Home Citra Dari Kutub Utara hingga Energi Nasional: Jejak Seorang Visioner yang Siap Mengubah...

Dari Kutub Utara hingga Energi Nasional: Jejak Seorang Visioner yang Siap Mengubah IATMI

178
CSRINDONESIA – Di sebuah sudut yang sangat dingin di Kutub Utara, tempat rig pengeboran menembus lapisan bumi dengan presisi ilmiah, seorang pemuda Indonesia mengukir jejaknya. Bukan hanya sebagai teknisi, tapi sebagai pemikir.
Muhammad Iksan Kiat, namanya. Ia tidak sedang mencari minyak semata, melainkan menggali makna lebih dalam: bagaimana energi bisa menjadi jalan menuju kedaulatan, dan bagaimana seorang anak bangsa bisa berdiri sejajar – bahkan melampaui – di panggung global.
Kini, ia kembali membawa energi itu. Bukan dalam bentuk barel, melainkan visi. Dan visi itu bernama: #IATMIBermanfaat, #IATMITumbuhPesat, #PenggerakSwasembadaEnergi.
Bukan Sekadar Kandidat, Tapi Jawaban Zaman
Saat Ikatan Ahli Teknik Perminyakan Indonesia (IATMI) bersiap memilih nahkoda barunya, nama Iksan hadir sebagai angin segar. Di tengah tantangan transisi energi, dekarbonisasi, dan krisis global, ia menawarkan lebih dari janji. Ia hadir dengan rekam jejak – bukan hanya di atas kertas, tapi di lapangan, di ruang-ruang diplomasi energi internasional, dan di benak ratusan profesional muda yang tumbuh lewat inisiasinya.
Di usia yang belum menyentuh kepala empat, Iksan sudah menorehkan sesuatu yang tak banyak bisa diraih oleh generasi manapun:
  • Triple Summa Cum Laude dari kampus teknologi di Rusia, menggenggam tiga gelar sekaligus: B.Eng, M.Eng, dan M.Sc.
  • Jejak profesional di perusahaan sekelas Gazprom, Schlumberger, hingga Damen Group.
  • Founder lintas benua, dari fintech di Hong Kong, ekspor-impor di UAE, hingga hospitality di Rusia.
  • Suara muda Indonesia di panggung media global: dari BBC, Russia Today, hingga forum-forum energi dunia seperti SPE dan WPC.
Ini bukan biografi yang dibumbui. Ini adalah resume dari seorang teknokrat yang tak hanya ahli di bidangnya, tapi juga peka pada perubahan zaman dan tuntutan bangsa.
Ubah IATMI Menjadi Arah, Bukan Sekadar Organisasi
IATMI selama ini dikenal sebagai wadah teknisi dan akademisi migas. Namun di tengah derasnya wacana energi terbarukan, dekarbonisasi, dan krisis geopolitik energi, organisasi ini dituntut naik kelas: dari teknikal menjadi strategis. Dari pengamat menjadi penggerak kebijakan.
Di sinilah Iksan datang bukan hanya dengan gagasan, tapi dengan kerja nyata:
  • Lebih dari 100 sesi webinar capacity building yang melibatkan ribuan anggota muda.
  • Scholarship hub dan career clinic untuk menyiapkan generasi penerus.
  • Psychology center untuk menjaga kesehatan mental para profesional energi.
  • Peran langsung dalam penyusunan AD/ART dan regulasi energi, baik nasional maupun internasional.
  • Kontribusi dalam penyusunan draft kebijakan strategis Kementerian ESDM, membuktikan bahwa ia bukan sekadar tahu teknis, tapi juga memahami kompleksitas politik energi.
Iksan bukan sekadar ingin memimpin IATMI. Ia ingin memampukan IATMI untuk memimpin arah baru energi Indonesia.
Energi Nasional Butuh Anak Muda Global
“Yang kita butuhkan bukan hanya teknokrat, tapi penggerak. Bukan hanya cerdas, tapi strategis. Bukan hanya fasih bicara energi, tapi mampu menjadikannya alat kedaulatan bangsa,” ujar Iksan dalam satu sesi wawancaranya.
Dengan penguasaan empat bahasa asing dan pengalaman di lima negara, Iksan bukan hanya paham budaya kerja global, tapi juga tahu cara membawa Indonesia dalam percaturan energi dunia.
Baginya, Indonesia tak boleh selamanya menjadi pasar. Ia harus menjadi pemain. Dan itu dimulai dari SDM-nya. Dari kompetensi. Dari organisasi seperti IATMI yang tumbuh, mandiri, dan relevan.
Bukan sekadar memimpin organisasi. Muhammad Iksan Kiat bukan menjual mimpi. Ia membangun bukti. Dalam dirinya, kita melihat perpaduan unik: antara teknikal dan diplomatik, antara akademik dan entrepreneurial, antara nasionalisme dan kosmopolitanisme.
Dalam dunia yang berubah cepat, dengan energi sebagai panglima peradaban, IATMI membutuhkan bukan sekadar ketua umum. Ia butuh navigator. Dan Iksan, dengan segala keterbatasan manusianya, tampaknya datang membawa lebih dari cukup untuk peran besar itu.
Karena energi bukan sekadar sumber daya, tetapi daya untuk mengubah arah. Dan arah itu kini menanti untuk dipimpin. |RED-CSRI