Menjadi pusat ekspansi pasar global, termasuk ASEAN, Amerika, dan Eropa. Kapasitas produksi tiga kali lipat dibandingkan pabrik sebelumnya, dengan produksi tahunan 67.000 ton. Targetkan penjualan tahunan sebesar KRW 200 miliar, berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi lokal Indonesia
CSRINDONESIA – Pada pagi yang lembab di Karawang, 30 April 2025, tak hanya pabrik yang diresmikan. Sebuah mimpi besar dinyalakan. Di tengah deretan tamu penting dari Korea Selatan dan Indonesia—termasuk Menteri Investasi Rosan Roeslani, para CEO dan pimpinan industri—berdiri megah pabrik poliuretan terbaru Dongsung Chemical. Bukan sekadar pabrik, ini adalah pusat produksi poliuretan global terbesar milik Dongsung di Asia Tenggara.
Pabrik itu menjulang di atas tanah seluas 81.000 meter persegi—lebih dari sebelas kali lapangan sepak bola. Ia tak hanya dibangun dengan beton dan baja, tapi juga dengan ambisi. Kapasitas produksinya mencapai 67.000 ton per tahun, tiga kali lipat dari total produksi pabrik Dongsung di Korea, Vietnam, dan Tiongkok digabungkan.
Ini bukan hanya tentang jumlah, tapi tentang arah. Arah baru yang membawa Indonesia ke peta rantai pasok global. Dari Karawang, Dongsung tak sekadar memasok Asia Tenggara, tetapi juga menargetkan pasar Amerika, Eropa, dan Amerika Latin. Di sinilah Indonesia menjadi episentrum pergerakan—sebuah poros logistik dan industrialisasi yang strategis, dekat pelabuhan dan berada di tengah kawasan otomotif nasional.

“Kami akan menjadikan pabrik baru di Indonesia sebagai pusat untuk melompat ke panggung global,” ujar Lee Man-woo, CEO Dongsung Chemical, dalam presentasinya yang disambut tepuk tangan para tamu internasional dan lokal.
Tak hanya menjanjikan ekspansi pasar, pabrik ini juga menjadi simbol efisiensi dan ketahanan. Dengan gudang bahan baku berkapasitas 1.000 ton dan sistem produksi otomatis, Dongsung menunjukkan kesiapannya menghadapi ketidakpastian rantai pasok dunia. Target ambisius pun dilontarkan: penjualan tahunan sebesar KRW 200 miliar—sekitar Rp2,4 triliun—yang diharapkan dapat mengalirkan dampak ekonomi langsung ke Indonesia.
Bagi pemerintah Indonesia, langkah ini adalah perwujudan dari misi menciptakan investasi berkualitas.

“Kami berkomitmen mendukung investasi seperti ini lewat efisiensi perizinan dan perbaikan iklim investasi,” ujar Rosan Roeslani, Menteri Investasi dan Hilirisasi, dalam pidatonya.
Tentu saja, investasi ini bukan tanpa harapan timbal balik. Masuknya teknologi tinggi, lapangan kerja baru, hingga peningkatan kapasitas industri nasional menjadi taruhan yang akan diuji oleh waktu. Tapi satu hal pasti, Karawang kini bukan sekadar kawasan industri biasa. Ia telah menjadi rumah bagi pusat poliuretan berkualitas tertinggi se-Asia Tenggara—sebuah posisi yang dulunya mungkin hanya mimpi.
Dongsung Chemical sendiri bukan pemain baru. Perusahaan ini terdaftar di KOSPI, dengan omzet tahunan mencapai KRW 1 triliun. Mereka tak hanya bergerak di poliuretan, tetapi juga material ramah lingkungan, energi, hingga bioteknologi melalui anak perusahaan seperti Dongsung Finetec dan Genewell.
Dalam dunia yang bergerak cepat dan penuh disrupsi, langkah Dongsung memilih Indonesia bukan semata keputusan bisnis. Ini adalah pertaruhan keyakinan—bahwa negeri ini punya daya tarik bukan hanya karena murahnya biaya produksi, tapi karena potensinya yang tengah menyala.
