Home Citra Berbiaya Mahal, Laman Revolusi Mental Mencoreng Citra Pemerintahan

Berbiaya Mahal, Laman Revolusi Mental Mencoreng Citra Pemerintahan

2250

CSR INDONESIA – Di era sibernetik dan social media (socmed) sekarang, sosialisasi program melalui internet mutlak diperlukan. Pasalnya dunia internet menawarkan berbagai kelebihan yang patut diandalkan. Mudah, cepat, interaktif, fleksibel, adaptif, dan banyak kelebihan lainnya.

Maka bukanlah kesalahan jika beberapa waktu lalu (24/8) Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK), Puan Maharani, meluncurkan laman atau website Gerakan Nasional Revolusi Mental, revolusimental.go.id

Pembuatan laman tersebut dimaksudkan sebagai bagian dari upaya mewujudkan jargon dan visi pemerintahan Presiden Joko Widodo, yakni revolusi mental. Sebuah gerakan bersama dan menyangkut segala hal yang berkaitan dengan masyarakat, serta menyeluruh ke seluruh sektor kehidupan di Indonesia. Dalam kampanye di laman ini, revolusi mental dijlentrehkan sebagai gerakan hidup dengan mengubah cara pandang, cara berpikir, dan cara kerja.

Tetap mengadopsi semangat yang didengungkan Jokowi, menurut pengakuan Puan, pembuatan situs ini dibuat secara gotong-royong. “Pemerintah, masyarakat, dan swasta terlibat dalam hal ini, dilakukan secara bersama-sama dan gotong royong,” jelas Puan kepada jajaran media saat peluncuran situs tersebut.

tampilan laman revolusi mental yang sempat terlihat sebelum overload
tampilan laman revolusi mental yang sempat terlihat sebelum overload
Internet memang dahsyat. Baru saja diluncurkan laman ini pun mampu segera menarik perhatian khalayak. Secara viral, laman ini pun segera menjadi banyak sorotan dan pembicaraan, terutama di kalangan netizen. Sayangnya sorotan yang mencuta bukan pada isi, semangat, dan pesan yang disosialisasikan, melainkan pada berbagai kelemahan yang mengecewakan.

Sorotan utama yang mencuat adalah dugaan penggunaan dana yang luar biasa besar dalam pembuatan situs tersebut. Diduga ada dana sekitar 140 milyar lebih yang digelontorkan untuk menggolkan proyek laman tersebut.

Dugaan penggunaan dana besar-besaran tersebut bisa jadi dipicu oleh pernyataan yang dilontarkan Mantan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional, Andrinof di Istana Bogor saat beliau masih menjabat. Dalam berbagai keterangannya, Andrinof sering menyinggung adanya anggaran sebesar 149 milyar yang merupakan anggaran proyek revolusi mental secara keseluruhan. “Revolusi mental kan ubah perilaku, bikin orang sadar. Nah, bagaimana kampanye menyadarkannya supaya mengubah perilaku,” jelas Andrinof di Istana Bogor pada Feruari 2015 lalu.

Boleh jadi selain pembuatan laman, proyek dari program revolusi mental lainnya yang akan segera dikerjakan adalah sosialisasi berupa pengadaan iklan, film, atau dialog publik. Kampanye atau sosialisasi juga bisa dilakukan melalui tokoh-tokoh agama.
Pembuatan laman tersebut, juga merupakan bagian program lainnya seperti penyusunan buku landasan Filosofis Revolusi Mental, buku Saku Revolusi Mental, penerbitan. Rencananya, website Revolusi Mental bersama Majalah Revolusi Mental akan didukung dengan integrasi dalam media sosial.

Bagi mereka yang bergelut di bidang komunikasi massa, pasti sudah menyadari bahwa biaya untuk melakukan kampanye program tidaklah murah. Apalagi kampanye sebuah gerakan yang diharapkan mampu mengubah semangat, cara pandang dan cara berpikir sebuah bangsa. Besaran dana sebesar 140 milyar bisa menjadi wajar-wajar saja. Asalkan kampanye yang dilakukan tersebut benar-benar berkualitas dan mampu memenuhi target yang ditetapkan.

Sayangnya tidak begitu yang terjadi dengan laman revolusimental.go.id ini. Baru saja diluncurkan, pada Rabu 26 Agustus 2015 tidak dapat diakses. Dalam keterangannya di halaman muka laman malah diklaim bahwa laman ini tak bisa diakses karena server mengalami overload setelah pengguna internet ramai mengakses situs itu.

Alhasil laman yang seharusnya diapresiasi ini pun justru menjadi bahan ketawaan dan cibiran dari para netizen. Bagaimana mungkin laman untuk kampanye program negara dengan back up dana yang begitu besar bisa mengalami masalah yang memalukan seperti itu?

Bukannya membangun citra positif, peluncuran laman ini pun akhirnya menjadi seperti ajang bunuh diri karena mencoreng citra segenap institusi yang terlibat di dalamnya. Bahkan akhirnya bukan hanya membahas besaran dana yang tersedia, keceriwisan netizen menyebar pada faktor-faktor lain yang dianggap juga mengecewakan. Semisal permasalahan design dan template yang konon seperti menjiplak laman Presiden Amerika Serikat, Barack Obama. Bahkan bukan sekedar melemparkan tuduhan buta, sang penuduh memberikan analisis dan riwayat code laman tersebut sehingga dikatakannya sebagai jiplakan.

Mengenai desain di atas, banyak netizen yang menyesalkan desain tampilan laman itu terkesan murahan dan diperkirakan mendapat bantuan soal domain dari kominfo. Dianggap sangat tidak relevan dan layak dengan besaran dana yang ada. Mereka menambahkan, laman yang bentuknya seperti itu kemungkinan besar gampang dijahili, dicacati atau dirusak oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab.

Guna memperbaiki citra yang tercoreng oleh kasus laman revolusimental.go.id di atas, pemerintah khususnya Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK), Puan Maharani harus cepat memberikan klarifikasi dan penjelasan yang masuk akal.

Mengadopsi apa yang pernah diungkapkan Jay Baer, seorang konseptor strategi sosial media dari AS, internet adalah bensin, pembicaraan yang ada di dalamnya adalah apinya. Akankah citra gerakan “Revolusi Mental”, dan Puan Maharani akan terbakar karenanya?

Kita hanya bisa menunggu bagaimana antisipasi yang dilakukan mampu memadamkannya. Tabik. (WAW)