Sebagai salah satu aset dari negara ini, Astra berkewajiban untuk melakukan yang terbaik bagi seluruh stakeholder.
Jakarta, CSR Indonesia – Tiba-tiba saja sosok perempuan berjilbab itu muncul di banyak media, baik cetak maupun elektronik, lokal maupun nasional. Ia tampak elok dan sedap dipandang. Tapi bukan karena itu alasan kemunculannya, melainkan karena jiwa sosial dan enterpreneurnya yang hebat, sehingga mampu meningkatkan derajat perekonomian keluarganya, bahkan masyarakat miskin di sekitarnya.
Dia adalah Resika Caesaria, gadis asal Banyumas, Jawa Tengah, salah seorang penerima Apresiasi Semangat Astra Terpadu Untuk (SATU) Indonesia Awards 2014 yang digelar oleh PT Astra International Tbk. di Jakarta, Oktober 2014 silam. Satu Indonesia Awards merupakan bagian dari program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) atau sering juga disebut Corporate Sosial Responsibily (CSR) Astra.
Tim juri Satu Indonesia Award yang terdiri dari Kepala BKKBN Fasli Jalal, Dosen Ilmu Lingkungan Pasca Sarjana UI Emil Salim, Pendiri Institut Bisnis dan Ekonomi Kerakyatan Tri Mumpuni, Utusan Khusus Presiden RI untuk MDGs Nila Moeloek dan Pakar Teknologi Informasi Onno Purbo, menilai, kiprah Resika dalam berwaralaba cimol, kudapan dari tepung tapioka, sangat inspiratif, bermuatan sosial tinggi, dan patut diteladani.
Betapa tidak, di tengah himpitan ekonomi keluarganya, ia tetap berjuang agar bisa meneruskan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi. Dengan berjualan cimol ia bisa menopang perekonomian keluarganya, bahkan membawa berkah bagi orang lain. Orang sekampung menjulukinya Ratu Cimol.
Melalui telepon selularnya, pada 20 Oktober kemarin, Cika bercerita kepada CSR Indonesia tentang perjuangannya berjualan cimol, yang modal awal Rp 63 ribu, kini beromzet puluhan juta rupiah per bulan.
Ketika itu, sekitar tahun 2005, bapaknya yang bekerja sebagai sopir bus sering mengalami kecelakaan. Meski tak ada korban jiwa, namun hati gadis remaja itu cemas. Dadanya terasa sesak. Tak tega rasanya melihat sang ayah yang disayanginya itu harus kembali mengalami masalah.
Ayahnya sudah sepuh. Matanya pun kian rabun. Sudah selayaknya ia berhenti bekerja sebagai supir bus. Tapi, ayah adalah penopang hidup keluarga. Jika ayah berhenti bekerja, otomatis roda perekenomian keluarga pun akan ikut berhenti pula. Kemana mereka harus mencari nafkah?
Sebagai keluarga yang taat menjalankan ajaran agama, Cika dan keluarga tak putus harapan. Sambil berdoa, mereka bahu membahu berjualan roti dan batagor di depan rumah mereka.
Namun tetap saja, hasil penjualan roti dan batagor tersebut belum mampu mencukupi semua kebutuhan hidup, terutama sekolah. Hampir saja Cika yang ketika itu sudah lulus SMP, putus sekolah. Beruntung kakaknya yang pertama, Marsiani Lestari, yang sudah menjadi bidan, membantu membiayai sekolahnya.
Sambil sekolah, bungsu dari lima bersaudara ini memutar otak untuk berwirausaha. Tak mungkin ia menggantungkan biaya sekolahnya di pundak Marsiani. Sebab, kakaknya itu telah berkeluarga dan mempunyai anak. Pastilah juga membutuhkan biaya untuk keluarganya.
Terlintas dalam benak Cika untuk berjualan cimol seperti yang dijual abang-abang cimol langganannya. Ya, Cika memang suka sekali cimol tersebut. Ia pun bertukar resep batagor dengan resep cimol dari pedangang cimol.
Cika pun memberanikan diri berjualan cimol. Ia merogoh celengannya yang hanya Rp 63.000. Sebelum sekolah, Cika menggoreng dan membukus cimol-cimol kecil itu, lalu menitipkannya di kantin-kantin. Tak jarang ia menerima ejekan dan cemoohan. Namun semua itu dilaluinya dengan tabah. Bapak dan mamanya senantiasa menguatkan hatinya.
Tak disangka, cimol buatan Cika laris manis. Rasanya enak, mengena di lidah, dan bikin ketagihan. Kelezatan cimol buatan Cika terkenal di antara teman-temannya. Begitu ada tambahan sedikit modal, Cika menggunakan gerobak dan berjualan di depan rumahnya.
Ketika kuliah di Harapan Bangsa, Purwokerto, jurusan Kebidanan, ia kembali memberanikan diri berjualan di dekat Universitas Muhammadiyah Purwokerto. Pada masa inilah, Cika memodifikasi cimolnya. Ada rasa keju, barbekyu, pedas, manis, pizza, dan jagung.
Untung tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak. Tatkala tengah asik masyuk merajut masa depan ini, mamanya tercinta jatuh sakit. Dokter movonis sang mama kena penyakit jantung. Cika mempunyai firasat bahwa mamanya tak kan bertahan lama. Setiap selesai shalat ia senantiasa memohon kepada Sang Pencipta, agar tidak memanggil mamanya cepat-cepat. Ia berjanji, ia akan belajar sungguh-sungguh dan berusaha menjadi yang terbaik di antara teman-teman kuliahnya.
“Mama, bertahanlah. Cika janji, Cika akan menjadi lulusan yang terbaik,” katanya sambil memeluk mamanya yang sedang terbaring dengan penuh kasih.
Tuhan Maha Mengetahui apa yang terbaik bagi hamba-Nya, pada tahun 2008 mamanya menghembuskan nafas yang terakhir. Meski hatinya berduka, namun ia berusaha tegar. Tahun 2013, dalam upacaya wisuda sarjana, Cika diumumkan sebagai salah seorang yang lulus dengan nilai cumlaude. Nilai IPK Cika termasuk yang tertinggi.
Di atas podium, saat ia didaulat memberi sambutan, ia pun tak kuasa menahan tangisnya, terkenang almarhumah mama tercinta yang berjasa sangat besar kepadanya.
“Mama, Cika sudah membuktikan janji Cika. Cika bisa membiayai kuliah Cika lewat usaha cimol. Cika menjadi salah seorang lulusan terbaik, Ma…”
Hari terus berganti. Cimol Cika semakin digemari. Cika memang punya resep rahasia andalan. Dan kini, ia bukan pedangan cimol gerobak lagi, tapi sudah menjelma menjadi Ratu Cimol yang memiliki 72 mitra bisnis dengan sistem waralaba. Jika modal awalnya cuma Rp 63.000, setelah 10 tahun diuji, Cika mampu meraup omzet puluhan juta per bulan.
Bila sepuluh tahun lalu Cika kesulitan mencari biaya sekolah, namun kini berkat bisnis cimolnya, Cika mampu menamatkan pendidikan hingga perguruan tinggi, bahkan bisa merenovasi rumah dan membeli kendaraan.
Cika menamai usaha kecilnya ini dengan nama Made Arizka yang merupakan singkatan dari nama kakak-kakaknya dan namanya, yaitu Marsiani, Dewi, Agus, Riza, dan Cika. Cika adalah anak bungsu. Sistem waralaba yang diterapkannya berbeda dengan waralaba pada umumnya. Cika memberikan inventaris secara gratis mulai dari gerobak motor atau dorong, wajan, tempat bumbu, alat capit, sorok, hingga motor kepada para pemegang waralabanya. Ia tidak mengambil hasil laba karena seluruh keuntungan diberikan kepada pelanggan dan pembayarannya dapat dilakukan setelah barang habis terjual.
Lewat caranya itu, Cika membantu meningkatkan taraf hidup mitranya. Mitra bisnisnya hanya berasal dari golongan ekonomi lemah. Ia tidak menerima calon mitra bisnis dari golongan menengah ke atas. Sebelum menyetujui kerja sama bisnis, biasanya ia menyurvei kehidupan si calon mitra. Ia akan menerima dengan tangan terbuka para pengangguran yang ingin berbisnis tapi tidak memiliki modal.
Cika merasa perekonomiannya sudah tertolong oleh kehadiran kudapan berbahan baku tepung singkong ini. “Saya sudah tertolong oleh cimol, saya juga ingin cimol ini menolong orang lain,” kata dia.
Pernah suatu kali, Cika didatangi salah seorang mitranya. Ia berterima kasih karena telah membuka jalan rezeki sehingga ia bisa menguliahkan tiga anaknya hingga menjadi sarjana.
“Saya bangga melihat mitra-mitra usaha ini bisa maju. Dari pengangguran, mereka sudah ada yang memiliki sepeda motor dari hasil jualan cimol, bahkan ada yang bisa merenovasi rumahnya,” kata Cika lirih.
Cika membuktikan tidak ada keberhasilan yang hadir tiba-tiba tanpa usaha keras. Dan setelah kesuksesan itu dalam genggaman, menjadi tanpa arti jika tidak menularkannya kepada yang lain.
Usaha waralaba cimol gadis kelahiran 1991 ini pun mampu mencuri hati juri Apresiasi Satu Indonesia Awards, sebuah ajang yang digelar oleh PT Astra Internasional Tbk.. Cika terpilih menjadi salah satu dari lima orang penerima Apresiasi Satu Indonesia Awards 2014. Ia berhak mendapatkan uang sebesar Rp 55 juta, serta pembinaan kegiatan dari Astra.
Keberhasilan Cika meraih penghargaan dari Astra ini diiringi tangis haru seluruh keluarganya di Banyumas.
“Ketika itu kami sekeluarga terharu, karena teringat mendiang mama yang sudah tiada. Kesuksesan ini tiada lain berkat bantuan beliau juga. Saya sempat berkata dalam hati, ‘Mama… Cika sudah bisa membiayai semuanya dari Cimol, semua janji Cika sudah Cika tepati,’” kata Cika lirih.
Ya, Cika memang patut bangga dan bahagia, karena dia adalah satu di antara 1833 pemuda dan pemudi dari seluruh Tanah Air yang mendaftarkan diri mengikuti ajang bergengsi yang digelar oleh perusahaan yang bergerak di bidang otomotif, jasa keuangan, alat berat dan pertambangan, agribisnis, infrastruktur, logistis, serta teknologi informasi itu.
Dari 1833 itu, hanya lima orang yang terpilih. Selain Cika, ada empat pemuda Indonesia lainnya, adalah Irwan Bajang, pendiri lembaga pendidikan tulis-menulis “Independent School” di Sleman, Yogyakarta; Maharani, gadis asal Lombok, Nusa Tenggara Barat, yang menginspirasi dengan penanaman pohon gaharu untuk menghijaukan Nusa Tenggara Barat (NTB) serta menyebarkan ilmu dan teknologi budidaya pohon gaharu kepada sejumlah petani; Marselinus Wellip, perawat di Puskesmas Distrik Towe dan membantu 1.900 jiwa di Papua rimba untuk hidup sehat seperti cara mandi, sikat gigi,mengganti dan mencuci pakaian. Idham Aulia dari Surabaya, Jawa Timur, bersama empat temannya membuat kapal pembersih sampah yang diberi nama “The Ganers” di perairan dangkal.
Mereka masing-masing mewakili lima pilar program CSR Astra yaitu Usaha Kecil dan Menengah (UKM), pendidikan, lingkungan, kesehatan, dan teknologi.
Mereka ini adalah pemuda-pemudi yang berhati tulus dan ikhlas menolong sesama. Rela bekerja keras tanpa pamrih agar masyarakat di sekitarnya bisa hidup lebih baik. Mereka layak mendapat apresiasi yang tinggi.
Menurut Cika sendiri, Apresiasi Satu Indonesia Award ini sangat positif terutama bagi generasi muda Indonesia. Mereka akan terpacu untuk maju, keluar dari kemiskinan dan keterbatasan, menuju kesejahteraan dan kemajuan diri, keluarga, masyarakat, bahkan bangsa Indonesia.
Mengubah Stigma Negatif
Sejak digelar tahun 2010 hingga 2014, Satu Indonesia Awards telah memberikan penghargaan plus pembinaan kegiatan kepada 25 pemuda-pemudi Indonesia. Satu Indonesia Awards ini memang digelar sekaligus untuk memperingati Hari Soempah Pemuda yang jatuh pada 28 Oktober.
Lewat ajang ini, Astra berusaha menemukan mutiara-mutiara bangsa yang terpendam di pedalaman “samudera” yang luas, yang membentang dari Sabang sampai Merauke, di desa yang terpencil maupun kota besar, yang belum dikenal luas, dan belum terekspos oleh media massa.
Lalu Astra memberikan apresiasi berupa bantuan dana dan pembinaan kegiatan kepada mereka. Semua ini dilakukan Astra bukan karena ingin mendongkrak citra perusahaan, tapi semata-mata agar kisah hidup para pemuda pemudi tersebut menginspirasi dan mampu menjadi penerang jalan kebangkitan para pemuda-pemudi Indonesia. Agar mereka bisa tumbuh, berkembang dan mampu membangun bersama-sama bangsa dan negara Indonesia.
Melalui program-program CSR yang progresif dan berkelanjutan, Astra berusaha mengubah stigma negatif akan anak bangsa Indonesia yang sudah mulai luntur semangat kepemudaannya. Head of Corporate Communication Division PT Astra International Tbk. Yulian Warman, Saat ditemui oleh Majalah CSR Indonesia di Plaza Senayan belum lama ini, mengungkapkan bagaimana dirinya beserta tim Satu Indonesia Awards tak hanya menyaring para peserta yang telah mendaftar, tetapi juga mencari pemuda-pemudi inspiratif itu sendiri hingga ke pelosok Tanah Air.
Setiap tahun, Satu Indonesia Awards cukup menarik minat masyarakat. Hal ini terbukti dari masyarakat yang mendaftarkan diri terus meningkat. Pada tahun keempat, tahun 2013, pendaftar sebanyak 1606. Tahun kelima, tahun 2014, sebanyak 1833 pendaftar, dan tahun 2015 ini jumlah pendaftar melebihi jumlah yang diharapkan, sebanyak 2000 lebih, dan yang dipilih hanya lima orang.
Menurut Yulian Warman, banyak kandidat-kandidat terpilih yang didaftarkan oleh orang lain. “Dari hal sekecil itu saja, kita bisa melihat bagaimana ketulusan hati para pemuda-pemudi tersebut. Mereka tak ngotot untuk terkenal akan aksi kepedulian yang telah mereka gagas,” katanya penuh semangat.
Yulian Warman juga mengatakan, pada tahun ini, Astra telah menyiapkan dana bantuan kegiatan sebesar Rp 55 juta dan sejumlah pembinaan kegiatan kepada masing-masing penerima penghargaan nanti. Dengan setumpuk release mengenai CSR perusahaannya, Yulian Warman juga mengungkapkan bahwa Satu Indonesia merupakan payung utama dalam banyak program CSR Astra yang meliputi lima bidang, yakni, pendidikan, lingkungan, kesehatan, UKM, dan teknologi.
Memiliki sederet kegiatan CSR yang cukup membanggakan, PT Astra International Tbk. tak pernah lupa mengevaluasi setiap program CSR yang diusungnya. Hal tersebut, kata Warman, bertujuan agar program yang dilakukan menjadi terus berkelanjutan.
“Kami tak ingin program-program yang kami jalankan hanya sesekali saja,” jelasnya seraya mengungkapkan bahwa belanja CSR yang dikeluarkan perusahaannya pada tahun 2015 ini lebih dari Rp 300 miliar.
Tak Sekadar Memenuhi Regulasi
PT Astra International Tbk. merupakan salah satu perusahaan besar di Tanah Air yang memiliki program CSR yang terarah dan berkelanjutan. Satu Indonesia Awards hanyalah salah satu dari sekian banyak program-program CSR Astra. Sebut saja program CSR di bidang pendidikan. Di bidang ini terdapat empat program CSR, yaitu mendirikan Rumah Pintar yang kini berjumlah 20 rumah di 9 provinsi. Rumah Pintar terdiri dari lima sentra, yaitu sentra buku, sentra alat permainan edukatif, sentra audio visual dan panggung, sentra komputer dan sentra kriya.
Program CSR di bidang pendidikan lainnya adalah Astra Berbagi Ilmu, Pendampingan Sekolah Adiwiyata atau sekolah yang berwawasan lingkungan, Beasiswa Lestari Astra, dan Senyum Sapa (Senyum Sahabat PAUD Astra).
Program CSR Astra di bidang lingkungan, antara lain, Astra Green Society, Bank Sampah Masuk Sekolah, Sunter Nusa Dua Project, Astra Sentul Eco Edu Tourism Forest, Astra Eco Edu River di Sungai Ciliwung.
Program CSR Astra di bidang UMKM, antara lain, Wirausaha Ikan Lele dan Aku Bisa, singkatan dari Asosiasi Kelompok Usaha Binaan Astra.
Sementara di bidang kesehatan Astra menggelar program CSR berupa pengadaan Mobil Kesehatan Astra yang beroperasi di sekitar instalasi Astra, khususnya di wilayah kelurahan Sungai Bambu, Warakas, Papanggo dan kebon Bawang, Jakarta Utara. Mobil ini mengadakan layanan kesehatan bebas biaya di atas kendaraan yang dimodifikasi menjadi pusat layanan kesehatan.
Program CSR di bidang kesehatan lainnya adalah mengembangkan Posyandu di Sungai Bambu, Warakas, Papanggo dan Kebon Bawang. Posyandu ini dilengkapi dengan teknologi informasi.
Program-program CSR yang digulirkan Astra ini banyak mendapat penghargaan, baik kepada Astra maupun kepada lembaga binaan Astra sendiri. Seperti Sekolah Dasar Sungai Bambu 05 Jakarta Utara yang meraih penghargaan Adiwiyata Mandiri dari Wakil Presiden Boediono pada Juni 2014. Adiwiyata Mandiri merupakan penghargaan tertinggi untuk sekolah ramah lingkungan di Indonesia.
Tak jarang Astra mendapat apresiasi dan pujian dari pemerintah maupun masyarakat. Astra juga sering mendapat penghargaan dari berbagai ajang CSR Awards sebagai pelaksana program CSR terbaik di antara perusahaan-perusahaan besar lainnya. Misalnya saja penghargaan CSR Award dari LKBN Antara pada 21 Juli 2014. Penyerahan penghargaan tersebut langsung diberikan oleh Presiden Republik Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono.
Astra memang serius menggulirkan program-program CSR-nya. Sekali lagi, bukan semata-mata untuk mendapatkan apresiasi, penghargaan, atau mendongkrak reputasi perusahaan, atau bahkan untuk memenuhi regulasi yang berlaku, seperti Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, atau Peraturan Pemerintah No. 47 Tahun 2012 yang mengatur tentang Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) Perseroan Terbatas, dan Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 yang mewajibkan setiap penanaman modal harus melakukan TJSL. Tapi lebih dari itu, Astra sungguh peduli dengan kesejahteraan dan kemajuan para pemangku kepentingannya, seperti perusahaan, karyawan, masyarakat dan lingkungan di sekitar perusahaan Astra berdiri, bahkan seluruh rakyat dan bangsa Indonesia. Astra ingin tumbuh dan sejahtera bersama-sama bangsa Indonesia.
Sebagaimana sering disampaikan oleh para petinggi di Astra sendiri. Misalnya, Presiden Komisaris PT Astra International Tbk. Budi Setiadharma. Dalam laporan Suistainable Astra 2014, Budi berkata, “Kami tidak ingin menjadi perusahaan yang hanya mencari untung, tetapi kami ingin Astra menjadi sebuah perusahaan nasional yang memberikan manfaat besar buat negara. Kami juga ingin terus memberikan kontribusi secara maksimal kepada masyarakat dan lingkungan.
Kami juga peduli terhadap semua hal yang berhubungan dengan alam. Di Astra, kami tidak hanya memperhatikan kinerja keuangan, tetapi juga memiliki kewajiban atas dampak yang ditimbulkan dari kegiatan perusahaan. Kami ingin memberikan yang terbaik bagi seluruh pemangku kepentingan yang terlibat, mulai dari pemerintah, konsumen, dan masyarakat sekitar. Kami berkomitmen memberikan manfaat bagi bangsa Indonesia. Hal ini sesuai dengan butir pertama filosofi kami, Catur Dharma, yaitu menjadi milik yang bermanfaat bagi bangsa dan negara. ”
Catur Dharma terdiri dari beberapa kalimat pendek namun memiliki makna yang sangat luar biasa, dan menjadi landasan bagi Astra dalam menjalankan perusahaan dengan baik, untuk mencapai kata “excellent”.
Budi juga mengatakan, bagi Astra, sangat jelas bahwa perusahaan tidak dapat bertahan dalam kurun waktu yang lama apabila lingkungan dan masyarakatnya tidak dalam kondisi yang baik. Astra selalu menjunjung tinggi peribahasa “di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung”, yang berarti Astra selalu hidup harmonis dengan komunitas yang berada di sekitar Astra.
Hingga saat ini, lanjutnya, Astra telah mampu meneruskan perjuangan selama 40 tahun kegiatan CSR. Sebagai salah satu aset dari negara ini, Astra berkewajiban untuk melakukan yang terbaik bagi seluruh stakeholder. Apalagi Astra memiliki strategi jangka panjang bernama Astra 2020 yang mengharuskan pertumbuhan yang berimbang dalam strategic triple road map (3P), yaitu Pertumbuhan Portofolio Bisnis (Portfolio), Sumber Daya Manusia (People), Kontribusi Sosial dan Lingkungan (Public Contribution).
Semoga saja Astra dapat terus mengemban tanggung jawabnya dalam memelihara dan memastikan keberlanjutan perusahaan dan merealisasikan Visi Astra2020, yakni menjadi kebanggaan negeri, “Pride of the Nation” yang tumbuh sejahtera bersama bangsa. (Siti Marwiyah)