Home Investasi Kota Berpopulasi Kurang dari 200.000 Jiwa Masih Luput dari Bidikan Brand Fast...

Kota Berpopulasi Kurang dari 200.000 Jiwa Masih Luput dari Bidikan Brand Fast Food?

47
Indonesia store count chart | IST
Indonesia store count chart | IST

CSRINDONESIA – GapMaps, penyedia layanan pemetaan lokasi berbasis teknologi luncurkan laporan eksklusif Fast Food and Quick Service Restaurant Retail Network 2023 yang pertama di Indonesia. Laporan ini meneliti jumlah gerai dan tingkat penetrasi 12 brand restoran cepat saji di seluruh wilayah Nusantara.

Berdasarkan hasil survei terhadap 12 brand restoran cepat saji dengan 3.274 lokasi di seluruh Indonesia, ditemukan bahwa KFC memiliki jaringan ritel paling luas, dengan lebih dari 700 restoran yang tersebar di Indonesia. Berdasarkan laporan tersebut, diketahui juga bahwa KFC memiliki setidaknya satu toko di 52 dari 80 jumlah kota dengan populasi penduduk lebih dari 500.000 jiwa. Selain itu, KFC juga hadir di 195 kota lainnya dengan populasi lebih dari 200.000 jiwa.

Di posisi kedua adalah Pizza Hut dengan 616 restoran dan diikuti oleh McDonald’s dengan 277 restoran.

Selain KFC dan Pizza Hut, laporan GapMaps menunjukkan bahwa brand-brand makanan cepat saji lainnya belum memiliki jaringan ritel yang mapan di kota-kota lainnya dengan populasi penduduk antara 200.000 hingga 500.000 jiwa.

Bahkan, di kota-kota dengan populasi penduduk kurang dari 200.000 jiwa, GapMaps menemukan bahwa keberadaan 12 brand restoran cepat saji yang diteliti cenderung terbatas. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu tuntutan penjualan dari luar penduduk setempat serta lokasi restoran yang berada di jalan raya utama, kawasan wisata, atau kota satelit/komuter.

Andrew Smith, Director of Economics and Research at GapMaps | IST
Andrew Smith, Director of Economics and Research at GapMaps | IST

Director of Economics and Research GapMaps, Andre Smith menjelaskan “Laporan kami memberikan pandangan terkait pangsa pasar restoran cepat saji yang kompetitif seiring dengan perkembangan jaringan bisnis brand-brand ini di Indonesia. Namun, kami juga menemukan bahwa setelah disesuaikan dengan tingkat pendapatan daerah yang ada, keberadaan restoran cepat saji di Indonesia masih belum menyamai standar internasional. Hal ini berarti masih ada banyak peluang untuk pertumbuhan, yang tentunya dipengaruhi oleh pertumbuhan pendapatan masyarakat yang berkelanjutan dan merata.”

“Demi menangkap peluang ini, semakin banyak brand di Indonesia, dari sektor makanan cepat saji, pusat kebugaran, kafe, dan swalayan, yang menggunakan GapMaps Live untuk mendapatkan data-data demografi yang bersifat granular. Data-data seperti lokasi pesaing, populasi penduduk dan pekerja, serta pendapatan juga pengeluaran rumah tangga akan digunakan untuk memberikan rekomendasi yang tepat dalam menentukan lokasi toko,” tutup Andre Smith. |WAW-CSRI

Previous articleDukung Perwujudan Energi Berkelanjutan Ramah Lingkungan, ABB Terus Sponsori Formula E
Next articleSolusi Kesehatan Digital Nestle Untuk Tingkatkan Kesejahteraan Karyawan