Home CSR Lingkungan Kegiatan Penelitian LPPM ITB Sampai ke Daerah 3T, IKN

Kegiatan Penelitian LPPM ITB Sampai ke Daerah 3T, IKN

25

Kegiatan Penelitian LPPM ITB Sampai ke Daerah 3T, IKN

CSRINDONESIA.COM – Tim penelitian dan pengabdian masyarakat ITB (Institut Teknologi Bandung) tidak ujuk-ujuk gelar kegiatan dengan anggaran yang dikucurkan, tapi melewati tahapan seleksi terlebih dahulu. Selama ini, tim penelitian tersebar bukan hanya di pulau Jawa, tapi sampai ke daerah tertinggal, terdepan dan terluar (3T) bahkan IKN (Ibu Kota Negara) di Kalimantan Timur. “LPPM (Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat) yang langsung di bawah Rektor ITB, menyeleksi semua proposal penelitian terlebih dahulu,” kata Heri Rahman, ketua salah satu tim yang meneliti talas beneng di Serang, Banten.

Ia bersama dua anggota peneliti lain serta dua mahasiswa ITB gelar penelitian dan pengabdian terkait agropreneur talas beneng sebagai upaya peningkatan kapasitas petani di desa Tanjungsari, Kec. Pabuaran Serang, Banten. Dua anggota peneliti, masing-masing berlatar belakang agroteknologi, genetika & biologi molekuler serta teknologi pangan, pasca panen & agroteknologi. “Kalau proposal disetujui LPPM ITB, budget bisa cair. Nilainya berbeda, antara kegiatan di pulau Jawa dan luar pulau Jawa atau daerah 3T. Kalau kegiatan di Serang Banten, Rp 100 juta. Kegiatan kami sudah berlangsung sejak pertengahan Juli. Sementara di luar pulau Jawa, budget Rp 150 juta,” kata Heri Rahman, yang bidang keahliannya ilmu dan Teknologi Hayati.

Kegiatan LPPM ITB berlangsung di desa Tanjungsari, Kecamatan Pabuaran, Serang – Banten dengan mitra komunitas yakni sekitar 40 anggota Kelompok Tani Harapan Mekar 2. Pelaksanaan agropreneur talas beneng pada kelompok tersebut masih harus didorong perkembangannya terutama peningkatan produktivitas nilai tambah. Hasil akhirnya, hasil pengolahan talas bisa laku dijual terutama untuk tujuan ekspor. Petani umumnya masih memiliki pemahaman yang masih rendah mengenai beberapa hal antara lain; manajemen kelompok, manajemen usaha, teknis budidaya talas beneng termasuk pembibitan, teknik pemanenan, teknik pengolahan hasil, manajemen ekspor dan pemasaran hasil. “Kegiatan kami sudah sampai pelintingan rokok. Tapi ada keterbatasan, terutama modal. Untuk ekspor terutama ke Australia dan Amerika, ada perusahaan eksportir yang menampung. Kami sempat diajarkan cara merajang daun talas, dimana hasil rajangan dikeringkan, dan jadi alternative tembakau,” kata Heri Rahman.

 

Di Banten, terdapat 263 hektar produksi Talas Beneng yang tersebar di Kabupaten Pandeglang 197 hektar, Kabupaten Serang 19 hektar dan Kabupaten Lebak 47 hektar. Pemerintah Prov. Banten telah berkomitmen untuk mendukung pengembangan budidaya talas beneng. “Kami meneliti bagaimana proses pengolahan umbi dan daun talas sampai pasca panen. Pengolahan sampai jadi makanan keripik, dan proses perajangan daun serta pelintingan rokok. hasil rajangan daun talas, dikeringkan menjadi alternative tembakau pada rokok,” kata Heri Rahman. **