memenuhi komitmen yang berani menjadi kian nyata, banyak perusahaan memikirkan kembali apa yang dapat dicapai dan dalam jangka waktu berapa lama. Namun, memperlambat kemajuan akan menjadi kesalahan. Penelitian kami menunjukkan banyak teknologi keberlanjutan kemungkinan akan mencapai titik kritisnya lebih cepat dari yang diharapkan. Perusahaan yang berpikiran maju akan tetap berada pada jalurnya dan memimpin jalan karena perpaduan teknologi baru, perilaku konsumen dan pelanggan, serta kebijakan yang cerdas menciptakan peluang berharga bagi industri mereka.”
Cuaca ekstrem memicu meningkatnya kekhawatiran konsumen terhadap perubahan iklim
Bahkan saat para CEO berhadapan dengan prioritas yang saling bersaing, pesan dari para konsumen di seluruh dunia sangat jelas. Dalam survei Bain terhadap hampir 19.000 konsumen di 10 negara, 61% dari responden mengutarakan kekhawatiran mereka tentang perubahan iklim telah meningkat selama dua tahun terakhir, yang seringkali dipicu oleh pengalaman pribadi mereka menghadapi cuaca ekstrem. Konsumen di Brasil, Indonesia, dan Italia—wilayah yang telah mengalami peristiwa cuaca yang dahsyat dalam beberapa bulan terakhir—menunjukkan kekhawatiran yang paling meningkat terhadap perubahan iklim. Sementara 76% konsumen global percaya bahwa gaya hidup yang berkelanjutan bersifat penting “karena tindakan mereka berdampak,” konsumen di Brasil (90%), Indonesia (90%), dan Italia (84%) merasakan rasa tanggung jawab yang lebih besar atas jejak lingkungan mereka sendiri.
Terkait belanja berkelanjutan, konsumen mengatakan pemegang merek dan ritel memainkan peran besar dalam proses pengambilan keputusan mereka. Sementara pengalaman pribadi menghadapi cuaca ekstrem menjadi alasan utama konsumen mengutarakan bahwa mereka memutuskan untuk membeli produk berkelanjutan, 35% mengatakan mereka membuat pilihan karena artikel dan dokumenter media, 33% mengaitkannya dengan ketersediaan, dan 28% mengaitkannya dengan kampanye kesadaran kredit oleh pemegang merek dan ritel.
Penelitian Bain menunjukkan pentingnya bagi perusahaan konsumen untuk melibatkan konsumen mereka bukan sebagai kelompok monolit, melainkan lebih sebagai kelompok kompleks yang terdiri dari segmen-segmen pelanggan tertentu, memprioritaskan kemasan yang didaur ulang dan dapat didaur ulang, serta menjalin kemitraan di seluruh rantai nilai untuk menciptakan aksesibilitas yang lebih besar terhadap produk yang berkelanjutan.
Keberlanjutan tetap menjadi perhatian utama bagi pembeli B2B
Tak hanya konsumen yang berbelanja untuk keberlanjutan. Survei Bain terhadap 500 pembeli dan penjual B2B menunjukkan bahwa keberlanjutan kini menjadi salah satu dari tiga kriteria pembelian teratas pembeli korporat, dan 36% mengatakan mereka akan meninggalkan pemasok yang tidak memenuhi harapan akan keberlanjutan. Hampir 60% mengatakan mereka akan bersedia melakukannya tiga tahun dari sekarang. Demikian pula, survei Bain menemukan hampir 50% pembeli korporat mengatakan mereka akan membayar premi keberlanjutan sebesar 5% atau lebih untuk saat ini, dan mereka berharap kesediaan mereka untuk membayar akan meningkat di masa mendatang.
Pesan ini agaknya tidak sampai kepada para pemasok. Kendati 85% pemasok mengatakan bahwa mereka menanamkan sejumlah aspek keberlanjutan dalam produk dan layanan mereka, hanya 27% yang menganggap diri mereka sangat memahami kebutuhan pelanggan mereka akan keberlanjutan.
Bain menguraikan empat langkah—mengenai pelanggan, nilai, tenaga penjualan, dan harga—yang dapat dilakukan pemasok untuk mulai menjual keberlanjutan secara lebih cerdas.
Menggabungkan AI dan keberlanjutan untuk menghasilkan nilai bisnis
Konsumen dan pelanggan terus menilai keberlanjutan sebagai kriteria pembelian yang penting, tetapi mereka seringkali kurang memahami dengan jelas apa yang membuat suatu produk atau layanan keberlanjutan. Bain menyarankan AI dapat membantu menutup kesenjangan ini dengan menyediakan pendekatan yang lebih efektif untuk mengomunikasikan tentang produk dan proposisi yang keberlanjutan.
“Kami mendorong perusahaan untuk menanamkan AI dalam inisiatif keberlanjutan untuk mendorong inovasi dan ketahanan,” ujar van den Branden. “Namun, penting bagi mereka untuk memahami dan mengatasi potensi dampak AI terhadap emisi karbon perusahaan mereka sejak awal. Dengan menanamkan keberlanjutan sejak awal, bisnis dapat memimpin perubahan menuju masa depan yang lebih hijau dan digerakkan oleh teknologi.” |WAW-CSRI