Home CSR Ekonomi Efek Berganda Sektor Hulu Migas Nasional Bagi Masyarakat

Efek Berganda Sektor Hulu Migas Nasional Bagi Masyarakat

2090
“Lautan Anambas kaya akan beragam hasil tangkapan laut seperti Ikan Kerapu. Sebelum ada pelatihan budidaya dari Medco E&P Natuna Ltd pada 2007, kami mengandalkan benih ikan yang ditangkap dari laut dalam," ujar Azianto, Anambas, Medco E&P Natuna Ltd

CSRINDONESIA – JAKARTA, Tidak sekadar menyediakan pasokan energi dan menghasilkan penerimaan negara, pertumbuhan sektor hulu migas yang berkesinambungan juga menciptakan efek berganda atau multiplier effect bagi sektor-sektor lainnya.

Pertumbuhan mempengaruhi juga sektor pendukung dan sektor pengguna, serta pemberdayaan perekonomian lokal melalui kegiatan pengembangan masyarakat (community development) yang dijalankan para Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) Migas.

Tahun ini, sedikitnya ada 15 orang pelopor kegiatan pengembangan ekonomi lokal dari program pengembangan masyarakat di berbagai daerah penghasil migas, mulai Aceh hingga Papua, akan hadir pada acara Pameran dan Konvensi Indonesian Petroleum Association ke-42 Tahun 2018 (“IPA Convex”) di Jakarta Convention Center, Jakarta, 2-4 Mei 2018.

Mereka dijadwalkan akan berdialog dengan Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo, pada upacara pembukaan IPA Convex 2018, pada Rabu, 2 April 2018.

Direktur Eksekutif IPA Marjolijn Wajong mengingatkan kehadiran industri migas di tengah masyarakat mendukung pada peningkatkan kesejahteraan masyarakat secara berkelanjutan (sustainable).

“Dengan menghadirkan para local heroes tersebut kami berharap KKKS semakin termotivasi untuk melanjutkan kemitraan bersama masyarakat sekitar dalam membangun ekonomi lokal yang kuat dan berkelanjutan,” paparnya di Jakarta, Jumat (27/4).

Besaran investasi di hulu migas, lanjutnya, sangat berbeda dengan sektor-sektor yang lain. Nilai satu proyek di industri hulu migas dapat mencapai miliaran dollar AS. Nilai investasi tersebut tidak hanya berkontribusi pada ketahanan energi nasional, tetapi juga memunculkan efek berganda kepada ekonomi lokal dan nasional. Industri pendukung dan turunannya, termasuk hilir, akan tumbuh berkali-kali lipat jika sektor hulu migas hadir terus meningkatkan investasinya.

Selain berkontribusi memberdayakan dan menggerakkan perekonomian lokal, sektor hulu migas juga terus memberi efek berganda yang positif bagi perekonomian nasional. Selama 2015-2016 kontribusi langsung industri hulu migas memang turun drastis hanya 3,1% dari Produk Domestik Bruto (PDB) karena terkena imbas anjloknya harga minya dunia dan kurang kompetitifnya iklim investasi di Indonesia dibanding negara lain.

Walau demikian, efek bergandanya tetaplah signifikan mengingat 45 sektor pengguna dan 75 sektor pendukung hulu migas mampu mempengaruhi 83% PDB nasional. (lampiran 2 dan 3).

Tambahan lagi dari peluang penyerapan tenaga kerja nasional. Satuan Kerja Khusus Kegiatan Usaha Hulu (SKK Migas) membatasi penggunaan jasa tenaga kerja asing di KKKS Migas.

Kebijakan ini terbukti menunjukkan hasil yang baik sebab 96% atau sekitar 32 ribu orang dari total pekerja di KKKS adalah Warga Negara Indonesia (WNI). Sektor perbankan juga merasakan dampak positif dari kewajiban KKKS untuk menyimpan dana rehabilitasi pasca operasi (Abandonment and Site Restoration/ASR) di perbankan BUMN saat pemerintah menyetujui rencana pengembangan lapangan (POD).

Kemudian sarana pengangkutan hasil produksi, usaha hulu migas lepas pantai telah menggunakan jasa lebih dari 650 kapal berbendera Indonesia.
Manfaat lain kehadiran industri hulu migas adalah soal alih teknologi. Seperti diketahui bahwa sektor hulu migas adalah industri berteknologi tinggi. Keadaan itu tentu berdampak positif bagi tenaga lokal yang bekerja di sana.

Selain membuka lapangan pekerjaan, menghasilkan tambahan pajak dan pendapatan asli daerah (PAD), sejatinya industry hulu migas mampu memberi kontribusi signifikan yang lebih jauh bagi gerak ekonomi masyarakat, tanpa harus selalu terkait atau terlibat langsung dalam kegiatan operasional perusahaan. Hal itu pun berlaku di industri hulu migas nasional.

Hal itu tercermin dari pengalaman Azianto, Petani Budidaya Ikan Kerapu di Kabupaten Kepulauan Anambas, Provinsi Kepulauan Riau yang menjadi salah satu contoh motor penggerak perubahan di kalangan nelayan tangkap menjadi nelayan budidaya di sekitar wilayah kerja Medco E&P Natuna Ltd tersebut.

“Lautan Anambas kaya akan beragam hasil tangkapan laut seperti Ikan Kerapu. Sebelum ada pelatihan budidaya dari Medco E&P Natuna Ltd pada 2007, kami mengandalkan benih ikan yang ditangkap dari laut dalam,” ujar pria 42 tahun yang akrab disapa Bang Ian ini.

Azianto memulai program itu bersama 49 orang penduduk Anambas untuk mempelajari teknik budi daya ikan dalam jaring terapung, hingga belajar berorganisasi dalam wadah kelompok budi daya ikan “Teladan”.

Meskipun pada awalnya banyak yang pesimis program ini akan berdampak besar, setelah dijalankan dengan benar, budi daya ikan kerapu merupakan jawaban akan potensi sumber pendapatan keluarga yang dapat diandalkan.

Kini keramba jaring apung (KJA) milik kelompok itu telah menjadi Balai Budi Daya Ikan (BBI) Anambas yang dikelola secara profesional oleh masyarakat dengan pendampingan tenaga ahli dari Balai Budi Daya Laut (BBL) Batam.

“Sejak 2013 hingga saat ini BBI Anambas telah berhasil membudidayakan 101.929 ekor ikan kerapu dengan total transaksi lebih dari Rp 2,6 miliar. Sebaran benih ikan itu berhasil menjangkau 178 nelayan,” ujar ayah tiga anak berusia 42 tahun ini.

Berbagai jenis benih ikan kerapu disiapkan di BBI, seperti kerapu macan, kerapu cantang, kerapu cantik, kerapu bebek, kerapu batik, juga kerapu kertang. Sejak tahun lalu, Azianto dan tim BBI Anambas fokus mengembangkan balai benih darat yang akan berfungsi sebagai pemijahan telur ikan kerapu.

Pengembangan balai benih darat ini dapat menurunkan harga benih dari Rp2.500 per cm menjadi Rp1.500 per cm. Kini tercatat ada sebanyak 271 nelayan dari 19 desa di lima kecamatan dalam Kabupaten Kepulauan Anambas.

“Dengan kerja keras, fokus, serta semangat pantang menyerah, kami akan terus mengembangkan sayap produksi BBI Anambas di Kabupaten Kepulauan Anambas,” tandasnya.

Azianto tentu tidak sendiri, karena di hampir seluruh wilayah kerja migas terselip kisah sukses dari jalinan harmonis antara masyarakat dengan industri hulu migas. Karena itu, sebagai bentuk penghargaan terhadap kiprah para tokoh daerah yang telah mampu memberdayakan diri dengan kemitraan tersebut, sebanyak 15 local heroes (termasuk Azianto) diundang menghadiri IPA Convex 2018.

“Kehadiran para local heroes ini juga menunjukan betapa pentingnya usaha semua pihak untuk meningkatkan daya saing industri hulu migas Indonesia. Sehingga kegiatan eksplorasi dapat bertambah dan cadangan migas pun meningkat. Peran industri hulu migas nasional sebagai penopang dan pendorong kegiatan perekonomian di Indonesia dapat berjalan maksimal,” ujar Marjolijn Wajong mengakhiri diskusi. |CSRI/WAW.