Home Berita Cinta Dua BUMN, PT Pertamina Geothermal Energy (PGE) dan PT PLN Indonesia...

Cinta Dua BUMN, PT Pertamina Geothermal Energy (PGE) dan PT PLN Indonesia Power (PLN IP) di Atas Panas Bumi

7
Konsorsium PGE-PLN IP Sepakati Tarif dengan PLN untuk PLTP Ulubelu Bottoming Unit, Perkuat Transisi Energi Nasional
Konsorsium PGE-PLN IP Sepakati Tarif dengan PLN untuk PLTP Ulubelu Bottoming Unit, Perkuat Transisi Energi Nasional

Ada sesuatu yang hangat, bahkan panas, di antara Pertamina dan PLN. Bukan sekadar rapat koordinasi atau lembaran nota kesepahaman. Tapi sebuah komitmen untuk menikah dalam satu proyek kecil di Ulubelu, Lampung. Nilainya tidak main-main. Ini soal energi bersih, investasi miliaran dolar, dan langkah konkret menuju Indonesia yang lebih sejuk.

CSR-INDONESIA.COM – Tomohon, 24 Desember 2025. Suara deru mesin dan hembusan uap panas bumi di Ulubelu mungkin terdengar sama seperti kemarin. Tapi hari itu, dari balik layar presentasi dan dokumen perjanjian, lahir sebuah keputusan yang berdenyut penuh harapan.
PT Pertamina Geothermal Energy (PGE) dan PT PLN Indonesia Power (PLN IP) baru saja menandatangani kesepakatan tarif listrik untuk proyek Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Ulubelu Bottoming Unit. Kapasitasnya 30 megawatt. Jumlah yang terbilang sederhana di tengah ambisi besar transisi energi. Namun, di balik angka 30 MW itu tersembunyi sebuah cerita tentang efisiensi, kolaborasi, dan mimpi besar yang baru saja menemukan jalurnya.
Proyek ini istimewa. Ia menggunakan teknologi binary pertama hasil kolaborasi PGE dan PLN IP, ditempatkan di wilayah kerja eksisting PGE Ulubelu. Konsepnya co-generation. Memanfaatkan sisa panas dari pembangkit utama yang sudah ada, lalu mengubahnya menjadi listrik tambahan. Seperti memeras hingga tetes terakhir energi dari setiap hembusan uap bumi. Teknologi ini adalah jantung dari proyek bottoming, sebuah cara cerdas untuk meningkatkan produktivitas tanpa membuka lahan baru.
Edwil Suzandi, Direktur Eksplorasi & Pengembangan PGE, mengatakan ini baru langkah awal. Setelah kesepakatan tarif, mereka akan segera membentuk joint venture, melaksanakan pengadaan EPCC, dan menandatangani Perjanjian Jual Beli Tenaga Listrik (PPA). Semua proses itu dikebut secara simultan di Januari 2026, untuk mengejar target Commercial Operation Date (COD) di 2027.
Konsorsium PGE-PLN IP Sepakati Tarif dengan PLN untuk PLTP Ulubelu Bottoming Unit, Perkuat Transisi Energi Nasional
Konsorsium PGE-PLN IP Sepakati Tarif dengan PLN untuk PLTP Ulubelu Bottoming Unit, Perkuat Transisi Energi Nasional
“Sinergi PGE dengan PLN Indonesia Power dalam pengembangan Ulubelu Bottoming Unit diharapkan menjadi model yang dapat direplikasi,” kata Edwil. Matanya sudah menatap wilayah kerja PGE lainnya, seperti Lahendong di Sulawesi Utara dan Lumut Balai di Sumatera Selatan.
Proyek Ulubelu hanyalah satu batu bata. Pada Agustus lalu, Pertamina dan PLN sudah lebih dulu berjanji lewat MoU. Mereka akan bersama-sama menggarap 19 proyek panas bumi eksisting dengan total kapasitas 530 MW. Kerja sama itu difasilitasi oleh Dana Anagata Nusantara, menunjukkan ini adalah proyek strategis negara.
Konsorsium PGE-PLN IP juga sudah menyepakati Perjanjian Komitmen untuk mengembangkan dua proyek sekaligus. Selain Ulubelu 30 MW, ada juga Lahendong Bottoming Unit 1 berkapasitas 15 MW. Total tambahan kapasitas 45 MW dari pemanfaatan teknologi optimal.
Tapi ambisinya jauh lebih besar. Secara keseluruhan, kerja sama ini membuka potensi pengembangan tambahan kapasitas hingga 1.130 MW. Angka yang fantastis. Estimasi nilai investasinya mencapai 5,4 miliar dolar AS. Potensi itu bersumber dari wilayah kerja yang sudah berproduksi dan area prospektif baru. Ini adalah ladang energi masa depan yang sedang dipetakan hari ini.
PGE bukan pemain baru. Dengan pengalaman lebih dari 40 tahun, mereka mengelola kapasitas terpasang 727 MW dari enam wilayah operasi sendiri. Mereka juga tengah mengembangkan proyek strategis seperti PLTP Hululais Unit 1 & 2 (110 MW), serta beberapa proyek co-generation dengan total kapasitas 230 MW.
Sebagai perusahaan, PGE mengelola 15 Wilayah Kerja Panas Bumi dengan kapasitas terpasang 1.932 MW. Angka ini menyumbang sekitar 70 persen dari total kapasitas panas bumi Indonesia. Kontribusinya terhadap pengurangan emisi pun nyata, sekitar 10 juta ton CO2 per tahun. Mereka mengoleksi 18 penghargaan PROPER Emas sejak 2011 hingga 2025, bukti komitmen lingkungan yang tidak diragukan.
Cerita di Ulubelu ini bukan sekadar tentang proyek listrik 30 MW. Ini adalah babak awal dari sebuah romansa energi antara dua BUMN raksasa. Sebuah cinta yang diikat oleh tanggung jawab bersama untuk menerangi Indonesia dengan energi bersih. Jika model ini berhasil direplikasi, seperti yang diharapkan Edwil, maka panas bumi tidak lagi sekadar sumber energi alternatif. Ia akan menjadi tulang punggung transisi energi, penghela Indonesia menuju netralitas karbon 2060. Dari perut bumi Lampung, sebuah percikan kolaborasi telah menyala. Menanti untuk dinyalakan di seluruh pelosok negeri. | WAW-CSRI