Ki-ka, Rijal Hakiki, Moderator; Maria R Nindita Radyati, Ph.D, President Director Institute for Sustainability and Agility (ISA); Wilson Sutarko, Co-founder & CEO GreenTeams; Novita Natalia, Co-founder Bicara Udara; Pintoko Aji, Koordinator Riset Kelompok Data dan Pemodelan, Institute for Essential Services Reform (IESR)
CSRINDONESIA –Cikarang (18/9), Di jantung salah satu kawasan industri terbesar di Indonesia, sebuah percakapan tentang masa depan sedang berlangsung. Di ruang Convention Center President University, Fablab Jababeka, mereka duduk berderet. Para pemikir, pelaku, dan pengawas yang nasibnya terikat dengan napas panjang industri nasional. Mereka berkumpul bukan untuk membahas laba atau pertumbuhan, melainkan sebuah kata yang mulai menggema di setiap cerobong asap dan lini produksi dekarbonisasi.
GreenTeams, bersama Kawasan Industri Jababeka dan Ecoxyztem, mempertemukan mereka dalam sebuah forum bertajuk “Peta Jalan Dekarbonisasi Industri di Indonesia, Strategi Menuju Net Zero 2050”. Ini bukan sekadar diskusi. Ini adalah upaya merajut harapan di tengah paradoks yang membelit.
Di satu sisi, industri adalah nadi ekonomi. Pada kuartal pertama 2025, ia menyumbang 17,5 persen terhadap PDB nasional, tumbuh 4,31 persen. Tapi di sisi lain, ia adalah raksasa energi yang haus, menyedot lebih dari 40 persen konsumsi energi nasional. Ia adalah penopang sekaligus beban. Dan di pundak raksasa inilah target Net Zero Emission 2050 digantungkan.
Wilson Sutarko, Co-founder & CEO GreenTeams, memandang paradoks ini bukan sebagai jalan buntu, melainkan persimpangan yang membutuhkan peta yang tepat. “Industri membutuhkan fondasi yang kokoh untuk bertransformasi,” ujarnya. Baginya, fondasi itu adalah data. Teknologi pemantauan emisi yang akurat dan data yang kredibel menjadi kompas untuk menyeimbangkan laju ekonomi dan kelestarian lingkungan. GreenTeams hadir dengan solusi nyata lewat teknologi pemantauan kualitas emisi dan udara yang akurat, bukan sekadar untuk mematuhi regulasi, melainkan untuk membuka ruang inovasi dan memperkuat ketahanan industri.
Namun, jalan menuju net zero bukan hanya soal angka dan sensor. Novita Natalia, Co-founder Bicara Udara, mengingatkan bahwa ujung dari semua ini adalah manusia. “Ketika udara bersih, produktivitas meningkat dan kesehatan masyarakat lebih terjaga,” katanya. Data pemantauan udara, bagi Novita, bukan sekadar deretan angka di layar komputer. Ia adalah alat bukti untuk mendorong kebijakan yang tepat dan memastikan masyarakat menghirup udara yang lebih layak. Ia menekankan, tanpa keterlibatan dan dukungan publik, upaya dekarbonisasi bisa jadi hanya sebuah program elitis yang gagal menyentuh tanah.
Pintoko Aji, Koordinator Riset Data dan Pemodelan Institute for Essential Services Reform (IESR), melihat lebih dalam lagi. Bagi dia, peta jalan dekarbonisasi bukanlah ancaman, melainkan sebuah undangan untuk berubah. “Ini bukan hanya tuntutan, tetapi juga peluang,” tegasnya. Transisi energi, meski penuh tantangan, adalah kesempatan emas bagi industri untuk merampingkan operasi, memangkas biaya, dan menemukan competitive edge baru di sektor hijau. Roadmap itu adalah penerang, menunjukkan apa yang harus disiapkan sekaligus membuka mata pada peluang bisnis baru yang sebelumnya tak terlihat.
Suara dari pemerintah daerah datang dari Kustanto Dwi Purnomo, mewakili Bupati Bekasi. Kabupaten yang menjadi episentrum industri ini menyadari peran besarnya. Bekasi, katanya, memiliki potensi besar untuk menjadi contoh, menjadi laboratorium hidup transisi menuju industri rendah emisi. Jika upaya ini dijalankan bersama, manfaatnya akan berlipat ganda, memperkuat daya saing global sekaligus menciptakan lingkungan yang lebih sehat. Dekarbonisasi adalah perjalanan marathon, bukan lari sprint, yang membutuhkan komitmen dan kolaborasi tanpa henti.
Acara yang dihadiri oleh perwakilan kementerian, akademisi seperti Rektor President University Handa Abidin, dan pelaku industri seperti Vega Violetta dari Jababeka Infrastruktur, menyimpulkan satu hal. Jalan menuju net zero adalah jalan sunyi yang harus ditempuh bersama. Butuh teknologi cerdas dari perusahaan seperti GreenTeams, butuh regulasi yang mendukung, butuh kesadaran industri, dan yang paling utama, butuh napas panjang dan keyakinan bahwa langkah kecil hari ini adalah investasi untuk udara yang lebih bersih di tahun 2050.
Ini bukan lagi soal apakah kita bisa mencapai target itu. Tapi, seberapa cepat kita memulai langkah pertama. |WAW-CSRI