Home Berita Buku “Building Forward Better” Karya Bambang Susantono, Peta Baru Menuju Dunia yang...

Buku “Building Forward Better” Karya Bambang Susantono, Peta Baru Menuju Dunia yang Lebih Adil dan Lestari

21
Prof. Bambang Susantono memaparkan isi dari buku
Prof. Bambang Susantono memaparkan isi dari buku "Building Forward Better" yang membahas berbagai isu krusial pascapandemi

Dari Ruang Rapat PBB ke Jantung Pembangunan Asia, Sebuah Buku Meluncur untuk Merajut Kembali Masa Depan

CSRINDONESIA – Dengan jari jemari yang masih menghafal denah kota kota besar di Asia, Bambang Susantono menelusuri kembali peta pemikirannya. Bukan lagi peta infrastruktur fisik, melainkan peta jalan menuju dunia pasca pandemi yang lebih adil, hijau, dan manusiawi. Peta itu kini terangkum dalam buku terbarunya, “Building Forward Better, An Equitable, Sustainable, Inclusive Future for Asia and the Pacific,” karyanya yang ke tujuh belas.
Di ruang yang pernah menjadi pusat diplomasi global, Kantor Perserikatan Bangsa Bangsa di Menara Thamrin, Jakarta, buku itu diluncurkan pada suatu hari di bulan September. Udara di ruang itu tidak saja diisi oleh ucapan selamat, melainkan juga oleh gumpalan pemikiran yang menuntut perhatian. Gita Sabharwal, Kepala Perwakilan PBB untuk Indonesia, membuka pertemuan itu dengan sambutan hangat. Ia menyambut para tamu dari berbagai sudut dunia pembangunan, akademisi, dan pemerintah.
“Buku ini,” ujarnya, “bukan sekadar kumpulan kata kata. Ia adalah platform diskusi.” Gita menyoroti beberapa pembahasan kritis di dalamnya, mulai dari pengembangan sumber daya manusia, pendanaan iklim yang masih menjadi teka teki besar, hingga transisi energi yang adil, sebuah fransa yang sering diucapkan namun jarang diwujudkan dalam aksi nyata.
Prof. Bambang Susantono menyerahkan buku "Building Forward Better" kepada Kepala Perwakilan PBB di Indonesia, Gita Sabharwal.
Prof. Bambang Susantono menyerahkan buku “Building Forward Better” kepada Kepala Perwakilan PBB di Indonesia, Gita Sabharwal.
Panel diskusi yang menghadirkan (dari kiri ke kanan) Dini Priadi, Prof. Wiwandari Handayani, Dr. Bernadia Tjandradewi, Donna Priadi, dan William Reynolds.
Panel diskusi yang menghadirkan (dari kiri ke kanan) Dini Priadi, Prof. Wiwandari Handayani, Dr. Bernadia Tjandradewi, Donna Priadi, dan William Reynolds.
Bambang Susantono kemudian maju. Dengan tenang ia bercerita tentang proses kelahiran buku ini. Bagi mantan Wakil Presiden Asian Development Bank (ADB) untuk Knowledge Management and Sustainable Development ini, pandemi COVID-19 bukan sekadar jeda. Ia adalah cermin yang memantulkan semua retakan sistem yang selama ini kita bangun. “Kita tidak bisa hanya sekadar ‘membangun kembali lebih baik’ atau build back better. Kita harus ‘membangun ke depan lebih baik’, build forward better,” ujarnya. Itulah mengapa ia memilih fransa itu sebagai judul, sebuah lompatan imajinasi dari konsep yang selama ini populer.
Buku setebal 200 halaman lebih itu membelah berbagai persoalan pelik dengan pisau analisis yang tajam. Bab demi bab membahas percepatan transformasi digital yang meninggalkan begitu banyak orang, dampak pandemi pada pendidikan yang memperlebar jurang ketimpangan, dan kebutuhan mendesak akan upskilling. Juga dibahas dengan rinci strategi pendanaan iklim, konektivitas kota, dan cara cara mencapai target target Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) yang berkaitan dengan kesetaraan gender dan pemberdayaan pemuda. Semuanya ditenun oleh benang merah yang sama, bahwa masa depan harus dibangun di atas pertumbuhan yang adil, berkelanjutan, dan inklusif.
Diskusi panel yang dipandu Dini Priadi menghidupkan ruangan. Para pakar dari berbagai bidang duduk bersama. Prof. Wiwandari Handayani dari Universitas Diponegoro, Dr. Bernadia Tjandradewi dari UCLG ASPAC, William Reynolds dari Urun Daya Foundation, dan Donna Priadi dari American Chamber of Commerce Indonesia. Mereka saling melempar pandangan, berbagi kesan, dan memantik diskusi yang kaya dengan ide ide segar. Diskusi itu tidak hanya hidup di antara para panelis, tetapi merambah ke peserta yang hadir. Perwakilan dari Youth Health Hub, UNDP Indonesia, hingga Kantor Staf Presiden menyumbang suara, menunjukkan bahwa buku ini telah berhasil memicu percakapan yang sangat dibutuhkan.
Sebagai penutup, Prof. Rhenald Kasali memberikan penekanan. Dunia, katanya, sedang mengalami disrupsi teknologi yang membuat tantangan pembangunan semakin kompleks. “Dalam tatanan dunia baru, kita juga membutuhkan kerangka kerja baru,” ujarnya. Sebuah pernyataan yang mengukuhkan semangat “building forward better”. Buku ini adalah undangan. Sebuah ajakan untuk tidak hanya tenggelam dalam nostalgia dunia lama, tetapi untuk berani melangkah ke depan, merancang masa depan yang tidak meninggalkan seorang pun di belakang. Masa depan yang bukan hanya tentang membangun, tetapi tentang memanusiakan. |WAW-CSRI