
CSRINDONESIA – BALI (6/7), New Energy Nexus (NEX) Indonesia menyelenggarakan Lokakarya Kebijakan Publik Matangi Bali yang berjudul “Mendorong Kebijakan Transisi Energi di Bali untuk Masa Depan Berkelanjutan”. Lewat lokakarya ini, NEX Indonesia mengkapasitasi generasi muda Bali untuk mengetahui dan berpartisipasi aktif dalam pembuatan kebijakan yang mendukung transisi energi & pengurangan emisi karbon untuk atasi perubahan iklim. Keterlibatan dan kepemimpinan kaum muda sangat penting untuk memastikan transisi yang berkelanjutan dan inklusif.
50 kaum muda bergabung, dengan 66% dari peserta lokakarya adalah perempuan. Sejak 2023, New Energy Nexus Indonesia telah melibatkan lebih dari 734 orang, termasuk kaum muda dan perempuan di Bali. Berbagai program pengembangan kapasitas, ruang berjejaring, dan diskusi, telah dibentuk agar masyarakat dan komunitas mempunyai wadah untuk secara kolektif bergerak atasi perubahan iklim.

Ida Bagus Setiawan, Kepala Dinas Tenaga Kerja, Transisi Energi, dan Sumber Daya Mineral Bali, hadir sebagai pembicara, menyoroti kondisi energi di Bali dan tantangan ke depannya.
“Ada beberapa tantangan yang perlu kita atasi untuk mencapai Bali Net Zero Emission (NZE), termasuk peningkatan kapasitas sumber daya manusia, infrastruktur dan ekosistem yang tidak memadai, kebijakan yang mendukung pengembangan energi bersih, dan proyek energi bersih dengan investasi tinggi. Oleh karena itu, anak muda sebagai penggerak masa depan Bali memerlukan program pengembangan kapasitas seperti lokakarya Matangi Bali, di mana mereka bisa memahami cara membuat kebijakan dan inovasi yang berorientasi pada iklim,” ungkapnya.
Selanjutnya, M. Haiqal Rizaldi, Green Infrastructure Project Financing Specialist dari WRI, menekankan pentingnya kaum muda memahami analisis dan identifikasi kebijakan untuk memformulasi rekomendasi kebijakan.
“Penyusunan kebijakan yang tepat perlu didasarkan pada prinsip inklusivitas dan keberlanjutan. Setiap langkah yang diambil harus memastikan bahwa tidak ada satu pun pihak yang tertinggal, termasuk kaum muda. Kaum muda perlu memahami
bagaimana mengidentifikasi dan menganalisis masalah (dalam konteks kebijakan energi), agar kaum muda pun dapat menawarkan solusi kongkret berdasarkan telaah keilmuan yang dapat diadopsi oleh pembuat kebijakan,” ujarnya.
