CSRINDONESIA – Dibanding pasaran lokal rotan mempunyai tempat untuk market international. Hal ini diungkapkan Taufik Gunawan, owner Balagi & Dilmoni Rotan saat media trip di acara International Rattan Forum and National Policy Dialogue yang diselenggarakan oleh Perkumpulan untuk Peningkatan Usaha Kecil (PUPUK) tanggal 13 – 16 November 2016 di Cirebon dan Jakarta.
“Sekarang ini orang lokal mulai banyak melirik produk dari rotan,” ujar Taufik di Kantor dan juga pabrik Balagi & Dilmoni Rotan
Hal senada juga disampaikan oleh Ruslan Setiawan, Chief Brand Officer Balagi & Dilmoni, “Kami melihat bahwa perkembangan dan potensi industri rotan lokal itu sangat sangat besar. Jadi kami memutuskan dari tahun 2014 akhir lalu untuk terjun lebih fokus ke lokal selain ke luar yang sudah berjalan selama ini.
Ia juga menambahkan akan mempunyai brand sendiri yang segera akan kami launching pada akhir bulan ini. “We want to be educating the lokal people.” ujarnya (14/11), di Cirebon
Balagi & Dilmoni akan melebarkan sayap dipasaran lokal dengan launching produk terbaru nanti pada akhir November dengan sebuah butik rotan di bilangan Kemang Raya, Jakarta Selatan dengan harga lokal berbeda dengan export dengan kualitas yang sama.
Sejalah dengan itu Taufik mengatakan, produknya mengutamakan kualitas dalam hal ini ada 4 yang diunggulkan meliputi; 1. Quality of raw material, 2. Quality of workmenship, 3. Quality in design dan 4. Quality delivery.
“Bahwa yang dimaksud dengan 4 quality itu, dimana Quality row material adalah bahan rotan yang dipakai harus bagus. Kami mengambil dari Kalimantan dan Sulawesi tapi paling banyak rotan asal Aceh,”ujarnya.
Untuk Quality workmenship adalah dengan mengeducating (orang-orangnya sendiri) yang semuanya dikerjakan dengan tangan namun berkualitas.
“Sedangkan Quality in design sendiri artiny kami tidak asal-asalan dalam mendesign produk dan kami punya standard design sendiri yang tidak mengkopy design dari orang lain. Untuk quality delivery, kami pastikan sampai ke tangan pemesan barangnya harus tetap bagus.” jelasnya
Balagi & Dilmoni banyak menyontoh designer terkemuka Jepang, Mr. Yamakawa, yang bekerjasama dengan perusahaan. Ia datang pertamakali ke Indonesia pada tahun 1989 sampai tahun 1998, dulu produk rotannya banyak di ekspor ke Jepang setelah akhirnya kini sampai ke Amerika, Jerman dan Eropa. Yamakawa senang tinggal di Indonesia dan ingin sekali meninggal di tanah Cirebon. Namun kepulangannya ke Jepang telah mengambil sisa hidupnya dan ia wafat di tanah kelahiran yang dikenal dengan bunga sakuranya. Untuk mengabadikan namanya ada sebuah produk Balagi & Dilmoni bernama ‘Yamakawa”
Masih menurut penjelasan Ruslan yang mengacu pada Yamakawa, produk Balagi & Dilmoni hanya mentolelir kesalahan dalam membuat produk hingga 3 mm saja sehingga mendekati sempurna, jadi harus presisi. Dalam sebulan mereka bias mengeksport sebanyak lebih kurang 20 kontainer dengan nilai kisaran U$. 20.000,–.
Sebagai harapan, baik Taufik dan Ruslan, rotan ini nantinya menjadi maskot di Indonesia dnegan berharap masyarakat lokal banyak menggunakan rotan. Karena dengan banyak produksi rotan berarti banyak memberi peluang kepada petani untuk menanam rotan yang pas untuk hutan tropis di Indonesia sebagai paru-paru dunia.
“Mungkin tidak berlebihan juga jika Ruslan mengatakan dengan nada bercanda dan membuat pengunjung tertawa; arti kata dari Balagi & Dilmoni adalah balik lagi & deal for money yang kalau diartikan secara Luas adalah balik ke alam /back to nature with rattan yang akan meyehatkan dunia dan menghasilkan uang,”pungkasnya (UssieSamsi)