
CSRINDONESIA – Jakarta (5/12), Proyek Accelerating Clean Energy Access to Reduce Inequality (ACCESS) telah berhasil menyelesaikan pelaksanaan program empat tahun dengan hasil yang memuaskan. Proyek yang dilaksanakan di 22 desa terpencil di Indonesia dan tiga kotamadya di Timor-Leste ini berfokus pada pengembangan energi terbarukan dan peningkatan kualitas hidup di komunitas yang kurang terlayani. Melalui proyek ini, akses terhadap tenaga surya dan air bersih berhasil diperkenalkan, yang tidak hanya meningkatkan taraf hidup, tetapi juga memperkuat ketahanan masyarakat di daerah-daerah tersebut. Inisiatif ini menjadi contoh nyata dalam memajukan pembangunan yang inklusif dan berkelanjutan.
Didanai oleh Korea International Cooperation Agency (KOICA) dan dilaksanakan oleh United Nations Development Programme (UNDP), proyek ACCESS berusaha mengatasi tantangan jangka panjang dalam elektrifikasi pedesaan dan akses air. Untuk mencapai tujuan, proyek ini membangun Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS), Pompa Air Tenaga Surya, dan infrastruktur terkait di seluruh wilayah sasaran. Dengan kapasitas total listrik sebesar 1,1 megawatt di Indonesia, inisiatif ini telah memberi dampak secara langsung pada lebih dari 3.400 rumah tangga yang mencakup kurang lebih 14.000 penduduk setempat. Di Timor-Leste, Pompa Air Tenaga Surya berhasil menyediakan air bersih untuk sekitar 700 rumah tangga, dan meningkatkan taraf kehidupan lebih dari 4.000 orang.
Dalam acara penutupan proyek yang diadakan di Jakarta, Sahid Junaidi, Sekretaris Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Indonesia menyampaikan bahwa Program ACCESS berkontribusi pada peningkatan rasio elektrifikasi serta penyediaan energi bersih yang berkelanjutan melalui kolaborasi berbagai pihak.
“Dengan adanya lokasi percontohan pengembangan PLTS di 22 lokasi pada 4 provinsi di Indonesia, program ini memberikan akses energi bersih untuk desa atau komunitas yang kurang mampu dan terpencil. Hal ini sejalan dengan arahan Presiden RI yang mendorong tercapainya swasembada energi dan pengelolaan air yang baik dengan pemanfaatan sumber air dan teknologi yang ada. Juga arahan Menteri ESDM terkait kedaulatan energi,” tuturnya.
Sahid juga menyampaikan Program ACCESS berperan dalam meningkatkan kapasitas kelembagaan di Tingkat daerah dan Masyarakat, diantaranya melalui pendampingan bersama Patriot Energi ACCESS Project, penyediaan jasa pelatihan operator yang bekerja sama dengan PPSDM KEBTKE, hingga pendanaan BUMDEs.
Tujuan proyek ini juga selaras dengan visi Pemerintah Timor-Leste dalam mengatasi tantangan krisis air bersih untuk memperbaiki layanan dasar bagi komunitas yang kurang terlayani. Direktur Jenderal Kementerian Administrasi Negara Timor Leste, Ibu Maria Goretti Marques Belo berkomentar, “Saya menghimbau mitra pemerintah kita di Indonesia dan Timor-Leste untuk terus mendukung lembaga lokal yang mengelola infrastruktur energi terbarukan di luar proyek ACCESS pada tahun 2024. Sangat penting bagi kita untuk memastikan keberhasilan jangka panjang dari upaya ini, yang memungkinkan masyarakat untuk terus memperoleh manfaat dari solusi energi terbarukan.”

Keberlanjutan dampak yang dicapai
Dampak proyek ACCESS tidak hanya menyasar pengembangan infrastruktur, akan tetapi juga mengubah taraf kehidupan masyarakat lokal. Tenaga surya telah memungkinkan pengembangan kegiatan ekonomi, mendukung bisnis lokal, dan memberdayakan perempuan di desa-desa terpencil. Di Indonesia, 20 Badan Usaha Milik Desa (BUMDesa) telah meluncurkan berbagai bisnis dengan memanfaatkan pasokan listrik baru dari energi terbarukan. Bisnis-bisnis ini, yang meliputi jasa layanan kebutuhan dasar, perdagangan hingga kegiatan terkait pertanian berhasil mendapatkan keuntungan. Peternakan dan usaha pertanian juga berkembang pesat, menunjukkan potensi energi terbarukan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi lokal.
Salah satu pencapaian kunci proyek ACCESS adalah fokusnya pada kesetaraan gender. Hampir setengah dari operator fotovoltaik (PV) yang bersertifikat di Indonesia adalah perempuan, melebihi target awal 30%. Perempuan juga mencakup 44% dari staf di Unit Pengelola Listrik Desa (UPLD) dan 32% dari anggota dewan di badan usaha milik desa. Usaha mikro dan kecil yang dipimpin perempuan juga telah memanfaatkan energi terbarukan untuk mengembangkan bisnis seperti menenun, pembuatan kue, dan pertanian.
“ACCESS telah menunjukkan kekuatan energi terbarukan untuk mengubah kehidupan,” kata Sujala Pant, Wakil Perwakilan Residen UNDP di Indonesia. “Dengan akses listrik 24 jam, anak-anak sekarang dapat belajar di dalam terang, fasilitas kesehatan dapat beroperasi lebih efektif, dan ekonomi lokal telah diberdayakan untuk bertumbuh. Perempuan, yang merupakan hampir setengah dari penerima manfaat, kini berperan sebagai katalis perubahan – memimpin peran sebagai operator lokal dan menjadi staf aktif tim pengelola listrik di desa. Energi terbarukan tidak hanya penting, tetapi juga berfungsi sebagai pendorong bagi banyak manfaat positif lainnya, termasuk akselerator bagi pencapaian SDGs,” tambahnya.













