Home Figur Marco, Kartograf Perancis yang Dukung Petani Kakao Jembrana Bali (4)

Marco, Kartograf Perancis yang Dukung Petani Kakao Jembrana Bali (4)

Kisah Kakao dari Jembrana Bali

3887
Ketut bersama Marc Le Moullec dari Valrhona Perancis /AM

CSRINDONESIA – Namanya untuk kalangan kartografi sudah tak asing. Ia membuat banyak peta dunia dan sejumlah peta urban kota di Indonesia seperti, Jakarta, Bandung, Surabaya, Jogja, Bali dan sejumlah korporasi. Sebelum ramai google map  Marc Le Moullec atau biasa disapa Marco bersama PT Enrique Indonesia yang sejak Januari 2001 sampai sekarang konsisten dalam dunia pemetaan.

Marco sebelumnya bekerja  di bagian Publication and Cultural Events Manager CCF Cultural Center France di Jakarta 1996 – 1999, namun kecintaan dia dalam dunia pemetaan semakin mematangkan dia menjadi kartografi sejati. Pun demikian dalam Kisah Kakao dari Jembrana Bali ini Marco memiliki andil yang tidak sedikit.

“Pak Marco banyak mendukung kami dalam pengembangan Kakao fermentasi di Jembrana, sehingga kualitas biji Kakao Jembrana menjadi baik dan diakui dunia,” jelas Agung Widiastuti dari Lembaga Swadaya Masyarakat Kalimajari yang mendampingi para Petani Kakao di Jembrana Bali.

Peta subak yang ikut anggota koperasi Jembrana /dok CSRINDONESIA

Bersama Koperasi para petani coklat yang tergabung dalam Koperasi Kerta Semaya Samania (KSS) Marco pun membuat peta khusus perkebunnan Kakao dan dibuat selama enam bulan. Peta perkebunan Kakao ini khusus ini menjadikan pendampingan kerja sama ini penghasilan para petani mudah terpantau. Peta terpajang di kantor Koperasi Kerta Semaya Samania bersama peta ada juga sejumlah piagam dan penghargaan dipajang di kantor itu. Selain itu Marco juga terlibat dalam relasi dengan perusahaan coklat ternama Valrhona dari Perancis.

“Petani Kakao Jembrana kini sudah mendapatkan  peningkatan dibanding tahun-tahun sebelumnya,” tambah Widi panggilan akrab Agung Widiastuti.

“Target koperasi untuk komoditas coklat saat ini sebanyak 300 ton per tahun. Dari jumlah tersebut kami baru bisa mendapatkan 12,5 ton per tahun atau satu kontainer untuk memenuhi perusahaan coklat Valrhona di Perancis, tahun depan semoga bisa mencapai 300 ton” bebernya.

Sebenarnya Coklat yang berasal dari Jembrana (Bali) perusahaan kami sudah memasarkan di sejumlah negara, antara lain Bangkok, Hong Kong, Korea, Malaysia, Paris dan Beijing. Kami juga masih menunggu respon pasar dari negara tersebut mengenai coklat asal Bali ini, jelas Widi.

Marc Le Moullec alias Marco (tengah) bersama dua jurnalis / AM

Pengakuan Widi diamini Marco yang mengatakan bahwa biji coklat yang diproses dengan sistem fermentasi akan menghasilkan hasil yang berkualitas dan memiliki kekhasan aroma dibanding dengan sistem biasa yang terkadang banyak lemaknya atau ada hasil yang tidak optimal untuk coklat Premium.

“Saya hanya seorang kartograf dan mencoba membantu para petani karena rekan saya dari Perusahaan Coklat Valrhona yang distributornya Classic Fine Food Thomas Pellegrini meminta saya membantu pengembangan bisnis coklatnya,” jelas Marco.

Marco mengatakan coklat dari Kabupaten Jembrana yang selama ini sudah mendapatkan pembinaan dari perusahaan Coklat Valrhona hasilnya sangat berkualitas, sebab prosesnya menggunakan sistem fermentasi, serta penyeleksian biji coklat sebelum di kirim ke pabrik Valrhona di Perancis.

“Pemeliharaan tanaman coklat oleh petani menggunakan pupuk organik, cara pemetikan yang matang serta proses permentasi hingga penjemuran alami dengan matahari akan menghasilkan coklat yang berkualitas, salah satunya seperti yang dilakukan oleh petani yang tergabung dalam Koperasi Kerta Semaya Samaniya, Jembrana Bali,” papar Marco.

Saat coklat dalam Valrhona yang biji kakaonya sudah 68 persen menggunakan bahan dari asal Jembrana Bali.

“Kerja sama dan pendampingan dari salah satu perusahaan Valrhona asal Perancis akan semakin menggairahkan petani coklat. Karena perusahaan ini ke depan mengharapkan lebih banyak bisa mengambil biji kopi permentasi Jembrana. Ini kita buktikan komitmen perusahaan Perancis mengajak sejumlah koki (chef) hotel berbintang dari Jakarta dan Bali melihat langsung perkebunan petani coklat di Desa Pulukan, Kecamatan Pekutatan,” tambahnya.

Seorang Petani coklat asal Pulukan, Ketut Sukarta mengakui setelah Marco dengan pendampingan dari Yayasan Kalimajari petani di sini semakin bergairah, sebab dahulu pembeli coklat hanya mengandalkan dari tengkulak yang harganya sangat jauh dibanding sekarang di beli oleh Koperasi Kerta Semaya Samania.

“Sejak 1988 saya bertani dan saat ini saya mengucapkan terima kasih atas pendampingan dari Yayasan Kalimajari. Berkat pendampingan tersebut koperasi kami sekarang maju, dan bisa bekerja sama dengan perusahaan yang memasok coklat, salah satunya dengan Valrhona dari Perancis dalam hal ini Pak Marco juga yang ikut mendorong kami,” ujar Ketut.

Nama Marco memang dikenal para petani, sejak 3 tahun iniu memang Marco blusukan ke kampung dan kebun petani memberikan dorongan sehingga hasilnya kini dirasakan para petani di jembrana Bali. Merci Beaucoup Marco. (bersambung)

– AENDRA MEDITA