CSRINDONESIA – Komoditas unggulan coklat (kakao) yang dihasilkan Koperasi Kerta Semaya Samania , Kabupaten Jembrana, Bali, dan berhasil berhasil menyabet penghargaan coklat dunia “Cocoa Exellence 2017” dalam ajang besar dunia Salon du Chocolat di Paris – Perancis tanggal 30 Oktober 2017 lalu.
Antusiasme petani Kakao Jembrana Bali kini dalam menanam Kakao semakin tinggi. Walau dalam sepuluh tahun terakhir dibeberapa wilayah, tanaman Kakao mengalami serangan jamur dan penyakit namun cepat diantisipasi dan pulih kembali.
Saat ini areal perkebunan Kakau yang masih produktif ada di Kabupaten Jembrana mencapai luasan 6.226 Ha, terbesar di Bali.
Di Kecamatan Mendoyo ada 400 Ha lahan perkebunan Kakao. Bahkan di Mendoyo petani Kakao sudah mengarah ke sistem pertanian organik. Salah satu Subak yang sudah menjalankan sistem organik ada di Banjar Pasatan Desa Poh Santen Kecamatan Mendoyo Jembrana. Banjar ini memiliki ketinggian sekitar 160 mdl.
Petani Bajar Pasatan merupakan anggota Subak Abian Dwi Mekar dan pada tahun 2016 ini sebanyak 35 orang anggotanya membentuk Kelompok Tani Kakao Organik dengan nama Kelompok Tani “Amerta Urip”.
Kata Sugandi,“berkat Kakao dengaan Sertifikat Organik dari Kabupaten Jembaran, nama “merah putih” (Indonesia-red) menjadi harum di Perancis, informasi itu kami dengar dari staf Kementerian Pertanian RI, “terang Sugandi yang baru saja pulang dari Jakarta.
Sementara anggota kelompok lainnya Ketut Sapandi mengatakan, Sertifikat Kakao Organik sudah diperoleh setahun lalu, dan proses panjang sertifikasi sudah dilakukan sejak tahun 2006 silam, hal ini tidak lepas dari perhatian serius pemerintah Kabupaten Jembrana, paparnya.
Petani Kakao di Kabupaten Jembrana kini sebagian besar sudah bergabung menjadi anggota Koperasi Kerta Semaya Samaniya. Koperasi ini ikut membantu kebutuhan dan pemasaran Kakao yang ada di Jembrana. Mengenai harga, Ketua Koperasi I Ketut Wiadnyana mengatakan harga Kakao bijian kering dengan sistem organik tahun ini mencapai harga Rp.38.000 per kg. Bahkan yang menarik, berdasarkan penilaian Patroma Perancis, Kakao dengan UTZ sertifikasi di Jembrana juga memiliki kelebihan yaitu memiliki profil aromatik (aroma khusus) satu-satunya di Asia. “Tahun ini kami memperoleh harga yang cukup bagus sehingga pendapatan petani meningkat, pemasaran sangat lancar”terang Wiadnyana.
“Di Kecamatan Mendoyo luas lahan Kakao mencapai 400 Hektar dengan produksi rata-rata mencapai 800 kg -1.000 kh per hektar, dengan perawatan organik yang intensif, petani di banjar Pasatan sudah ada yang mampu mencapai produksi hingga 2.000 kg per hektar, produksi meningkat hingga 50%,”imbuhnya.
Prestasi organik yang diraih petani Kakao di banjar Pasatan Desa Poh Santen Jembrana juga menjadi perhatian serius manajemen PT. Lumbung Mas, Seragen Jateng. Perusahaan ini sejak tahun 2010 memproduksi pupuk organik yang telah banyak digunakan oleh petani di Indonesia seperti petani tebu, sayur, buah-buahan dan tanaman keras lainnya.
Dalam sebuah proses pemikiran yang sederhana, Yayasan Kalimajari hadir, mengalir, berbagi dan membangun bersama dengan masyarakat dalam penguatan dan pengembangan komoditi lokal secara berkelanjutan. Berbagai cerita dan perjalanan program dari berbagai simpul wilayah di Indonesia, mampu mengantarkan keyakinan bahwa “berbagi adalah sebuah karya”. Keyakinan dan spirit inilah yang mampu mengantarkan kami untuk merangkai cerita perjalanan program dan pembelajaran sampai dengan detik ini.
Berbagai mandat, kepercayaan dan kerjasama datang silih berganti dari berbagai pihak untuk diramu menjadi satu bekal guna mengembangkan, mengalihkan dan menguatkan kelembagaan serta masyarakat dampingan untuk berkembang bersama-sama dalam pengembangan komoditi/potensi lokal secara berkelanjutan.
Komoditi lokal di suatu wilayah, seyogyanya mampu tumbuh sebagai pondasi ekonomi yang dapat berperan besar dalam membangun kesejahteraan masyarakatnya.
Satu-persatu hasil karya, buah kerja keras dan upaya untuk berbagi mampu menjadi “catatan kecil” yang mengantarkan Yayasan Kalimajari merangkai cerita program. Kami percaya karena karya tersebut, membuat kami bermakna karena kami ada dan senantiasa berbagi.
“Penghargaan yang diterima oleh kelompok petani Koperasi Kerta Semaya Samania adalah pengakuan dari sertifikasi dunia bidang kakao. Untuk memperoleh penghargaan tersebut ada kreteria tertentu oleh pihak penyelenggara ajang `Cocoa Exellence`,” kata Direktur Yayasan Kalimajari Denpasar Agung Widiastuti di Pakutatan, Jembrana, Bali
Widiastuti selaku pendamping Koperasi Kerta Semaya Samania mengatakan penghargaan “Cocoa Exellence 2017” merupakan ajang bergengsi dalam sektor perkebunan coklat, salah satu untuk menjadi peserta adalah biji coklat memiliki kekhasan. Dan coklat asal Jembrana kekhasan itu ada pada aromanya. Sehingga pihak koperasi pun mengirimkan sampel coklat ke pihak panitia penyelenggara penghargaan tersebut.
“Sebagai petani saya bangga dan senang coklat dari Jembrana mendapat tempat didunia,” ujar Ketut petani yang ditemu di Perkebunan Kakao desa Pulukan Jembrana.
Ia menjelaskan, kelompok tani coklat yang tergabung dalam Koperasi Kerta Semaya Samania saat ini berjumlah 35 subak abian (kelompok tani tradisional Bali) dengan anggota 558 petani. Sedangkan luas lahan perkebunan mencapai 600 hektare lebih. Waktu mengirim sampel itu menggunakan coklat milik petani Made Sugandi. Namun yang mendaftarkan adalah pihak koperasi ke panitia tersebut.
“Kelebihan coklat di Kabupaten Jembrana dari hasil penelitian memiliki kekhasan, yakni pada aroma, buah, bunga, rempah dan madu. Ini bisa terjadi karena penanaman coklat tersebut juga ditentukan dari kontur tanah, termasuk juga sistem tumpang sari,” ucapnya.
Menurut Widiastuti, tanaman coklat memerlukan penaung atau pelindung dari tanaman lain. Maka dari itu, petani coklat di Jembrana menggunakan sistem tumpang sari.
“Jadi, penerapan tumpang sari ini yang menjadi salah satu coklat Jembrana memiliki kekhasan tersendiri dibanding dengan coklat daerah lainnya. Sebab dengan sistem tumpang sari, salah satu menyebabkan coklat Jembrana memiliki ciri khas. sebab di dalam kebun coklat petani menanam pohon pisang, kelapa, termasuk juga petani membuat kotak rumah lebah,” ucapnya.
Widiastuti mengatakan petani yang tergabung dalam koperasi ini pendapatannya sudah ada peningkatan dibanding enam tahun lalu sebelum ada pendampingan dari Yayasan Kalimajari.
“Kami terus melakukan sosialisasi dan memotivasi para petani agar mampu menghasilkan biji coklat berkualitas. Tujuan dari yayasan kami tidak semata-mata meningkatkan kualitas coklat, tetapi bagaimana upaya melestarikan coklat ini untuk generasi selanjutnya di Jembrana,” ucap wanita asal Desa Sangeh, Kabupaten Badung.
Ia mengatakan hasil petani coklat sekarang sudah ada peningkatan, baik dari jumlah maupun kualitas untuk siap di ekspor di pasar dunia. Terlebih saat ini sudah ada kerja sama dengan pembeli dari luar negeri.
“Kerja sama dan pendampingan dari salah satu perusahaan Valrhona asal Perancis akan semakin menggairahkan petani coklat. Karena perusahaan ini ke depan mengharapkan lebih banyak bisa mengambil biji kopi permentasi Jembrana. Ini kita buktikan komitmen perusahaan Perancis mengajak sejumlah koki (chef) hotel berbintang dari Jakarta dan Bali melihat langsung perkebunan petani coklat di Desa Pulukan, Kecamatan Pekutatan,” katanya.
Saat ini petani di sini semakin bergairah, sebab dahulu pembeli coklat hanya mengandalkan dari tengkulak yang harganya sangat jauh dibanding sekarang di beli oleh Koperasi Kerta Semaya Samania.
“Saya selaku petani mengucapkan terima kasih atas pendampingan dari Yayasan Kalimajari. Berkat pendampingan tersebut koperasi kami sekarang maju, dan bisa bekerja sama dengan perusahaan yang memasok coklat, salah satunya dengan Valrhona dari Perancis,” katanya.
Petani kakao di bawah Koperasi Kerta Semaya di Kabupaten Jembrana Bali kini menjadi incaran para produsen coklat dunia atau importir coklat mancanegra.
“Kelebihan coklat di Kabupaten Jembrana dari hasil penelitian memiliki kekhasan, yakni pada aroma, buah, bunga, rempah dan madu. Ini bisa terjadi karena penanaman coklat tersebut juga ditentukan dari kontur tanah, termasuk juga sistem tumpang sari,” ucapnya.
Menurut Widiastuti, tanaman coklat memerlukan penaung atau pelindung dari tanaman lain. Maka dari itu, petani coklat di Jembrana menggunakan sistem tumpang sari.
“Jadi, penerapan tumpang sari ini yang menjadi salah satu coklat Jembrana memiliki kekhasan tersendiri dibanding dengan coklat daerah lainnya. Sebab dengan sistem tumpang sari, salah satu menyebabkan coklat Jembrana memiliki ciri khas. sebab di dalam kebun coklat petani menanam pohon pisang, kelapa, termasuk juga petani membuat kotak rumah lebah,” ucapnya.
Menurut Agung Widyastuti, Koperasi Kerta Semaya Kabupaten Jembrana Bali, yang sempat tidak produktif telah berdiri tahun 2006 pada tahun 2011, Yayasan Kalimajari atas dukungan berbagai pihak mencoba untuk membangkitkan peran koperasi dalam mempertahankan potensi kakao permentasi.
Koperasi Kerta Semaya sebagai koperasi yang mewadahi potensi unggulan kakao permentasi di Kabupaten Jembrana dengan anggota koperasi petani kakao yang terus meningkat, berhasil mengekpor kakao permentasi dari hanya 55 ton kini sudah mampu mengekspor mencapai 75 ton biji kakao permentasi.
Keberhasilan peningkatan kualitas dan ekspor tidak lepas dari peran importir Valrhona dari Prancis, produsen cokelat yang ikut terlibat memberikan bimbingan dari pasca panen hingga panen yang baik.
“Tidak semua importir seperti Valrhona produsen cokelat dari Prancis lakukan, yang antusias terjun langsung ke petani untuk memberikan bimbingan kepada petani dari cara merawat pohon kakao hingga panen dan menghasilkan biji kakao yang berkualitas ekspor,” kata Agung Widyastuti.
Tak heran kalau Koperasi Kerta Semaya sebagai koperasi yang mewadahi potensi unggulan kakao permentasi di Kabupaten Jembrana Bali, yang pertama dan satu-satunya di Indonesia yang berhasil memperoleh penghargaan Sertifikat organik USDA (United State Department of Agriculture) dan EU (European Union) dari Control Union selaku lembaga sertifikasi. Juga penghargaan UTZ certifikasi.
Menurut Agung Widyastuti, dengan UTZ certifikasi yang mengadopsi sistem berkelanjutan, mampu menempatkan posisi tawar petani kakao permentasi semakin kuat dalam mata rantai produksi sampai dengan pemasaran.
Menurut Marc Le Moullec yang akrab dengan panggilan Marco perwakilan Valrhona, di Indonesia banyak penghasil kakao, tapi biji kakao permentasi dengan kualitas baik hanya terdapat di Kabupaten Jembrana Bali. Petani kakao permentasi di Jembrana termasuk petani yang ulet bisa menghasilkan kakao permentasi berkualitas ekspor, karena bisa menghasilkan kakao permentasi yang baik membutuhkan waktu yang cukup panjang, mereka sangat ulet dan sabar juga semangat agar bisa menghasilkan kakao permentasi yang baik.
“Ini jarang dilakukan oleh petani lain umumnya begitu panen kakaonya langsung dijual agar cepat dapatkan uang,” tanadasnya. (bersambung)
– AENDRA MEDITA