Home Berita Menambang Harapan dari Sekolah: Jejak Beasiswa Vale di Luwu Timur

Menambang Harapan dari Sekolah: Jejak Beasiswa Vale di Luwu Timur

25
Beasiswa Pendidikan PT Vale Wujudkan Harapan Warga di Luwu Timur Bersekolah Lebih Tinggi
Beasiswa Pendidikan PT Vale Wujudkan Harapan Warga di Luwu Timur Bersekolah Lebih Tinggi
CSRINDONESIA – Suatu sore di Sorowako, Luwu Timur, suara riuh anak-anak sekolah terdengar dari kejauhan. Di beranda rumahnya yang sederhana, Hirwaty Aris, yang dikenal warga sebagai Ine, tersenyum melihat dua anaknya pulang sambil menenteng buku dan seragam yang masih rapi. “Semoga anak-anak lokal bisa kuliah tinggi dan bersaing. Saya ingin anak-anak saya lebih sukses dari saya,” ujarnya pelan, seperti sedang menanam doa di udara.
Bagi Ine, pendidikan bukan sekadar jalan menuju pekerjaan yang lebih baik. Ia adalah bentuk kebanggaan, warisan, sekaligus pelunasan harapan yang dulu sempat ia genggam saat masih kecil. Kini, dua anaknya, Muh. A. Zulfikar Yusri dan Muh. Zafathar Ananta Yusri, melanjutkan kisah itu melalui program Beasiswa Pendidikan PT Vale Indonesia (Vale) yang sudah berjalan sejak awal 2000-an.
Program itu tak hanya sekadar menyalurkan dana, tetapi menjadi jembatan bagi ratusan anak dari keluarga sekitar tambang untuk menembus batas pendidikan yang dulu tampak jauh. Dari tingkat dasar hingga perguruan tinggi, bahkan hingga pendidikan kesetaraan dan pelatihan vokasi, beasiswa Vale membuka ruang bagi masyarakat Luwu Timur untuk naik kelas bersama pengetahuan.
“Dulu saya bangga saat dipanggil naik ke panggung menerima penghargaan beasiswa. Sekarang saya merasakan kebanggaan itu lagi ketika anak-anak menerima beasiswa,” tutur ibu empat anak itu.
Bagi Ine, dukungan Vale berarti lebih dari sekadar bantuan finansial. Ia melihatnya sebagai simbol kehadiran yang peduli. Biaya seragam, buku, dan perlengkapan belajar yang dulu menjadi beban, kini berubah menjadi dorongan bagi anak-anaknya untuk berprestasi. “Beasiswa ini seperti bahan bakar yang membuat anak-anak tidak cepat menyerah,” tambahnya.
Kisah yang serupa datang dari Lina Mariana, perempuan kelahiran 1981 yang kini bergelar doktor dari Universitas Muslim Indonesia (UMI). Ia adalah salah satu penerima Beasiswa Komunitas Vale untuk jenjang S3. Bagi Lina, kesempatan itu adalah perwujudan dari mimpi panjang yang sempat ia tunda karena keterbatasan.
Sebagai dosen tetap di yayasan dengan penghasilan terbatas, Lina tahu betul sulitnya melanjutkan pendidikan tinggi tanpa dukungan. Beasiswa dari Vale bukan hanya menutup biaya kuliah, tetapi membuka ruang untuk belajar lebih dalam dan berkontribusi lebih luas. Kini ia menjadi dosen tetap pascasarjana di Program Studi Manajemen Universitas Indonesia Timur, Makassar.
“Semoga saya bisa mengabdi lebih besar, baik melalui pendidikan maupun kontribusi sosial di tanah kelahiran saya,” katanya.
Untuk meraih beasiswa itu, Lina melewati seleksi ketat. Syaratnya bukan hanya soal nilai tinggi, tetapi juga komitmen untuk kembali mengabdi. Kandidat harus memiliki KTP Luwu Timur, IPK minimal 3,75 hingga 3,8, prestasi akademik yang konsisten, serta menulis esai berisi niat untuk berkontribusi setelah lulus. Ia terpilih sebagai salah satu kandidat terbaik dan menjadi bagian dari angkatan pertama program beasiswa S2 dan S3 Vale.
Tak berhenti di situ, para penerima beasiswa juga didorong untuk menyalurkan ilmunya ke masyarakat. Lina dan teman-temannya pernah menyusun proposal pemberdayaan yang menyentuh isu-isu nyata seperti edukasi stunting, penguatan UMKM, hingga digitalisasi produk lokal. “Kami merasa dilibatkan untuk berkontribusi nyata ke masyarakat,” ujarnya.
Lina percaya, pendidikan tinggi bukan hanya mencetak tenaga kerja berkualitas, tapi juga melahirkan motivator dan agen perubahan di tengah masyarakat. Baginya, beasiswa semacam ini adalah investasi sosial yang hasilnya baru akan benar-benar terlihat di masa depan.
Program beasiswa yang digulirkan Vale lahir dari komitmen perusahaan untuk memperkuat kualitas sumber daya manusia, khususnya di wilayah operasional Luwu Timur. Di tengah ketimpangan pendidikan nasional yang masih menganga, langkah ini menjadi oase bagi banyak keluarga yang mendambakan perubahan.
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) 2024, baru 30,85 persen penduduk Indonesia berusia 15 tahun ke atas yang berhasil menyelesaikan pendidikan SMA atau sederajat. Sementara 24,72 persen masih berhenti di jenjang SD, dan 22,79 persen di SMP. Hanya 10,20 persen dari populasi nasional, sekitar 283,5 juta jiwa yang menamatkan pendidikan di perguruan tinggi.
Di angka-angka itu, program seperti beasiswa Vale menemukan relevansinya. Ia menjadi jawaban atas realitas yang sering kali tak berpihak pada mereka yang tinggal jauh dari pusat kota. Bagi masyarakat Luwu Timur, beasiswa ini bukan sekadar bantuan biaya, tapi simbol pengakuan bahwa anak-anak mereka juga punya hak dan potensi yang sama untuk maju.
“Hadirnya beasiswa dari Vale ini bagi kami sangat membantu. Bantuan ini tidak hanya dirasakan oleh kami saja tetapi juga kemajuan pendidikan di Indonesia,” kata Lina menutup ceritanya.
Kini, ketika matahari mulai condong di langit Sorowako, Ine kembali menyiapkan seragam anaknya untuk sekolah esok hari. Barangkali ia tak akan menambang nikel seperti para pekerja di tambang Vale. Tapi ia sedang menambang sesuatu yang tak kalah berharga: harapan. Dari setiap halaman buku, dari setiap beasiswa yang diterima anak-anaknya, ia tahu bahwa pendidikan adalah tambang yang tak akan pernah habis. |WAW-CSRI