Pada tanggal 23 Mei 2015 menjadi hari besejarah bagi Pusdirga (Pusat Pendidikan Kedirgantaraan Gerakan Pramuka) yang mensyukuri satu tahun keberadaan hanggar Purdirga dengan adanya perayaan & Festival Dirgantara Fair 22 sampai 23 Mei 2015. Berbagai atraksi dari kepramukaan sekolah-sekolah di Jakarta, Pameran kedirgantaraan dan keikutsertaan sekolah-sekolah penerbangansampai atraksi aerobatic mewarnai keramaian acara tesebut.
“Sebetulnya Pusdirga sendiri sudah berdiri sejak 10 Desember 2010, adalah salah satu fasilitas yang berada di lapangan terbang Wiladatika, Graha wisata Pramuka (Buperta), Cibubur – Jakarta Timur. Awalnya lapangan terbang seluas 40m x 18, ini adalah lahan terbengkalai dan cukup menguras dana perawatan bagi pengelola Buperta. Jadi ketika saya akan mengurus lahan ini lima tahun yang lalu, saya malah ditertawakan” kata Bagas Adhadhirga, Direktur Asia Aero Technology setelah membuka acara Festival Dirgantara Fair (23/5) di Hanggarnya, Cibubur.
Menurut Bagas, orang kita sekarang ini mempunyai krisis identitas. Ketika mengungkapan suatu keinginan dan mimpi besar malah dilecehkan. Ia istiah kan kebanyakan sinetron dan drama dalam kehidupan ini. “Saya ini seorang interpreuneur, yang selalu ingin berpikir maju dan mempunyai tantangan. Apa artinya saya pada waktu itu yang masih berusia 25 tahun, ingin memberdayakan lahan kosong yang luas ini sebagai pusat pendidikan kedirgantaraan. Apalagi pada waktu itu ayah saya (Eris Herryanto) juga tidak mendukung karena saya sudah bekerja di posisi yang baik di Garuda.” Ujar Bagas.
Ternyata apa yang dimimpikan lima tahun lalu itu kini menjadi nyata. Bagas bisa menghimpun dana dari berbagai perusahaan penerbangan dan perorangan sebagai dana sosial untuk membantu memperkenalkan dan memberikan pendidikan kepada para pelajar pramuka khususnya SMP dan SMA yang tertarik pada dunia penerbangan. Sekarang, anggota pramuka, para pelajar sekolah dan masyarakat umum dapat dilatih secaracuma-cumas di Pusdirga yang kini sudah lengkap memiliki fasilitas dan alat peraga. Padahal kalau sekolah sungguhan bisa habis antara 300juta hingga 700 juta sampai lulus. Fantastis untuk menjadi seorang pilot. Untuk terbangnya Pusdirga bekerjasama dengan Asia Aero Flying Club yang dipimpin oleh Robert Cao.
Mimpi Bagas lima tahun ke depan adalah, “saya ingin punya pabrik pesawat kecil. Pesawat kecil ya, dnegan kapasitas 4 orang yang bisa merakit dan memproduksi sendiri di sini. Dengan tenaga-tenaga ahli yang berasal dari negeri sendiri atau pribumi. “ Tandas Bagas optimis yang sekarang ini dari anak didiknya ada yang serius meneruskan sekolah penerbangan untuk menjadi dan melahirkan seorang pilot professional.
Harapannya ke depan, Pusdirga semakin bermanfaat buat banyak orang, terutama bagai masyarakat pada umumnya dan khusus di kalangan pelajar dan dunia pendidikan. Semoga. (Uci)