MENGHADAPI PEJABAT KORUP DENGAN JURUS ASHOLE (Part 1)
“Pak, kapan skedul ke kota C? mohon kabar-kabarnya, karena pak bupati matur untuk bapak menghadap beliau”. Ini adalah sms dari salah seorang staf bupati daerah tersebut. Mendapat sms semacam begini adalah hal yang biasa, namun semenjak pak bupati menjabat saya satu-satunya orang di perusahaan kami yang belum bertemu beliau. Di wilayah nya kami memiliki beberapa perusahaan. Jadi bertemu dengan pimpinan daerah seperti sms diatas merupakan hal yang penting.
(Ini adalah cerita tahun 2013, semoga ada pelajaran hang bisa sahabat ambil).
Awal bulan lalu, bulan juni (2013), kebetulan saya terjadwal mengujungi wilayah tersebut. Sehingga saya pun mengabari dengan segera posisi saya jam dan jadwal kosong saya. dan saya mendapat jawaban bahwa besoknya jam 8 pagi saya di minta menghadap. Mendapat respond yang cepat seperti begini radar saya mendadak menyala. Saya kok merasa aneh ya. Tapi mungki hanya intuisi kecil. Namun intuisi menyala negative pada manusia biasanya karena pernah mengalami hal yang mirip-mirip dan mendapatkan pengalaman yang kurang menyenangkan. Namun dalam hal ini saya tidak menganalisa lebih lanjut. Jadi saya tidak perdulikan.
Staff lapangan pun mengingatkan saya. sebaiknya berangkat 2 jam lebih awal, karena masalah jalanan. Jam 6 pagi saya berangkat karena jarak menginap saya dengan pendopo kabupaten menurut staf lapangan bisa mengambil waktu 1,5 jam walaupun jaraknya dekat namun jalanannya rusak. Untuk mengendarai sedan harus banyak berzig-zag. Dan bagi saya memperhatikan jalanan begini bisa membuktikan satu hal. Rasanya pimpinan daerah ini tidak bekerja dengan baik. Maaf.
Setibanya di kantor bupati, rupanya kedatangan saya sudah di tunggu karena saya di bawa langsung keruangan pribadi beliau. Menanti di ruang tamu yang besar, berjajar kursi tamu yang kosong hanya saya sendiri menunggu. Tak lama staf bupati yang menghubungi saya masuk ruangan. Saya sudah beberapa kali bertemu dia dijakarta , dan dengan senyuman lebar di bibir dia menya[a saya, Apa kabar pak wowiek. Sebentar pak bupati akan hadir, beliau ada banyak pesan penting buat kepentingan bersama.
Kalimat itu membuat radar saya menambah terang nyalanya. Ada maksud nya akrab-akrab begini?! . duduk saya yangtadinya agak santai dengan menyederkan seluruh punggung ke sofa mendadak menjaga sikap sedikit kaku yaitu maju kedepan badan dan menggeser pantat dari sisi tengah sofa menuju kedepan sedikit. Ini adalah sikap kuda-kuda yang secara reflex dilakukan oleh manusia disaat radar “awas”nya menyala.
Tak lama berselang, seseorang berkulit gelap berkumis tipis, berwajah datar masuk ruangan dengan mengulurkan tangannya. Saya pun dalam sepersekian detik mamfokuskan pada sisi dada kanannya karena ingin memastikan siapa nama orang di depan saya. ketika nama tersebut memang dikenal dengan nama pak bupati maka saya pun mengangguk kan kepala sambil menyodorkan tangan. Saya wowiek pak, apa kabar. Maaf mengganggu waktu penting bapak, terima kasih atas kesempatan bertemu.
Dijawab singkat, silahkan hayoo duduk. Kapan datang? Dan disanalah awal komunikasi basa basi perkenalan. Namun agaknya saya berhadapan dengan seseroang yang langsung langsung saja sehingga dalam 2 menit pertemuan pak bupati langsung menggiring ke maksud tujuan nya mengundang atau memanggil saya untuk hadir di pendopo kabupaten ini.
Mas, saya denger info sampeyan akan membangun sesuatu di tempat kami. Bagaimana ceritanya. Lalu saya pun menceritakan singkat rencana bisnis tersebut. Yang jika di perhatikan sepertinya wajahnya tetap datar yang bisa saya simpulkan, ok ok..cepetan deh ngomongnya.
Begini mas, saya bisa di inform kapan pembangunan akan berlangsung.
O siap pak, saya mencoba menyopankan diri. Saya menunggu izin prinsip dari bapak selaku bupati dan menunggu dana turun pak.
Iya, kapan itu? Kalau saya keluarkan izin prinsip sekarang juga.
O, iya kira-kira bulan depan sudah bisa ground breaking pak.
Pak bupati menengok ke stafnya yang duduk disamping saya. kamu panggil pak e segera menghadap saya. ini penting. Kemudian dia mengmalingkan lagi wajahnya ke saya, pak e adalah kepala dinas perizinan. Saya ingin ini semua berjalan cepat. Bukan begitu mas wowiek?!
Iya, benar pak. Saya pun mengangguk menyetujui.
Lalu seorang bapak menghadap dan menyalami tangan saya. lalu pak bupati membuka perkataan langsung kepada pak E, ini pak..pak wowiek. Beliau akan membuat usaha di tempat kita. Tolong semua izin yang sesuai dan di butuhkannya segera di laksanakan dan di percepat. Izin prinsip sekarang juga langsung saya tanda tangani. Tolong segera di buatkan. Katanya surat nya kepada kita sudah masuk sejak bulan lalu. Sekarang kamu laksanakan ya.
Demikian pak bupati dengan tegas mengatakan kalimat dengan perintah yang jelas. Lalu pak bupati melanjutkan perkataanya..kamu tahu pak E, saya ini hampir 2 tahun merayu dan mengarahkan agar pak wowiek ini mebuat usahanya di tempat kita. Sebenarnya dia ingin membuat nya di kabupaten tetangga kita namun saya yakinkan bahwa di tempat kita semua lebih siap mendukung. Jadi tolong di bantu ya.
Kalimat terakhir membuat saya sedikit terkejut. Kalimat 2 tahun mencoba menyakinkan saya?! padahal kami baru bertemu. Namun bagi saya itu tidak masalah, toh membuat saya bisa lebih cepat menjalankan usaha lebih baik. Apalagi didukung pemeritah daerah seperti ini. itu yang ada di pikiran saya saat itu sewaktu mendengar perkataan “sok akrab” pak bupati.
Lalu kemudian, pak E pamit dan dengan tergesa-gesa menuju kantornya. Agaknya dia melaksakan apa yang diperintahkan pak bupati. Lalu pak bupati kembali duduk di hadapan saya. dan dengan wajah serius dia mengatakan, jadi pak wowiek. Saya sudah membantu anda bukan? Dan saya pun mengangguk. Begini, katanya kemudian. Tolong katakana kepada masyarakat sekitar seperti apa yang saya katakana tadi. Bahwa sesungguhnya pak wowiek tadinya mau membangun di kabupaten sebelah namun setelah di yakinkan pak bupati langsung setuju pindah kesini. Tujuannya satu, saya mau masyarakat mendapat manfaat kehadiran sampeyan dan saya mendapatkan efek positif juga. Bagaimana bisakah kita “bermain” seperti itu?! Katanya samba menanti jawaban saya.
Dalam hati saya waktu itu hanya terbersit satu hal…o alah ini orang mau memanfaatkan usaha saya untuk profiling, publikasi. Ok lah..ngak ada ruginya buat saya. maka sayapun mengangguk setuju. Lalu saya juga melaporkan bahwa di tanah yang akan saya bangun saya akan membuat gorong-gorong dengan diameter cukup besar. tujuannya juga simple yaitu agar kemungkinan air tergenang di tanah saya tidak ada, dan ternyata efeknya..ada sebuah sekolah yang langganan banjir tepat di depan lahan saya tersebut menjadi lancer juga alias air menjadi tidak tergenang. Saya mnta izin ke dinas PU dan pengairan sekalian saja saya melaporkan dan minta persetujuanya pak bupati.
Dan tanpa jeda, pak bupati langsung berkata, baik lah saya setuju. Saya akan teken, dan satu lagi tolong bilang ke masyarakat itu gorong-gorong adalah atas perintah bupati. Faham pak wowiek ya. Sekali lagi pak bupati mengunggu jawaban setuju saya. yang saya terpaksa angguk. Karena bagi saya masih tidak ada ruginya.
Lalu, pak bupati kembali membuat pernyataan, begini pak wowiek. Saya ini punya rekanan yang juga kontraktor, namanya pak P. tolong pekerjaan sipil yang akan pak wowiek kerjakan diberikan kepadanya ya. Ini penting buat membantu perekonomian penduduk local pak. Tolong ya, saya sangat mengharapkan dan tolong dibantu loh..ini demi kita bersama.
Kalimat terakhir membuat saya terhenyak. Karena kalimat tersebut merupakan bentuk penekanan, atau apalah namanya yang jelas saya tidak nyaman. Satu, saya tidak tahu hasil pekerjaannya dan ini masalah “mutu”, kedua saya sangat perduli masalah kecepatan pekerjaan atau “completion risk” nya bagaimana. Pernyataan yang menekan tersebut setidaknya menurut saya harus disikapi dengan bijak. Maka saya pun menjawab dengan tangkisan diplomasi.
Siap pak, terima kasih sekali atas perhatian bapak. Kapan saya bisa bertemu beliau. Kapan company profile nya bisa saya peroleh. Ini khan kualifikasinya A kelas 6 untuk standar nasional dan telah disetujui oleh lembaga terkait yang memberikan saya pekerjaan. Selama terpenuhi standar tersebut pasti kami berikan. Bagaimana pak, kapan saya bisa bertemu dengan dokumen penunjang lengkap tentunya.
Saya pun harus melakukan penekanan balik. Karena kalau inggih inggih bisa di makan saya ini. itu yang ada dalam benak saya. dia pun segera menelfon “rekanan”nya dan menginformasikan apa yang saya barusan katakan. Yang ternyata saya mendapat jawaban bahwa dia akan mencarikan perusahaan yang bisa cocok dengan klasifikasi tersebut. Lalu dalam hati saya, nah ini orang diseberang telefon sana rupanya broker proyek ya. Saya mulai tidak percaya dan asli tidak nyaman. Karena kalimat lanjutnya adalah, pak wowiek..pokoknya bantu-bantu kamilah. Apa saja, masyarakat local harus diperdayakan, bagi-bagi rezeki lah singkatnya.
Dengan memperhatikan cara dia berbicara, saya asli berkesimpulan saya berhadapan dengan bupati yang pikirannya Cuma satu. Bagaimana dia bisa untung. Maaf saya berasumsi demikian karena cara yang dia pakai saya sangat kenal sekali. Ada beberapa pejabat yang tipe model beginian. Cari nama untuk dianggap masyarakat, pura-pura bantu tapi minta balikan dengan lebih besar. dan gong dari kalimat berikutnya dari pak bupati..
Jangan lupa undang wartawan pada saat peletakan batu pertama dan saya diundang sebagai pemrakarsa proyek ini ya. Mohon di perhatikan ya pak wowiek pesan saya ini. sekarang silahkan dilanjut lagi. maaf saya ada kegiatan berikutnya. Dan pertemuan singkat 1 jam tersebut benar-benar straight to the point, dan saya pun pamit. Dalam perjalanan kembali ke proyek kepala saya bekerja dengan keras. Saya harus menyikapi dengan benar orang seperti ini. lalu apa strategi saya, apa langkah saya kedepan..
MENGHADAPI PEJABAT KORUP DENGAN JURUS ASHOLE (Part 2)
Pagi-pagi sudah mendapat sms dari Field manajer di kota C. isinya, pak kita mendapat undangan dari pihak notaries yang diundang oleh beberapa unsur pimpinan daerah, ada LSM, sat pol PP, perwakilan kelurahan, perwakilan kecamatan, BKPMD dan wakil sekda untuk paparan sehubungan dengan Izin prinsip pekerjaan kita di cepu.
(Ini adalah cerita tahun 2013, semoga ada manfaatnya untuk sahabat)
Saya pun langsung telefon field manajer mas yoyok ketika selesai membaca surat tersebut.
Apa hubungannya izin prinsip dengan undangan sosialisasi diatas, ini apa-apaan? Ini kerjaan notaries khan sudah kita borongin danjuga saya 3 hari yang lalu menghadap pak bupati. Buat apa rapat dengan seluruh perwakilan ini? ngak ada tuh hal seperti itu? Saya sangat sewot urusan perizinan dibawa-bawa kesemua departemen. Ini pemborosan dan ngak ada hubungannya.
Iya pak, ini soalnya notaries kita diundang dan kita harus mendampingi. Si yoyok suaranya bertahan karena pastinya ngak mau disalahin oleh saya kesannya seperti dia tidak mengerti apa-apa. Padahal di tahun 2008 sewaktu kami membangun mini plant di daerah tersebut dia sudah in charge di sana.
Notaris R perintah kan begitu?
Lho, bukannya notaries kita notaries I?
Khan sejak 2 hari lalu dig anti. Itu dikantor pusat mbak D yang atur pak.
Hah, kenapa? Kok dig anti! Sebentar saya telp D
Pagi jam 7 saya masih di jalan menuju kantor sudah kebingungan karena ada hal yang saya tidak ter up date. Yaitu pengantian notaries perusahaan di kota C itu. Di seberang telp si D menjawab pertanyaan saya mengapa notaries dig anti. Ini atas saran pak K pak , orangnya pak bupati. Untuk kelancaran perizinan dan lain sebagainya notaries di sarankan pakai ibu R.
Kening saya berkerut, saya agak ngak nyambung logikanya. Ini bercanda apa?
Mengenai biaya? Saya bertanya pada D
Oh itu pak, iya agak mahal sedikit tapi cepet dan ini orangnya bupati.
Wah, saya ngak seneng mendengarnya tapi semua sudah terjadi.
Ok ok..mudah-mudahan benar dan sesuai dengan rencana kita. Hanya itu kalimat yang keluar dari lidah saya sambil menutup telefon.
Lalu kembali saya menelfon si yoyok. Karena ada sms darinya yang mengatakan, pak nanti siapa yang hadir dan kita mau membicarakan atau melaporkan apa?
Yok, kita ini minta izin prinsip. Biasanya dalam izin prinsip kita akan di berikan saran misalnya, pergunakan sebanyaknya tenaga local, lalu segera memenuhi persyaratan perizinan, UKL UPL, amdal, IPB, IMD dan lain sebagainya. Hanya itu, dan bagi saya aneh sekali pakai sosialisasi segala. Baru kali ini saya tahu model begini.
Lalu kasih tahu mereka, ini masih menunggu finalisasi dari pemberi pekerjaan kita yaitu pertamina. Dengan adanya perizinan lengkap akan memudahkan semuanya, mohon di bantu. Sudah begitu saja. Jadi kamu saja yang mewakili ya.
Baik pak, saya yang handle. Klik telefon dimatikan. Namun pikiran saya masih nyambung dan nyala. Ini apaan yah. Kok begini arahnya. Kok jadi ribet dan mencurigakan. Sehingga sewaktu di kantor saya langsung memanggil satu direksi yang baru saja masuk karena selama 3 minggu dia berada di luar negeri urusan pengadaan barang procurement proyek di kota C itu. Saya pun mengatakan, Mas Antara, mulai hari ini urusan C kamu yang pegang. Dan segera kabari field. Selama dia tidak di posisinya maka pekerjaannya saya yang meng-cover sekarang saya kembalikan lagi.
Besok saya harus terbang ke kabupaten B untuk urusan receiving terminal. Jadi preparation pekerjaan sementara di hand over ke mas antara. Setidaknya sebagian beban pindah. Namun hal itu tidak terjadi dengan mudah seperti maunya saya. karena ketika pesawat baru mendarat di ibukota provinsi yang akan membawa saya 3 jam menuju kabupaten B. telefon saya berdering dari mas antara.
Pak.. barusan saya di telefon pak bupati urusan izin prinsip. Katanya kapan ke C, sekalia ketemu. Kalau izin prinsip sudah saya tanda tangani setelah rapat kordinasi kemarin. Hari ini saya teken. Begitu kata pak bupati. Demikian mas antara bercerita panjang lebar.
Lalu? Saya bertanya
Ini, pak bupati perlu uang 40 juta rupiah. Apa bisa di transfer. Ini sekalian biaya jasa buat izin prinsip.
Dueer..meledak dada saya mendengar informasi ini. Yang ada adalah kata-kata keras dari lidah saya. ini Bupati gila apanya. Izin prinsip bayar 40 juta perak buat apaan. Itu bahkan bukan izin vital. Kepala saya sulit mengurut kacang permasalahan. Karena ada kerjaan lain yang bertabrakan namun putusan harus saya ambil. Maka kalimat saya adalah..tawar aja mas. Bilang pimpinan semua lagi tidak di tempat. Mas ambil keputusan saja. Terserah.
Kalo 10 juta pak? Mas antara minta saran
Ok..itu jawaban saya. tapi cek siapa yang tanda tangan karena 3 direksi semua diluar kota yang bisa tanda tangan cek. Kalau pakai uang saya dulu? Demikian mas antara bertanya.
Wah, kamu baik sekali, berkorban untuk perusahaan..saya hanya berkomentar pendek
Gak apa – apa pak, toh besok juga langsung di kembalikan, bener khan?!
Ok mas, deal. Telefon pun saya tutup.
Namun selang 1 jam kembali telefon mas antara menghubungi saya walaupun sedang berdiskusi untuk masalah di kabupaten B yang sebentar lagi kami akan lakukan namun telefon tersebut harus saya angkat juga. pak..pak bupati maksa, ngak mau turun dari 20 juta. Ada keperluan. Kalau tidak izin prinsip tidak di tanda tangani.
Saya mengkelap meledak murka..ini bupati apaan sih!!!
Secara fisik saat itu saya tidak bisa berfikir karena juga sedang berhadapan dengan LSM dan pemda ditempat lain. Kepala saya sulit untuk membagi masalah yang berbeda dengan intensitas yang tinggi seperti ini. secara mental, hal ini menyentuh ego saya akan clean governance.
Saya pun terdiam lama, saya berfikir keras. Seluruh pikiran saya penuh dengan strategi, langkah, tak tik, pilihan-pilihan pertimbangan pertimbangan. Mana hal yang terbaik. Mana putusan yang akan di ambil. Dan cerita seterusnya benar-benar membuat saya shock. Anda pasti tidak bisa menduga apa yang terjadi karena disaat hal diatas terjadi pilihan putusan saya benar-benar terbatas.
Bersiaplah untuk terkejut dengan tulisan berikutnya. Bersiaplah bahwa asumsi anda bisa salah akan apa yang terjadi berikutnya. Dan, ini adalah secuil kecil kejadianya nyata yang mungkin hanya ada di indonesia.
PILIHAN TEMAN ANDA DAN BERKUMPULAH DENGAN ORANG YANG AKAN “MENGANGKAT” ANDA, KARENA DALAM KEHIDUPAN INI SEPERTINYA LEBIH BANYAK ORANG YANG AKAN MENJATUHKAN ANDA”
(Cerita part 3 – final part menghadapi pejabat nakal dengan jurus ashole)
Sekembalinya dari pacific place dimana saya langsung memanggil rapat termasuk mas antara yang khususnya akan di probing dan digging informasi lebih dalam lagi.
Saya merasa heran kok mereka tahu no telfon mas antara. Bagaimana mereka bisa tahu? Lalu ada hal yang cukup mengganggu jalan pikiran saya. yaitu mas antara bau pulang dari perjalanan keluar negeri selama 1 bulan dan baru saja di hari senin saya “hand over” ke dia pekerjaan tersebut rabunya peristiwa ini terjadi.
Kok mereka bisa tahu bahwa yang “in charge” sekarang mas antara?. Dimana selama 1 bulan sebelumnya saya yang meng cover pekerjaan tersebut. Kemudian pas lagi semua direksi tidak di tempat, semua keluar kota sehingga tongkat komando di kantor untuk proyek di kota C ini ya mas antara posisi tertingginya.
Juga terlebih lagi, mereka tahu bahwa minggu kemarin kita mengajukan izin prinsip dan memang prosesnya tinggal teken, tinggal tanda tangan pak Bupati. Sehingga secara psikologis mas antara bahwa jadi nya izin prinsip membuat “sense of urgency” atau radar pentingnya mas antara menyala sehingga pilihannya menjadi sedikit.
Menganalisa seperti hal ini adalah pekerjaan awal untuk memahami situasi. Alas an yang utama adalah jangan sampai kejadian lagi. dan kita memutuskan akan meneruskan komunikasi dengan bupati gadungan tersebut. Namun ternyata sewaktu di hubungi no telfon sudah tidak bisa menyambung lagi. alias kita kehilangan kontak.
Disini kita mulai melakukan kalkulasi. Kok dia mendadak tidak bisa di hubungi. Padahal selama rabu sampai senin pagi tadi komunikasi masih baik, sekarang sorenya langsung tidak ada kontak. Bahkan sampai keesokan hari dan lusanya. Bupati gadungan tersebut mendadak raib, menguap entah kemana.
Kamipun melupakan dengan cepat kejadian tersebut. Dalam kalkulasi dagang, saya mengatakan kepada team, selama tidak melebihi anggaran yang sudah di setujui untuk anggaran pengurusan perizinan, angka yang dimakan bupati gadungan tersebut masih bisa di tolerir. Dan minggu kemudian ketika akan mengambil izin prinsip maka kami pun di telfon oleh staff bupati pak K.
Kalau ada skedul ke C mohon menghadap ke pak bupati untuk kordinasi. Maka mas antara sebagaimana tugasnya berangkat ke C keesokan harinya. Bukan memenuhi panggilan namun lebih karena perizinan lainnya harus segera di selesaikan, UKL, UPL, AMDAL, HO dll.
Dan kebetulan saya hari itu sedang ke bandung bersama pak DB. Tujuan kami di bandung adalah menginterview beberapa orang calon manajer. Dimana saat ini pertumbuhan bisnis demikian cepat bergerak hampir disemua lini. Hal ini membuat kami kesulitan merekrut manajer handal. Selain itu harganya tidak ada yang murah.
Mencari hingga ke kota bandung menjadi keharusan. Interview langsung di tempat mereka saat ini bekerja. Hal ini agar kami bisa menganalisa bagaimana cara dia memimpin organisasi. Kita memerlukan orang yang memiliki integritas tinggi, loyal pada profesinya, memiliki leadership yang mumpuni. Ini semua tidak mudah mencari orang dengan komplit paket sepeti hal tersebut. Dan disinilah tantangan nya, kalau mereka berhasil kita pikat hatinya, maka kecepatan tumbuh organisasi kita menjadi sebuah kepastian.
Perusahaan atau organisasi adalah benda mati. Yang menghidupkan adalah SDMnya dan ruhnya ada pada pimpinannya. Dan mencari para jendral lapangan ini merupakan seni taktik bisnis. Bahkan dalam 36 taktik perang tzun tsu jendral besar china yang taktik perangnya dipakai hingga saat ini di westpoint. Mengajarkan jendral ber attitude itu di letakan di pelajaran no 1.
Sehingga sewaktu mendapat telfon dari mas antara mengenai berita terbaru di lapangan cukup memcah konstrasi.
Pak, barusan saya di telfon pak K, besok kalau ketemu pak bupati tolong siapkan uang untuk uang jasa izin prinsip?!
Saya sungguh heran dengan info ini. terus? Saya bertanya ke mas antara.
Saya tidak bawa uang pak, dan saya tidak mau membayarkan hal tersebut. Dan pak K mengatakan sebelum ketemu pak bupati uang harap serahkan ke pak kepala dinas perizinan. Kalau tidak diserahkan ya ngak boleh ketemu pak bupati.
Ini loh pak ada hal yang menggangu saya, mas antara menghentikan kalimatnya yang dilanjutkan setelah mengatur nafas…ada kalimat dia yang persis sama dengan orang yang kemarin mengaku sebagai bupati yaitu kata-kata, sebelum ketemu bupati transfer dulu atau bayarkan dulu uangnya.
Intonasi kata-kata dan kalimatnya sama dengan bupati gadungan. Begitu pak K ngomong seperti itu, alarm saya mendadak nyala pak. Kok sama ya? Dan saya langsung hilang percaya dengan pak K. dan saya memutuskan tidak ketemu pak bupati yang di rencanakan nanti malam jam 8. Jadi saya pulang segera pakai pesawat terakhir kejakarta pak.
Saya pun mengangguk menyetujui walaupun masih banyak hal yang lalu lalang di pikiran saya. masak pak K ayng main, masak pak K berani minta uang dimana baru kejadian beberapa hari yang lalu bupati gadungan ngerjain kita sekarang dia minta langsung. Dan saya pun mengatakan , sebaiknya kamu kabari pak bupati bahwa kamu tidak bisa memenuhi undangan tersebut karena mndadak dipanggil pulang direksi. Kamu ada no pak bupati asli kan? Yang dijawab iya oleh mas antara.
Setelah tutup komunikasi dengan mas antara. pikiran saya masih tercantol di masak sih – masak sih pak K “main”. pikiran tersebut menjadi buyar ketika telfon saya berdering dimana di seberang sana pak K menghubungi saya.
Pak, ini pak antara bagaimana, langsung meninggalkan pulang hanya dengan mengabari pak bupati lewat sms.
Lah, tadi pak antara lapor saya. dia ngak bawa uang buat pak bupati, tadi pak K bilang kalau ngak bayar ya ngak usah menghadap bupati. Jadi dia pulang.demikian saya membela antara
Wah, pak bupati marah sekali pak dengan pak antara. Ngak sopan dia itu. Ini jam 8 malam mana semua kepala dinas hadir lagi buat pertemuan ini yang dikordinir bupati. Terus kemarin padahal sebelum berangkat saya sudah ingatkan untuk bawa uang buat izin prinsip yang diserahkan kepala dinas perizinan.
Saya pun berkata, sebentar pak, saya hubungi pak antara dulu dimana posisinya. Dalam hati saya memerlukan konfimasi mengenai “uang buat izin prinsip diserahkan ke kepala dinas perizinan”.
Sesambungan telfon dengan mas antara dia mengatakan, iya, kemarin saya ketemu dnegan kepada dinas dan dia memberikan tariff sesuai dengan tariff yang tertera dalam pedoman pemda. Saya sudah bayarkan pak. Dan urusan “titipan” pak bupati kami ( antara dan kepala dinas) tidak bicara apa-apa. Dia nanya juga tidak.
Mendapat info tersebut saya tel pak K. pak..pak antara sudah bayar sesuai tariff pemda . lalu uang apa yang bapak maksud.
Itu lo, uang buat kepala dinas dan anak-anak.pelicin buat mereka juga buat pak bupati. Ini semua lewat saya nanti pak aturnya. Kalimat terakhir ini mengkonfirm sesuatu. Bagi saya ini adalah meng iya kan sebuah praduga menjadi petunjuk danmenjadi bukti. Itu adalah cara kerja intelegen sederhana dalam mengambil kesimpulan cepat. Ini petunjuk kuat – hint atau clue. Saya pun mulai mengatur strategi mau saya apain ini orang ya.
Di sisi seberang sana, terus saja pak K nyerocos bahwa pak bupati marah dengan pak antara, pak bupati kecewa dengan cara kami atau cara saya berbisnis. Tidak mengerti etika umum dalam pengurusan perizinan. Dia mengatakan bahwa kerjasama dengan lainnya akan di hambat kalau begini, izin-izn bisa ngak lancer karena kekakuan kami berbisnis. Dan dia mulai menekan dengan kiasan-kiasan cerita.
Cukup, kata saya dalam hati. Maka setelah telfonya di tutup, saya dial no telfon pak bupati. Saya adalah orang yang “asshole” dalam urusan manajemen beginian, saya banyak dikenal sebagai “pain in the ass” bagi banyak orang yang “nakal”, maka tanpa sungkan saya mengatakan, begini pak. Tadi anak buah bapak pak K, mengatakan tentang cara berbisnis di kabupaten bapak secara global. Saya perlu jawaban bapak, apa memang begitu pak?!
Pakbupati pun di Tanya begitu gelagepan jawabnya yang di jawabnya dengan jawaban klise. Maka kalimat saya selanjutnya adalah..begini pak, ingatkan pak K..kami ini pebisnis. Kami di daerah bapak sudah lebih 15 tahun berbisnis dan kami berencana selamanya bisa berbisnis disana. Pak K danbapak adalah orang politik. Politik itu 5 tahunan, jangan pakai kekuatan yang sebentar untuk ijek kaki orang, untuk menekan orang.
Kami bisa bertahan dengan apapun, namun begitu bapak tidak menjabat, begitu pak K tidak dipakai lagi..kami masih akan disana. Apa jadinya bapak nanti, apa jadi pak K nanti. Jangan lah begitu pak. Gandeng setiap tangan pak. Tangan rakyat, tangan pejabat, tangan pengusaha. Ingat pak 5 tahun ngak lama, kalau pun di percaya lagi hanya 5 tahun lagi tambahanya. Kalau sudah tidak dipercaya mau apa pak.
Orang yang bapak tekan apa ngak nekan balik, apa ngak membalas. Kami bukan pendendam tapi kami ingin kita saling mengerti. Bapak memudahkan orang, bapak akan dimudahkan orang. Benar pak, hati hati menggunakan kekuasaan bapak. Tolong katakan ini semua ke pak K. terima kasih salam hormat.
Saya pun seakan tidak meminta jawabnya. Itu adalah kalimat langsung yang saya pilih dengan objek pak K tapi saya tahu sekali dia pasti kena dan faham maksud saya. semoga. # may peace be upon us |