Home Berita Kartini Berhelm Proyek Menjadi Pilar di Tengah Debu Konstruksi

Kartini Berhelm Proyek Menjadi Pilar di Tengah Debu Konstruksi

33
Nyiayu Chairunnikma, Head of Marketing Semen Merah Putih (PT Cemindo Gemilang Tbk)
Nyiayu Chairunnikma, Head of Marketing Semen Merah Putih (PT Cemindo Gemilang Tbk)
CSRINDONESIA – Di antara dentuman beton, sengatan terik matahari, riuhnya suara berisik bor dan palu, langkah-langkah baru sedang ditorehkan. Bukan oleh sepatu proyek yang biasanya kita bayangkan, tapi oleh kaki-kaki tangguh yang mengenakan sepatu berhak rendah—dan membawa serta semangat perubahan yang tak kalah keras gaungnya.
Di tengah dunia konstruksi yang dulu (dan masih sering) dilabeli “laki-laki banget,” perempuan mulai mengambil posisi, bukan sekadar di pinggiran, tapi di pusat pengambilan keputusan, strategi, dan kreativitas. Mereka bukan datang untuk sekadar “ikut nimbrung,” melainkan untuk membentuk arah dan menanamkan jejak.
IST
IST
Salah satunya adalah Nyiayu Chairunnikma, perempuan yang berdiri tegak di balik strategi pemasaran Semen Merah Putih. Lebih dari 20 tahun ia mengasah ketajaman di ranah marketing dan komunikasi, mulai dari produk cat hingga perangkat kolam renang. Kini, ia memimpin sebagai Head of Marketing PT Cemindo Gemilang Tbk, dengan portofolio pengalaman yang lebih kokoh dari fondasi bangunan tinggi.
“Dunia konstruksi kini menuntut lebih dari sekadar kekuatan fisik,” ujarnya. “Diperlukan pemikiran strategis, kreativitas, dan sensitivitas terhadap tren. Perempuan mampu menghadirkan itu semua. Kami tidak hadir hanya untuk mengisi peran, tapi juga menciptakan dampak.”
IST
IST
Pernyataan Ayu bukan sekadar retorika. Di lapangan, kita melihat semakin banyak perempuan yang tidak hanya mengenakan helm proyek sebagai simbol, tapi sebagai alat kerja. Mereka menjadi manajer proyek, insinyur, arsitek, dan pemimpin pemasaran yang menawarkan perspektif baru—lebih inklusif, lebih kolaboratif.
Hari Kartini 2025 membawa kita pada refleksi bahwa perjuangan emansipasi bukan lagi soal “boleh atau tidak,” tapi tentang bagaimana kita, sebagai masyarakat, membuka ruang dan memberi kepercayaan. Karena sejarah telah mencatat bahwa perempuan yang diberi peluang akan menjawabnya dengan bukti.
Di dunia konstruksi, di antara debu dan kerikil, ada suara-suara perempuan yang mulai terdengar nyaring. Bukan sebagai gema, tapi sebagai narasi utama dari pembangunan masa depan yang lebih setara.
IST
IST
Jadi jika masih ada yang bertanya, “Perempuan di industri konstruksi, kenapa tidak?” Maka jawabannya: “Sudah, sedang, dan akan terus ada.”
Selamat Hari Kartini. Untuk setiap langkah perempuan yang tak gentar menantang stereotip—kamu pantas berada di mana pun kamu ingin berkembang. Termasuk di tengah gemuruh pembangunan negeri ini. |WAW-CSRI