Jakarta, CSR Indonesia – Kanker mulut rahim atau kanker serviks duduk pada peringkat kedua sebagai penyebab kematian wanita di dunia. Hal tersebut diungkapkan oleh World Health Organisation (WHO). Di Indonesia Kementerian Kesehatan dan Yayasan Kanker Indonesia telah meliris data pada 2012 lampau yang menyatakan ada 15.000 perempuan Indonesia terdeteksi kanker serviks dan sekitar 8.000 perempuan Indonesia meninggal pada setiap tahunnya.
Rendahnya kesadaran serta pengetahuan masyarakat mengenai penyakit kanker menjadi salah satu kendala dalam memerangi kanker serviks di Indonesia. Hal inilah yang menjadikan sulitnya ditemukan penderita kanker yang masih berada di stadium awal. Sehingga, ada 70% penderita kanker di Indonesia yang berada di stadium lanjut.
“Sekitar 70%-80% kasus kanker serviks disebabkan oleh infeksi Human Papilloma Virus (HPV) tipe 16 dan 18 yang bereitet onkogenik atau memiliki kemungkinan kanker paling tinggi. Penyebaran HP seringkali terjadi tanpa disadari, mulai dari hubungan seksual yang aktif hingga gaya hidup yang tidak sehat seperti merokok dan tidak memperhatikan pola makanan yang dikonsumsi setiap hari,” ungkap Dr. Ricky Susanto, M.Kes, Sp.Og., Spesialis Obgyn Bethsaida Hospitals.
Beliau juga menambahkan, “Dengan semakin majunya teknologi kedokteran, selain metode pengenalan kanker serviks yang ada saat ini, saya optomis nantinya akan ditemukan pengobatan kanker serviks yang lebih baik lagi bagi pasien. Namun, tahap pencegahannya akan selalu lebih baik daripada pengobatan, ” tambahnya.
Walaupun sebagai penyakit yang mematikan untuk para kaum wanita, akan tetapi kanker serviks merupakan penyakit yang mudah untuk di detektesi dini. Hingga saat ini, hampir semua rumah sakit telah memiliki Layanan untuk pendeteksian Dini, melalui papsmeaer, kolposkopi, dan vaksinisasi. Pendeteksian dini dengan papsmeaer dilakukan pada sel-sel mulut rahim di bawah mikroskop yang memiliki kepekaan terhadap Virus HVP sekitar 60%-95%. (STM)